"Gila, kasihan bener, ditolak pas hari ulang tahun!" Teh Tisa tak bisa menahan gelaknya.
Liam menceritakan peristiwa canggung barusan kepada kakak Diaz. Ia tidak pernah punya kakak perempuan dan ternyata curhat dengan wanita yang lebih dewasa, membuat hatinya lebih lega.
"Diem-diem kamu heart breaker juga, ya. Jangan-jangan udah banyak yang dibikin nangis bombay sama kamu selama ini," seloroh si penggila yoga itu.
"Apaan, sih , Teh. Kalau cantik dan seksi kaya Teh Tisa, nah pantes deh dibilang heart breaker. Cewek cungkring dan enggak pengalaman kaya aku, mana mungkin disukain cowok," keluh Liam, berpegangan pada sabuk pengaman di mobil Honda Jazz Teh Tisa.
"Tahu enggak? Seumur hidup, aku cuma pacaran serius dua kali. Sama mantan suamiku dan ya sama Satria sekarang ini. Sebelumnya, aku terlalu takut," ungkap wanita tiga puluh tahun itu.
"Takut kenapa, Teh?" Liam mengubah posisi duduknya, memandang penuh konsentrasi ke arah bangku pengemudi.
"Aku pacaran sama mantan suamiku sejak SMP. Andri itu cowok pertama yang berani nembak aku, sejak itu aku enggak bisa lepas darinya. Aku sampai enggak bisa bedain, mana cinta, mana obsesi, mana rasa sayang, mana rasa posesif."
Teh Tisa menarik nafas panjang dua kali, lalu mengembuskannya perlahan. Menceritakan bagian selanjutnya ini tak pernah mudah baginya.
"Semua ejekan, makian, ketidakpedulian, malah kuanggap tanda aku enggak pantas untuknya. Semakin dia menyiksa, aku malah semakin yakin berkata, kalau itu semua salahku. Tisa enggak bisa jadi istri yang baik untuk Andri."
Usapan lembut Liam pada pundak kirinya, membuat Teh Tisa sukar menahan aliran air mata haru.
"Cinta yang salah tempat, bisa bikin kamu buta dan tuli, Liam. Aku tahu persis bagaimana rasanya. Dan monster itu bisa berubah dalam satu jentikan hari. Sehabis menyakiti gila-gilaan, tiba-tiba mereka memohon di kakimu meminta ampun. Siklus yang terus berlanjut, seperti lingkaran setan."
Liam menjilat bibirnya yang kering. Kerapuhan ini mengingatkan ia pada bulan-bulan terakhir Mama hidup. Dengan tubuh yang digerogoti maut, Mama menggunakan sisa-sisa tenaganya untuk mengakui hantu yang mewarnai hidupnya selama ini. Bertahan dalam pernikahan yang ternoda karena kekhilafan ketika ia gagal berkomunikasi baik dengan Abah.
Mobil Teh Tisa berbelok ke Jalan Dago. Rupanya kemacetan di Pasar Simpang berlanjut hingga melewati belokan Jalan Tubagus Ismail. Lalu lintas yang tersendat, menambah waktu bagi wanita cantik dan segar itu melanjutkan ceritanya.
"Kalau saja dulu Didut enggak nekat bawa mobil Papah diam-diam dan jemput aku di apartemen, mungkin aku bakal mati minggu depannya. Aku hutang nyawa sama dia. Anak itu biar suka asal, sebenarnya dia yang paling sensitif di keluarga. Begitu aku enggak kontak sesering biasanya, langsung dia curiga."
Diaz paling peka? Wow, kukira dia tipe yang cuma tahu hahahihi aja di keluarganya. Liam membuka kacamatanya yang berembun, lalu mengusapnya dengan ujung kaus.
"Terus, Teh? Teteh cerai? Kang Andri ditangkap polisi enggak?" tanya gadis itu penasaran.
"Hmm, tadinya Didut udah nafsu mau hajar kakak iparnya itu. Apalagi pas sidang di pengadilan dan Andri kasih kesaksian berbelit-belit. Tapi, aku tahan. Sayang banget ngebuang masa depan buat balas dendam sama cowok curut got macem itu!"
"Diaz bisa marah kaya gitu?" Mata kucing Liam membulat.
"Jangan salah, Didut itu paling enggak bisa lihat cewek disakitin. Yah, namanya ada trauma masa lalu. Anak itu jadi pengin jadi pahlawan tiap ada kasus di mana cewek jadi korban cowoknya begini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Love Rhapsody [COMPLETED]
RomantikApa jadinya kalau dua manusia takut komitmen tiba-tiba dipertemukan takdir dalam sebuah acara radio? Liam, si cewek gloomy yang enggan percaya akan ketulusan cinta. Telepon rutinnya setiap Minggu malam ke Radio Gara membuat sang penyiar terjerat si...