Bagian IV : PERCAYALAH

5 2 0
                                    

Pada awalnya aku kurang bisa mempercayai Linda sebelumnya,karena perkenalan kami sangatlah singkat bila sampai memunculkan hubungan pertemanan yang begitu akrab dan kuat. Namun aku juga tidak mungkin harus menjauhinya juga kan? Apalagi dialah yang sudah mengobati dan selalu memberikan waktu padaku untuk bisa menghiburku disaat aku mulai bosan.

Dia juga yang dapat merubah suasana di dalam ruanganku menjadi sedikit ramai dan penuh dengan canda tawa,saat itulah aku sadar. Begitu berartinya teman dalam hidup seseorang untuk dapat mengisi kekosongan hati ini. Sudah beberapa minggu ini aku sembuh dari luka yang kualami

"Dengan tubuhku sekarang aku dapat melanjutkan perjalanku yang tertunda sebelumnya!," kataku saat aku mulai berkemas sebelum aku mulai keluar dari ruangan itu. Sesaat setelah aku hampir selesai dari berkemas. Pintu di ruanganku berbunyi.

"Tok tok tok,bolehkah aku masuk?," terdengar suara Linda meminta ijin padaku untuk masuk.

"Silahkan saja,pintunya tidak dikunci kog...," jawabku memperbolehkan.

Sesaat Linda mulai menampakan diri dari balik pintu

"Hey...kamu sudah siap-siap untuk pergi nih?," tanya Linda.

"Iya nih,aku sudah lama tidak melakukan perjalanan ku yang tertunda sebelumnya!," jawabku membalas.

(mengembangkan pipi) "Hump... aku pasti akan kesepian nih,sebelum pergi ayo ikut aku dulu,akan ku tunjukan sesuatu sebelum kamu pergi!," kata Linda memohon.

Melihat dia yang memohon,apalagi dia tersenyum manis seperti itu membuat aku sedikit mengiyakan apa yang menjadi kemauannya.

"Okelah,tapi tunggu sebentar ya,sedikit lagi aku hampir selesai merapikan semuanya!," jawabku.

"Iya,kalau gitu aku tunggu diluar oke," kata Linda membalas. Setelah mendengar jawaban dari Linda aku hanya mengangguk untuk mengartikan,"iya".

Setelah beberapa menit merapikannya aku segera keluar untuk melihat Linda,saat ku membuka pintu ruangan aku dihadapkan dengan satu lorong panjang,aku juga melihat di sebelah kanan pintu ruanganku Linda masih menungguku sambil duduk dan melihat salah satu foto yang digantung di lorong itu.

Aku mendekati dia dan duduk di sebelahnya,sepintas terlihat foto itu hanya memperlihatkan beberapa pasukan revolusi sedang berfoto bersama. Saat itulah aku mencoba melirik Linda sebentar,namun aku dikejutkan dengan air mata yang jatuh dipipi Linda. Aku sempat penasaran kenapa dia bisa sampai menangis dengan hanya melihat foto tersebut.

"Eh...Lin,kamu tidak apa-apakan?," tanyaku.

"Eh...kamu udah selesai? aku tidak apa-apa kog,aku hanya kemasukan debu saja!" jawabnya Linda sambil menghapus air mata diwajahnya

(Dari apa yang ku lihat...kamu itu sudah ketahuan berbohong. Pasti ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku) ucapku dalam hati.

Sempat aku menarik tangannya yang membuat aku bertatap muka dengannya,sontak Linda kaget dengan apa yang kulakukan padanya. Saat itulah aku mengusap air matanya dengan kain yang ada di dalam sakuku,Linda sempat memerah dan sedikit malu-malu.

Mau bagaimana lagi,akupun tidak mungkin hanya melihat seorang teman apalagi ia adalah seorang wanita yang tengah bersedih.

"Maaf ya,aku sampai memperlihatkan kesedihanku dihadapanmu" kata Linda sambil membersihkan wajahnya yang masih meyembunyikan sesuatu dibalik tangisannya itu. Aku sempat menanyakan hal itu,

"Lin..bukan maksudku untuk lancang tapi kenapa kamu bersedih saat melihat foto ini?" tanyaku,sempat Linda melihatku dan sedikit menunduk saat mendengar perkataanku.

"Ah... ma..af kalo pertanyaanku menyinggu-," kata ku sempat dipotong Linda seperti ini.

"Tidak apa-apa,sama sekali tidak menyinggung kog! Hanya sedikit terkenang dengan kakak dan ayahku saja..." begitulah katanya.

2 Pedang SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang