"Lex."
"Hm?"
"Cariin gue cewek."
Gelas milik hotel yang dipegang Alex jatuh dan pecah. Handphone Galang yang ada di tangan Gilang jatuh. Dan Galang yang sedang tiduran ujung kasur tubuhnya jatuh ke lantai.
Davine menatap satu persatu temannya yang menatapnya aneh, mereka menatap Davine seperti maling tertangkap basah. Davine menghela napas gusar. Reaksi teman-temannya itu terlalu berlebihan. Lagipula dia sudah pernah berpacaran kan? Ya, meski bukan benar-benar pacaran.
"Wah Davine PDP nih," sahut Galang yang masih tengkurap di lantai.
"PDP? Lo kira gue corona," balas Davine.
"Pengen Due Pacar!"
(Ingin punya pacar)"Dav seriusan lo?" Usai membersihkan dan membuang pecahan gelas, Alex mendekat pada Davine.
"Ya seriusan,"
"Kenapa lo? Beneran gak bisa ngelupain Thania?" Tanya Alex lagi.
Davine menggeleng cepat, "Gak lah, gila kali gue."
"Gue pengen manas-manasin dia aja, biar dia makin sakit hati kan?" Davine beralibi. Dia tidak ingin teman-temannya tahu kalau pikirannya masih dipenuhi Thania.
"WAH WAH WAH KEBRENGSEKAN ALEX SUDAH MENULAR PADA DAVINE!" Galang bangkit dan berteriak sangat kencang.
"Lambemu!" Gilang melempari wajah Galang dengan bantal, suaranya sudah membuat telinga seisi kamar sakit.
(Mulutmu!)Alex hanya bergeleng-geleng melihat si kembar itu beradu mulut. Dia kembali memfokuskan dirinya pada Davine. Selain itu, Alex juga teringat seseorang yang selama ini menyukai Davine secara diam-diam.
"Emang ada?"
"Duh Dav, banyak banget cewek yang suka sama lo. Tapi, gue rasa ini yang paling cocok."
"Dia pinter nyanyi, suka musik, suka main game, feminin, cantik juga."
"Siapa?" Davine penasaran.
"Adik kelas sih, mau?"
"Siapa dulu njing?" Davine makin tidak sabar.
"Gita!"
"Matamu Lex, anak padus itu, gue gak mau." Davine tau Gita, salah satu anggota padus, dia juga cukup dekat dengan Thania. Tapi Davine tidak ingin gadis itu yang jadi bahan pelampiasannya, Gita terlalu baik untuk disakiti.
Alex menepuk pundak Davine dengan kencang, "Ya malah bagus lah! Apalagi dia deket sama Thania kan? Makin panas itu cewek!"
Davine menggeleng, "Gak."
"Yaa terus mau lo yang gimana Dav? Yang gak polos? Rania noh!" Sahut Gilang dari kursi di samping kasur.
"Seriusan lah," mata Davine menajam, dia ingin segera mendapat jawaban.
"Hmm.." Alex berpikir, lalu tatapannya bergantian pada Galang dan Gilang yang masih beradu mulut, "Daripada lo bacot gak jelas, bantuin mikir kek!"
"Ehmm gue ada temen, namanya Sava anak IPS 2, kata temennya sih dia suka sama lo dari SMP." Sahut Gilang.
"Sava?" Davine berusaha mengingat nama itu.
Ah Davine ingat. Savara Adelya, teman sekelasnya waktu SMP. Seingat Davine, dia bahkan hampir tidak pernah berbicara dengan Sava waktu SMP.
"Hmm.. Masuk list, lainnya?" Davine butuh pertimbangan yang lain.
"Dav Dav plis jangan jadi fakboi kek Alex, udah satu aja deketin dulu." Galang menghampirinya dan merangkulnya bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retaliation
Teen FictionDavine Airlangga, THE COLDEST BOY EVER di SMA Gama. Tidak pernah yang namanya mau berurusan dengan cewek. Sebagian berpikir Davine pernah memiliki masa lalu yang kelam, ada juga yang berfikiran bahwa Davine tidak normal. BIG NO! Davine masih normal...