I don't mind falling for a lifetime
'Cause you break my heart right
Break My Heart Right - James Bay
_______________________"Gue bisa lebih gila dipacarin cuma karena dendam!"
Davine terkejut. Thania bisa berbicara Davine memacarinya karena dendam. Artinya Thania sudah tau kebenarannya. Tapi.. Kenapa secepat ini?! Dan siapa yang memberitahunya?!
Sialan. Batin Davine. Tapi Davine tidak ingin memikirkan siapa pelakunya, yang terpenting saat ini adalah mempertahankan hubungannya dengan Thania.
"Than gue gak bermaksud begitu." Davine meraih tangan Thania.
"Ya awalnya gue emang marah sama lo karena nyakitin Galang. Tapi sekarang kondisinya beda, gue sayang sama lo Than." Davine terpaksa mengatakan itu, hanya itu yang ia bisa.
Thania memaksa senyum, "Bagaimana gue bisa percaya, sedangkan semuanya sudah dimulai dengan kebohongan."
Davine mengusap wajahnya gusar. Davine sungguh bingung dan gelisah, dia tidak pernah ada di posisi seperti ini sekalipun. Apa yang harus dia lakukan sekarang selain minta maaf?
"Than, apa yang harus gue lakuin?" Davine benar-benar pasrah.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Thania menatap mata Davine. Sekarang Davine yang tidak mampu menatap gadis itu, rasa bersalah tiba-tiba muncul. Entah bagaimana, Davine seolah-olah bisa merasakan sakit yang dirasakan Thania. Padahal dia tahu, dialah penyebab semua itu.
"Kita putus."
"Gak Than, gue bisa perbaiki semuanya." Davine menatap dalam mata cokelat Thania.
Thania menggeleng, "Anggap aja misi balas dendam lo selesai. Lo menang. Lo udah berhasil hancurin gue. Udah cukup kan semua itu?"
"Gak usah sok memohon di depan gue. Gue tau hati lo sekarang seneng banget. Seneng kan lo ada cewek sebodoh ini berhasil lo taklukin?"
"Gue minta maaf udah sakitin sahabat lo. Dan terima kasih atas kebahagiaan sesaat yang semu ini." Setelah itu Thania pergi.
Davine membeku mendengar pengakuan Thania, terpampang jelas kekecewaan yang amat dalam. Dia berhasil membuat gadis itu jatuh hati, dia berhasil melukai gadis itu, dia berhasil melancarkan misi balas dendamnya.
Davine mengangkat tangannya dan meletakkannya di dada bidangnya. Harusnya dia senang. Tapi kenapa dadanya justru terasa sakit?
✨✨✨
"Gue udah putus sama Thania," bukan mengucap salam malah langsung bercerita ketika masuk markas.
Krompyang! Galang menjatuhkan simbal karena saking kagetnya mendengar ucapan Davine. Bukan hanya Galang, Gilang dan Alex pun sama kagetnya. Tapi tidak selebay Galang.
"Lo yang mutusin Dav?" Alex bertanya, dia menggeleng-geleng heran. "Misi lo belum sukses sepenuhnya, ngapain lo putusin."
"Tau tuh, gue aja gak yakin Thania udah cinta sama lo." Sahut Galang.
"Apa gak terlalu cepet Dav?" Gilang ikut bertanya.
Davine menutup pintu dan melempar tasnya ke pinggir drum. Dia terduduk lesu di atas sound yang ada di sebelah pintu masuk. Pertanyaan teman-temannya itu membuat dirinya semakin badmood.
"Dia yang mutus," jawabnya.
"Apa?!" Mereka bertiga kompak kagetnya.
"Kok bisa? Gue liat selama ini lo baik-baik aja ke Thania," apalagi Alex terus memantau pergerakan Davine. Dia selalu mengoreksi kesalahan yang Davine lakukan di depan Thania dan Davine selalu bisa lebih baik setelah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retaliation
أدب المراهقينDavine Airlangga, THE COLDEST BOY EVER di SMA Gama. Tidak pernah yang namanya mau berurusan dengan cewek. Sebagian berpikir Davine pernah memiliki masa lalu yang kelam, ada juga yang berfikiran bahwa Davine tidak normal. BIG NO! Davine masih normal...