[24] - Confuse

933 56 0
                                    

"Jangan sampai Mike ngerusak hubungan lo sama Thania. Lo harus nyakitin Thania dengan cara lo sendiri, bukan dengan orang ketiga." Ucap Alex.

Davine mengerti yang dimaksud Alex, dia harus mulai waspada dengan pergerakan Mike. Apalagi, Mike adalah mantan Thania satu-satunya dan cinta pertamanya.

"Lo harus jaga Thania dari cowok lain," Alex menepuk-nepuk pundak Davine.

Davine sendiri bingung, bagaimana menjaga pacar yang baik? Apakah selama ini dia sudah benar menjaga Thania?

"Eh, Dav." Panggilan Gilang membuatnya menoleh.

"Lo udah ketemu sama orang tua Thania?"

"Belum, orang tuanya di Jakarta." Davine menggeleng.

"Nah itu poin penting juga biar Thania yakin sama lo, lo harus ketemu orang tuanya dan lo ketemuin dia sama orang tua lo. Gue jamin cewek bakal lebih percaya sama lo!" Sahut Alex penuh percaya diri.

"Bener tuh. Selain itu lo harus jaga komunikasi, sering-sering jalan bareng biar rasa sayang Thania makin nambah!" Gilang menambahi.

"Wusss ngeri men! Anak polos nyimak gan," sahutan Galang memecahkan suasana serius di antara mereka berempat.

Davine tersenyum tipis, teman-temannya ini benar-benar dia. Membantunya menjadi lelaki yang sangat bangsat di mata wanita.

Drrrrtt.. Davine merasakan handphonenya bergetar. Dia langsung membukanya, terdapat nama Thania di sana.

Thania👾 : Davineee

Davine : Apa sayang?


Thania👾 : Bisa anterin aku ke Surabaya gk sekarang?

Davine mengernyit. Kenapa tiba-tiba sekali Thania minta ke Surabaya, biasanya juga bilang jauh-jauh hari.

Thania👾: 2 jam lagi Kak Nathan habis ini sampai di bandara, kalau lo gak bisa gue bisa naik bis kok

Davine : Bisa, lo ke rumah sekarang, gue ganti baju dulu


Davine meletakkan handphonenya lalu dia bangkit. Cowok itu menuju kamar mandi untuk cuci muka lalu mengambil hoodie putihnya di lemari.

"Mau ke mana lo Dav?" Tanya Galang heran.

"Surabaya, antar Thania jemput kakaknya." Jawabnya sambil menyisir rambut cokelatnya.

"Gue pergi dulu, lo pada jangan pulang sampe mama dateng." Davine mengambil handphone dan kunci mobilnya lalu keluar kamar.

Gadis cantik yang duduk di ruang tamu itu menatap Davine yang sudah rapi. Nampaknya Thania terpukau dengan penampilan Davine yang tidak seperti biasanya. Davine jarang sekali mengenakan hoodie, dia lebih sering menggunakan jaket kulit. Jaket kulit memang membuatnya nampak maskulin, namun hoodie lebih menampakkan kekerenannya.

Davine mengernyit melihat Thania yang bengong, "Biasa aja dong."

Thania berkedip-kedip, "Gantengan pake hoodie gini lo."

"Gue mah pake apa aja ganteng," ucapnya percaya diri.

Thania memutar malas bola matanya. Sejak bersamanya Davine begitu percaya diri dan banyak omong daripada sebelumnya. Tapi Thania lebih suka Davine yang begini.

Satu jam kemudian Davine dan Thania sudah tiba di bandara Djuanda, mereka saat ini sedang duduk di cafe yang dekat dengan pintu keluar. Sambil menunggu Nathan keluar dari sana mereka memesan kopi sambil berbincang ria.

Thania merasa Davine sudah benar-benar berubah, mulai dari cara bicara, sikap, dan dia juga sudah tidak pernah meninggalkan pelajaran lagi. Thania merasa misinya dari Leo sudah cukup sukses, meski hubungan Leo dan Davine belum membaik sampai saat ini. Dia akan berusaha lebih keras lagi.

RetaliationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang