Aku ingin seluruh dunia tahu bahwa kau milikku, agar mereka tahu saat aku membuangmu nanti.-Davine-
🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹
Vote komen jangan lupa ฅ'ω'ฅ
Davine memukul-mukul drum dengan stiknya asal dan terlihat amarah di wajahnya. Tapi menciptakan nada sebuah lagu juga sih. Mungkin karena dia sudah sering berdampingan dengan drum jadi pukulan se-ngasal apa pun pasti enak di dengar.
Davine begitu kesal karena teringat kejadian pagi tadi. Dia mengejar Thania lalu memeluknya. Apa yang dia lakukan?!
Sepanjang sejarah Davine sangat tidak suka bersentuhan dengan lawan jenisnya, kecuali kerabat tentunya. Tapi gadis itu membuat rasa tidak suka Davine menghilang, bahkan membuatnya nyaman.
“GUE KENAPA!!!” Teriaknya sambil terus memukul drum.
“KESURUPAAAANNN!!" Sahut Galang spontan.
“Lo berdua kesurupan.” Alex mengalihkan pandangannya ke buku tentang musik yang ia dapat dari rak buku di kamar Davine.
“Dav kenapa? Kan lo udah berhasil di terima Thania, kenapa lo malah kayak orang stres gitu? Ngalah-ngalahin stresnya gue kemarin aja lo.” Ucap Galang yang sudah ada di depan drum milik Davine.
Davine menghentikan pukulan drumnya.
“Gue meluk Thania.” Ucapnya tanpa sadar.
“Baguslah.” Sahut Alex, tanpa melepas tatapannya dari buku.
“Wih gercep.” Timpal Galang.
Davine menatap kosong. Entah kenapa dia sangat kesal saat ini.
“Kalau perlu lo cium dia.”
Mata Davine memang menatap kosong, tapi telinganya masih bisa mendengar jelas ucapan Alex. Davine mengakhiri tatapan kosongnya dengan menatap Alex.
“Gila lo Lex.” Ucapnya sambil menggelengkan kepala.
“Iya gila lo Lex, ya kali baru jadian tiba-tiba ciuman. Apalagi Davine, mana tau caranya tuh bocah.” Galang menatap remeh Davine.
“Ya gak sekarang juga tolol, masalah cara gue ajarin.” Sahut Alex dongkol.
“Gak perlu repot, ogah banget nyium tuh cewek.” Davine beranjak dari kursinya, dia mengambil handphonenya di nakas. Davine membuka aplikasi linenya, lebih tepatnya membuka ruang chatnya dengan Thania.
Tak ada pesan masuk.
“Dih dia gak ngechat.” Gumamnya.
“Ya lo yang mulai lah. Cewek tuh maunya di chat duluan, tapi gak mau ngechat duluan.” Kata Alex sambil menutup bukunya keras.
“Oh gitu.” Davine memanggut, dia berjalan mendekat ke tempat Galang duduk.
“Dulu lo deketin Thania gimana caranya?” tanyanya.
❄❄❄
Thania menengkurapkan tubuhnya di kasur. Tampaknya dia sedang menulis sesuatu pada buku diary pink miliknya. Itu memang sudah menjadi rutinitas Thania, setiap ada kejadian yang berkesan, menarik, aneh, bahkan menyebalkan dia selalu menuliskannya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retaliation
Teen FictionDavine Airlangga, THE COLDEST BOY EVER di SMA Gama. Tidak pernah yang namanya mau berurusan dengan cewek. Sebagian berpikir Davine pernah memiliki masa lalu yang kelam, ada juga yang berfikiran bahwa Davine tidak normal. BIG NO! Davine masih normal...