"Bengong aja, Tuan Putri! Awas kesambet!"
Sebuah bantal kecil berbentuk hati melayang ke wajah Liam. Untung saja kacamatanya tidak sampai terlepas. Mengingat tenaga Tia yang selevel dengan pegulat amatir yang sering lupa dikontrol, termasuk saat bercanda seperti ini.
Liam kembali terpekur memandangi bungkusan di pangkuannya. Seorang driver ojek online belum lama mengantarkannya. Tanpa mau menyebutkan siapa pengirimnya, akhirnya Liam tahu siapa yang repot-repot membelikannya empat kaus band yang jika Liam total, harganya pasti lebih dari setengah juta. Ia tahu, karena label pada kaus tersebut menunjukkan toko online yang juga jadi langganan Liam. Kaus edisi istimewa yang perlu pre order dahulu jika hendak membelinya.
Pesan yang masuk ke ponsel ketika Liam kembali ke kamar Tia, menegaskan identitas pemberi hadiah misterius itu. Sebuah rekaman menyertai, suara seorang cowok menyanyikan A Girl Like You dari solois asal Skotlandia, Edwyn Collins.
Rio, this is too much. Kamu enggak perlu ngirim segininya.
Mengacak-acak rambutnya yang masih agak basah selesai keramas satu jam lalu, kebingungan menyelimuti Liam saat mengirim pesan tersebut.
No worries. Aku ada rezeki lebih. Kalau kamu enggak suka, balikin aja besok waktu ketemu. Tapi, aku enggak bisa jamin, mau nangis kaya gimana kalau hadapin penolakan sadis kamu di tempat umum.
Sebuah stiker bergambar James, karakter LINE yang berambut pirang gondrong terkirim. James terlihat merana dengan bagian dada bolong.
Liam menyerah. Entah mengapa, kebiasaannya sulit berkata "tidak" semakin menjadi. Teringat permintaan Diaz di Saraga tadi pagi, mengapa hatinya terasa tidak enak juga kepada cowok itu?
"Bersyukur, Neng. Segitu dinginnya ngalahin freezer, bisa dideketin cowok keren yang perhatian banget. Itu kado dari Kang Diaz?" Tia bertopang dagu di depan Liam. Tingkat kekepoannya kini menaik.
Liam menggeleng lemah. "Ini dari Rio. Cowok tadi aku ceritain ketemu di Saraga."
"Hah!" Tia mengubah posisi duduknya. Matanya melotot seperti kebanyakan menelan jengkol.
"Si Dilan? Cowok ponian cute banget dunia akhirat?"
Liam meringis. Deskripsi dari Tia terlalu berbumbu. Ia tidak melihat Rio semenarik itu. Semua aura cowok ganteng sukses disedot sama Diaz, batin gadis berkacamata itu. Entah bagaimana, tubuh atletis Diaz yang semangat berlari tiba-tiba muncul di benaknya.
Otomatis Liam menggeleng-gelengkan kepala. Mencoba menendang imajinasi yang menurutnya terlalu mesum itu dari kepalanya. Tia malah melihat sahabatnya ini seperti salah minum obat.
"Tadinya dia enggak ponian. Tahu tuh, kenapa jadi ganti gaya rambut," ujar Liam mengedikkan bahu.
"Ya biar kamu nengok lah! Kelamaan jomblo, jadi kurang wawasan deh soal cowok," sergah Tia jemawa.
Di dalam hati, ia bertekad menjadikan Liam bebas jomblo di tahun 2018 nanti. Setidaknya, cewek kaku ini bisa punya kencan di malam tahun baru yang tinggal bersisa kurang dari sebulan lagi.
"Tapi, aku belum mau pacaran dulu. Punya pacar bisa bikin hidupku makin ruwet." Liam merebahkan badannya di atas karpet bulu-bulu di kamar Tia yang serba merah muda.
"Itu sih kamu aja yang ngeribetin diri. Kalo pacaran sama cowok yang bener dan hubungan kalian enggak drama, no problemo, Darling," tandas Tia. Sebenarnya, ia sendiri juga tak punya banyak pengalaman di area hubungan serius. Namun, menjadi orang yang sama-sama pesimis seperti Liam, tidak akan membuat cewek pandai itu maju di perkara asmara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Love Rhapsody [COMPLETED]
RomanceApa jadinya kalau dua manusia takut komitmen tiba-tiba dipertemukan takdir dalam sebuah acara radio? Liam, si cewek gloomy yang enggan percaya akan ketulusan cinta. Telepon rutinnya setiap Minggu malam ke Radio Gara membuat sang penyiar terjerat si...