[39] - Karma

1.5K 119 26
                                    

Spesial part ini panjang

"Katanya Davine kamu lagi sibuk neng mangkanya jarang berdua ke sini, iya?"

Davine terbatuk mendengar ucapan Cak Mar. Dia mengambil es jeruk dan meminumnya agar tidak tersedak. Davine mengalihkan wajahnya, dia benar-benar malu saat ini. Memang sulit sekali bagi Davine untuk mengakui kalau dia sudah putus dengan Thania. Mungkin dia takut harga dirinya hilang jika orang-orang tahu kalau Thania yang memutuskannya.

Thania tertawa pelan, "Iya Cak, banyak tugas akhir-akhir ini jadi jarang ke sini."

"Gak apa-apa, yang penting hubungan kalian baik-baik aja."

UHUK! Davine benar-benar tersedak kali ini, sambal yang dimakannya terasa menyangkut di dalam lehernya. Dengan cepat cowok itu meminum es jeruknya hingga tak tersisa.

"Cak es jeruk lagi!" Ucapnya terburu-buru. Sambal itu sepertinya belum menghilang dari kerongkongannya.

"Nih, batuk mulu kamu Dav,"

Davine langsung menerima es jeruk itu dan meminumnya hingga tersisa setengah gelas. Dia menghela napas akhirnya kerongkongannya bebas dari sambal sialan itu. Matanya kembali menghadap bakso di mangkoknya yang masih tersisa sedikit. Entah kenapa nafsu makannya tiba-tiba menghilang sekarang.

"Cak?" Thania memanggil Cak Mar.

"Apa Neng?"

"Thania boleh wawancara sama Cak Mar?"

"Waduh Davine udah duluan tadi neng."

Davine menoleh pada Thania, gadis itu tampak kecewa dan bingung sekarang. Setahu Davine memang gadis ini belum mengetahui pedagang-pedagang di kota Malang, mungkin hanya Cak Mar satu-satunya yang dia kenal. Pandangannya terkunci selama beberapa detik pada gadis itu.

Dari gerak-gerik tubuhnya, Thania nampak sangat gelisah. Gadis itu memainkan rambut panjangnya sambil berpikir. Kemudian dia menopang dagunya seraya menatap keluar tenda. Dia menggigit bibir bawahnya dan matanya mencari-cari sesuatu yang Davine tidak ketahui.

Bodohnya Davine memerhatikan gadis itu terus sejak tadi.

Lama-lama dia tidak tahan.

"Gue bantu," ucapnya spontan membuat Thania menoleh ke arahnya. "Gue banyak kenalan pedagang kaki lima di daerah Klojen," Davine mengalihkan pandangannya.

"Oh gak usah Dav, gue bisa cari sendiri kok."

"Sesama tema ekonomi harus saling membantu," alasan Davine. Padahal dia hanya ingin bersama Thania. Lagi.

Thania tampak berpikir lagi atas tawaran yang diberikan Davine. Dia seperti menimbang-nimbang antara mau berjuang sendiri mencari narasumber atau dibantu oleh mantannya ini. Davine mencoba untuk tetap bersikap dingin, dia tidak ingin terlihat berharap gadis itu menerima tawarannya.

Gadis itu menatap Davine selama beberapa detik. Dia seperti mencari sesuatu dari mata Davine. Mungkin Thania takut ditipu lagi oleh Davine? Huh, Davine tidak sejahat itu lagi Than. Kali ini dia tulus ingin membantunya.

"Oke, tapi ada syaratnya," setelah dilemanya akhirnya Thania berbicara.

"Apa?" Davine mengernyit.

"Gue bayar uang bensin motor lo."

Davine tertawa rendah. Gadis ini tidak mau menerima mentah-mentah bantuan dari Davine. Terlihat Thania tidak mau berhutang budi padanya. Akhirnya Davine mengangguk setuju dan gadis itu tersenyum padanya. Davine beranjak dari duduknya dan membayar apa yang dia makan tadi pada Cak Mar.

RetaliationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang