Kafe bergaya shabby chic itu tidak terlampau ramai hari ini. Mungkin juga karena mulai memasuki tanggal tua. Para remaja yang biasa memenuhi Tammy's Tea Room di Jalan Cimanuk ini lebih memilih untuk nongkrong murah meriah di kampus atau rumah masing-masing.
Namun, tidak halnya dengan tiga mahasiswi baru di Fakultas Ekonomi Unisba yang asyik bergosip di sudut ruangan. Asap rokok mengepul, disertai suara beroktaf tinggi. Isi pembicaraan? Tentu saja bukan hal yang berfaedah buat orang kebanyakan.
"Elo liat nih, Ni. Kang Diaz itu udah kepincut sama si b*tchy robot."
Seorang gadis berambut ombre dan kalung chocker berbandul bintang, menyodorkan ponselnya. Galeri foto terbuka, menunjukkan jepretan-jepretan sepasang insan yang tengah bercengkrama akrab.
"Sialan! Jadi emang udah gatel dari awal masuk SRS?" Seulas bibir bersaput lipstik burgundy gesit memaki. Gemuruh amarah di dadanya kian menjadi.
"Gue lihat sih, Liam tadi sore ada di rumah Kang Diaz. Soalnya di IG story Tetehnya Diaz ada rekaman mereka berdua lagi duduk di pinggir kolam. Elo udah lihat?" Gadis rambut ombre kedua yang memakai turtle neck warna baby pink, menunjukkan sebuah video dari tablet miliknya.
"Jen, Tari, elo kenapa baru cerita sekarang sama gue siiih? Kan kalian tahu seberapa gue cintanya sama Kang Diaz!" semprot cewek berambut ikal dengan riasan tebal seperti mau pergi clubbing di malam hari.
"Yah, Nia, mana kita tahu kalau mereka udah sampai sedeket ini. Kita pikir, cewek aneh kaya Liam mana mungkin bisa seserius ini hubungannya," Tari membela diri. Disedotnya kembali strawberry milkshake yang tersaji di hadapannya.
"Kang Diaz enggak pernah upload apa-apa di IG-nya. Jadi, mana gue tahu, monyong! Di kantor juga dia biasa aja, enggak ada yang be ...." Bulu mata palsu Nia ikut bergerak seiring bola matanya memutar.
"Yakin enggak ada yang berubah?" selidik Jen.
Dia yang hanya bertemu Liam dan Diaz dua minggu sekali saja, langsung menangkap sinyal berbeda dari kedekatan keduanya. Khususnya dari Diaz, yang terus menerus melemparkan pandangan hangat ke arah Liam. Meskipun, pada banyak kesempatan, gadis berkulit putih pucat itu lebih memilih diam, sedingin salju di Kutub Selatan.
"Si cewek brengsek yang biasa request tiap Minggu malam itu udah enggak pernah ada lagi. Jangan-jangan ....." Juara favorit Mojang Bandung 2017 itu menyalakan kembali sebatang rokok mentol setelah batang sebelumnya ia habiskan dengan cepat.
"Jangan jangan apaan?" Jen dan Tari bertanya barengan.
"Liam, siapa nama panjangnya?"
"Valia Mira. Anak Manajemen Unpad, tingkat tiga," jawab Tari masih dengan dahi mengernyit.
"That b*tch! Pasti dia yang selama ini jadi Val, si penelepon ganjen. Bisa-bisanya dia bikin Kang Diaz macem cowok kurang kerjaan. Ngajakin basa-basi tiap request, tapi enggak ditanggepin!" jerit Nia histeris. Untung saja, suara alunan musik Katy Perry di Tammy's Tea Room terdengar cukup keras, sehingga menutupi sebagian suaranya yang menaik dua oktaf.
Kedua sahabat Nia sejak SMA itu spontan bertepuk tangan.
"Hebat bener, Princess Nia. Langsung bisa nebak penjahat cuma dengan sedikit petunjuk." Lensa kontak hijau zaitun Jen tampak berkilau.
"Sh*t! Bisa-bisa pas Valentine's Day, Kang Diaz udah keburu jadian sama dia. Enggak bisa dong! Kang Diaz itu punya gue!" Satu isapan kuat dari rokok di tangannya dan kaki jenjang yang bergetar gelisah, Nia sudah benar-benar frustrasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Love Rhapsody [COMPLETED]
RomanceApa jadinya kalau dua manusia takut komitmen tiba-tiba dipertemukan takdir dalam sebuah acara radio? Liam, si cewek gloomy yang enggan percaya akan ketulusan cinta. Telepon rutinnya setiap Minggu malam ke Radio Gara membuat sang penyiar terjerat si...