"Liam! Tunggu!"
Cengkraman pria berjenggot itu begitu kuat. Liam sudah merasakan sendiri salah satunya ketika telapak itu meyapu pipinya dua bulan lalu. Namun, dalam keadaan sadar, apakah ia akan berani kembali menyakiti Liam? Darah dagingnya sendiri?
"Kamu kenapa kabur? Dengerin dulu. Papa ke sini karena disuruh Diaz."
Di pelataran apartemen, Liam terpaku. Tubuhnya melemas.
"Ngapain Diaz nyuruh Papa segala?" Pertanyaan Liam yang lebih tepat seperti penyesalan, membuat dadanya semakin sakit. Masalah menjadi semakin rumit di mata Liam.
"Kamu hilang, enggak bisa dihubungin. Terus, kata Diaz, kamu mungkin dibawa kabur cowok," jelas Kang Prast. Ia sedikit demi sedikit hafal karakter Liam. Putrinya ini harus segera diberi penjelasan, sebelum melarikan diri lagi.
"Dibawa kabur?" Memandang wajah yang begitu mirip dengan amarhum Abah, hanya berbeda gaya rambut dan jenggot, Liam tertawa getir.
"Kasihan bener ya, aku ini. Sampai ngilang bareng cowok, dikirain diculik. Macam anak kecil lenyap pulang sekolah aja," sindir Liam.
"Cowok yang bukan pacar kamu. Sadar kamu, Liam" tukas Kang Prast, papa kandung Liam itu dengan ekspresi dingin.
"Yah, udah keturunan mungkin. Sukanya tebar pesona ke mana-mana," tandas Liam, melipat tangan di dada. Menatap tajam ke pria yang rahangnya kian mengeras itu, ia melanjutkan, "Atau Papa mau sekalian lihat aku ciuman hot di depan sini?"
Lelaki itu hanya diam, menunduk. Dengan gerakan lambat, ia mengeluarkan ponsel dan menelepon.
"Yaz, Liam udah ketemu. Buruan kamu ke sini."
Liam melotot. Ia sangka Papa akan kembali liar, sehingga ia punya alasan untuk membiarkan petugas keamanan atau siapa pun yang lewat untuk memisahkan dirinya dari Papa.
"Aku enggak mau ketemu Diaz."
"Kamu itu aneh. Ada masalah bukannya diselesaiin, malah kabur," decak Kang Prast. Benar-benar mirip Tara kalau sedang ngambek, dengusnya dalam hati.
"Cowok kamu aja bingung, masalahnya apa. Katanya tadi kalian mesra-mesra aja. Disuruh nunggu, malah kabur! Aneh kamu mah! Punya pacar kasep malah ditinggalin!" (1)
"Ya itu masalahnya orang-orang terlalu ganteng! Enggak sadar kalau ceweknya tertekan pacaran sama mereka!" teriak Liam. Entah mengapa, kata-kata Papa membuatnya ingin meluapkan semua yang terpendam.
"Papa itu laki-laki. Mana tahu kejamnya cewek kalo udah ngefans, cinta buta. Aku sial aja jadi pacarnya Diaz. Langsung disumpahin sama cewek-cewek se-Bandung! Mungkin juga ada yang pengin aku mati!" racau Liam. Ia bisa merasakan wajah memanas, napas memburu, dan kepala yang seakan melayang ke angkasa.
"Wah, tega bener kamu. Diaz bisa gantung diri dibilang pacaran sama dia berarti kesialan. Terus, bukannya mutusin baik-baik, kamu malah nawarin diri ke cowok lain. Pinter banget!"
"Aku enggak nawarin diri!" kilah Liam.
"Cowok itu yang dateng sen ...."
"Liam!"
Sesosok cowok berkacamata berlari ke arah Liam. Mukanya panik. Mengatur napasnya yang terengah-engah, ia sontak memeluk Liam.
"Kamu ke mana? Di lobi enggak ada, aku kira kabur lagi."
Air muka Kang Prast berubah sangar. Dicokoknya kerah kemeja cowok kurang ajar yang main memeluk putrinya.
"Heh, cunguk! Pegang-pegang cewek orang!" (2)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Love Rhapsody [COMPLETED]
RomansaApa jadinya kalau dua manusia takut komitmen tiba-tiba dipertemukan takdir dalam sebuah acara radio? Liam, si cewek gloomy yang enggan percaya akan ketulusan cinta. Telepon rutinnya setiap Minggu malam ke Radio Gara membuat sang penyiar terjerat si...