Oh my God. Galang amat sangat terkejut melihat Thania--si murid baru di kelasnya--keluar dari balik pintu itu.
“Ada apa?” Thania menatap bingung cowok yang ada di depannya.
Galang menggelengkan kepalanya, menyisihkan kagetnya itu. Dia menyodorkan piring yang dia pegang pada Thania.
“Thanks,”
“Oh, bukan dari gue. Itu dari rumah sebelah, rumahnya Davine.” Galang menunjuk rumah Davine.
“Oh. Titip salam dan thanks ya.”
“Oke oke,” Galang mengacungkan jempolnya lalu berjalan kembali ke rumah Davine.
Setelah sampai dia segera berlari ke ruang makan. Namun, tak ada orang di sana. Pikirnya mungkin ketiga sahabatnya itu sudah ada di kamar Davine. Dia berlari lagi untuk sampai di sana.
“Woi!” Galang mengetuk-ngetuk pintu kamar Davine dengan tergesa.
“Gil bukain.” Pinta Davine sambil rebahan di kasur.
“Astaga Dav. Maksud lo apa?” Gilang mengira dia disuruh membuka baju yang dikenakan oleh Davine.
“Kembaran lo bukain pintu, bukan bajunya Davine!” sahut Alex.
“Oh..” Gilang langsung beranjak dan membukakan pintu kamar Davine yang terkunci dari dalam.
Melihat pintunya terbuka sedikit, Galang langsung menerobos masuk hingga membuat Gilang hampir jatuh.
“Kenapa lo?” Gilang menatap tajam kembarannya.
“Itu, Thania—“ Galang mengatur napasnya sejenak. “Tinggal di rumah sebelah.”
Gilang dan Alex mengernyit. Mereka merasa asing dengan nama yang disebut Galang, sedangkan Davine mengerti tapi dia sangat tak tertarik dengan obrolan Galang.
“Perasaan tadi gue udah cerita, murid baru di kelas gue.”
“Oh.”
“Oh aja?! Cantik bre!”
“Terus? Gue harus bilang wow gitu?” ucap Alex dan Gilang secara kompak.
Galang menghela napas. Wajar mereka berdua berkata seperti itu karena sudah memiliki calon pujaan hati masing-masing. Alex yang akan kembali pada Bella dan Gilang yang sedang dekat dengan Viola. Davine? Masa bodo dengan perempuan, dia lebih fokus mengatur masa depannya.
**
Pagi ini Davine hendak berangkat ke sekolah bersama tiga sahabatnya yang semalam menginap di rumahnya. Menginap di rumah Davine sudah menjadi rutinitas Gilang, Galang, dan Alex, asal ayah Davine tidak ada di rumah. Jika ketahuan, pasti Davine akan terkena amukan ayahnya. Dan... Sial ayahnya pulang pagi ini disaat Davine dan ketiganya masih bersiap berangkat.
Melalui kaca mobil, Davine bisa melihat betapa tajamnya tatapan ayahnya. Davine tak tahu harus apa saat ini, tapi dia terlihat tenang sekali. Sedangkan tiga sahabatnya saling dorong mendorong.
“Gil Lex, gimana nih ada Om Leo!” desis Galang.
“Gak usah panik. Lagian yang bakal kena marah gue, bukan kalian.” Sahut Davine pelan.
Waktu terus berjalan. Leo sudah keluar dari mobilnya dan semakin mendekat ke arah mereka berempat. Leo hanya menatap tajam mereka secara bergantian, membuat suasana paginya mencekam.
Galang menggigit kuku jarinya satu persatu. Dia merasakan aura striker Leo muncul kembali, seperti bersiap menendang satu persatu mereka keluar dari rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retaliation
Teen FictionDavine Airlangga, THE COLDEST BOY EVER di SMA Gama. Tidak pernah yang namanya mau berurusan dengan cewek. Sebagian berpikir Davine pernah memiliki masa lalu yang kelam, ada juga yang berfikiran bahwa Davine tidak normal. BIG NO! Davine masih normal...