Baguslah, dia tahu itu sekarang. Bakal lebih mudah.
"Serius Dav?" Thania masih menatapnya tidak percaya.
"Gue gak pernah bercanda. Perlu gue tunjukin akta kelahiran?"
"Eh gak gak,"
Setelah itu Thania hanya melongo, tampaknya dia speechless mengetahui kebenaran ini. Bagaimana jika Davine menembaknya sekarang juga? Mungkin Thania akan pingsan di tempat. Lebih baik Davine menundanya dulu.
"Ayo kerjain tugas." Davine menarik tangan Thania. Dilihatnya wajah Thania semakin memerah.
Gak sia-sia gue pake topeng Alex. Davine ingin tertawa dengan sifatnya yang berubah sekarang, dia lebih mirip Alex si mantan playboy itu. Dingin-dingin romantis.
"Than?" Davine mengibaskan tangannya di depan wajah Thania, sekak tadi cewek itu menatap kosong.
"Eh iya?"
"Nanti aja mikirin guenya, kan sekarang gue ada di depan lo." Davine ingin menertawai dirinya sendiri, dari mana dia dapat kata-kata semacam ini?
"Apaan sih lo!" Thania memajukan bibir depannya lalu matanya beralih pada botol yang ada di meja.
Davine masih dapat melihat betapa merahnya wajah Thania saat ini. Lucu juga melihat cewek salah tingkah. Ini pemandangan terlucu yang pernah Davine lihat.
Selama 30 menit mereka terfokus menggarap botol bekas itu menjadi sebuah mobil-mobilan. Davine bagian memotong-motong botol dan memasang ban sedangkan Thania bagian merancang desain dan mengecatnya menjadi lebih indah. 30 menit mereka tidak terbuang sia-sia. Mobil-mobil itu sudah jadi, bentuknya sangat indah berkat kreativitas Thania.
Davine memanggut-manggut melihat mobil-mobilan itu. "Keren juga."
"Iyalah gue gitu loh." Ucap Thania percaya diri.
"Nggak ah gue." Sahut Davine.
"Gue! Kan gue yang desain bentuknya, warnanya, dan-"
"Kita."
Perkataan Thania terpotong karena Davine. Dia tiba-tiba diam. Ucapan Davine terdengar begitu lembut di telinganya hingga dia terhipnotis.
Davine menatap Thania yang bibirnya berkatup rapat. Dia ingin tertawa sekarang juga. Ternyata cewek ini mudah sekali diluluhkan, berarti cowok-cowok di sekolah yang mendekati Thania itu terlalu bodoh. Masa mereka kalah sama cowok yang jomblo dari lahir ini?
Hello Dav kalau gak ada Alex dan geng dendam lo itu, lo yang ditindas Thania sekarang! -Author nimbrung.
"Gue pulang dulu Dav," Thania hendak beranjak mengambil tasnya.
"Lo gak mau ikut makan malam?" Davine menahan tangan Thania.
"Makan malam? M-maksud lo?" Thania sepertinya membayangkan ada ayah Davine yang ikut hadir.
"Iya, ada idola lo." Davine memutar bola matanya. Kenapa Thania begitu ngefans dengan ayahnya itu? Padahal lebih tampan dirinya.
"Emang gak apa-apa gue di sini? Nanti malah dimarahin orangtua lo."
"Nggak, malah mungkin mereka senang gue bawa cewek untuk pertama kalinya." Davine menarik Thania agar dia duduk lagi.
"Hm yaudah." Akhirnya Thania setuju dengan ajakan Davine.
**
Lah? Lih? Luh? Leh? Loh?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Retaliation
Teen FictionDavine Airlangga, THE COLDEST BOY EVER di SMA Gama. Tidak pernah yang namanya mau berurusan dengan cewek. Sebagian berpikir Davine pernah memiliki masa lalu yang kelam, ada juga yang berfikiran bahwa Davine tidak normal. BIG NO! Davine masih normal...