Ada tiga hal yang menjadi bagian ritual aneh di saluran 105.4 FM, radio gaul anak muda Bandung. Hari Minggu, pukul setengah sepuluh malam, dan lagu Oasis yang rajin berkumandang. Band asal ranah Britania tersebut selalu diminta oleh seorang pendengar setia.
Selama setahun Diaz memandu acara Alternative Jukebox, suara alto itu tak pernah absen menghubungi saluran request Radio Gara. Gadis bersuara datar dan tak sekalipun terdengar ceria. Tak pernah ada irama bicara yang dimanis-maniskan keluar dari mulutnya. Benar-benar berbeda dari kebanyakan penggemar Diaz yang berebutan menelepon di acara Top 40 request sore hari.
Gadis itu hanya menyebut namanya 'Val'. Tiada informasi spesifik di mana daerah ia tinggal. Bahkan segala pertanyaan basa-basi yang pernah Diaz coba ajukan hanya berbalas pernyataan yang begitu umum.
Kuliah di mana? Fakultas Ekonomi
Kampus apa? Sebuah kampus di Bandung
Kamu punya pacar? Apa urusan kamu?Val hanya muncul untuk request. Setiap sesi sharing lewat WhatsApp dan Twitter yang turut dibuka Diaz, tidak pernah ada nama Val ikut berpartisipasi. Percakapan tidak lebih dari lima menit setiap pekan, demikian interaksi terlama Diaz dengan cewek sedingin kulkas dua pintu itu.
Aneh. Super aneh. Mungkin ia termasuk spesies cewek langka di Bandung yang tidak terjerat pesona suara maut Diaz Erlangga Saputra.
Diaz menghitung, hari ini tepat minggu ke-52 ia menggawangi program Alternative Jukebox, sebuah program yang khusus ia buat untuk menyalurkan obsesi terbesarnya: musik alternatif era 90-an. Di stasiun radio lain, acara seperti ini biasanya bukan sumber peraih rating. Tetapi, tidak di Radio Gara.
Mas Edwin, sang direktur program Radio Gara, tahu persis magnet Diaz untuk kesuksesan radionya. Tampuk radio dengan pendengar terbanyak se-Bandung Raya dan gelontoran iklan serta proyek pemasaran lain, semua hadir berkat seorang Diaz.
Resmilah setahun lalu Diaz menjadi anak emas Radio Gara. Setelah sempat mencicipi bekerja di sebuah perusahaan advertising di Jakarta sambil siaran di sebuah radio dewasa muda, Diaz kembali ke kota kelahirannya. Barudak Bandung once again!
Usia Diaz yang akan menginjak 26 tahun bulan April tahun mendatang, tidak menjadikannya kalah pamor dari selebriti cowok kinyis-kinyis yang jauh lebih muda dan segar. Diaz punya karisma cowok misterius yang sulit untuk diikat. Lucunya, meskipun ia mudah jalan dengan siapa saja, Diaz memilih untuk tidak menebar benihnya dimana-mana.
Every girl is just for a glimpse of fun time, semboyan asmara andalan Diaz.
Sampai sekarang, Diaz tidak pernah mengumumkan siapa pacarnya secara resmi. Seribu cewek boleh saja mengaku mengisi hatinya. Tetapi Diaz tahu pasti, belum ada yang berhasil membuat gelitik kupu-kupu mampir ke perutnya.
Sampai muncul Val dengan karakter lempeng ala cyborg. Penolakan yang ditunjukkan Val membuat Diaz semakin penasaran. Berarti, cewek itu benar-benar mendengarkan acaranya karena menggemari musik rock alternatif. Bukan karena seorang Diaz, si penyiar pujaan wanita, yang ada di balik mikrofon.
Tidak, Val bukan salah satu groupies yang menantikan kesempatan untuk berkencan apalagi berharap untuk bermalam denganku. Cewek ini beda. Cewek ini istimewa.
Diaz terus meyakinkan dirinya bahwa rasa aneh di dalam perutnya ini hanyalah efek AC yang terlalu dingin. Atau, bebek goreng dari Warung Mang Ali yang tadi ia santap memang sambalnya terlalu pedas.
Fokus, Diaz! Jangan jadi mellow teu puguh mikirin cewek yang wujudnya aja enggak jelas! (1)
Diaz menepuk pipinya. Ia melirik ke jam di layar komputer. Lima menit menuju pukul setengah sepuluh malam. Jemari Diaz dengan lincah menurunkan tombol volume lagu dan menaikkan volume mikrofonnya secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Love Rhapsody [COMPLETED]
Roman d'amourApa jadinya kalau dua manusia takut komitmen tiba-tiba dipertemukan takdir dalam sebuah acara radio? Liam, si cewek gloomy yang enggan percaya akan ketulusan cinta. Telepon rutinnya setiap Minggu malam ke Radio Gara membuat sang penyiar terjerat si...