"Ketika ego selalu memikirkan ketakutkan, karena terlahir sebagai seorang yang tidak mempunyai kuasa. Yakinlah kekuasaan mereka hanya titipan yang harusnya dipertimbangkan bukan dibanggakan."
*******
"Dasar kau gadis pelacur! Apa yang sedang ada dalam otak busukmu! Kekuasaan! Kekayaan! Kau memang tidak pantas untuk hidup!" Teriakan dengan suara yang tinggi, membuat suara itu menggema di seluruh ruangan. Gadis yang dikelilingi oleh tiga orang gadis dengan dandanan menor itu merengkuh dengan ketakutan teramat sangat.
"Apa salahku?" Bisik gadis malang. Tetesan airmata gadis itu terus meluncur tanpa bisa ditahan lagi.
"Apa salahmu?" Teriak gadis dengan rambut biru.
"Salahmu adalah! Kau mendekati Andreas yang jelas-jelas bukan milikmu!" Teriak Rambut Pink. Apa yang terjadi memanglah hal biasa, dimana yang berkuasa selalu menang dan akan tetap begitu.
"Aku tidak pernah mendekatinya!" Seru gadis itu dengan derai airmata yang tak kunjung henti.
"Kau menggodanya!" Teriak mereka bertiga dengan bersamaan.
"Aku tidak menggodanya," ucap gadis itu lagi.
Plaaakkkk
"Akui saja kau menggodanya!" Ucap gadis yang begitu kekeh mengatakan bahwa gadis lemah dihadapannya ini adalah penggoda.
"dasar kau gadis gila, mana mungkin kau mendapatkan Andreas, cowokku". teriak gadis itu dengan keras.
plakkk....
plaakkk
Tamparan mendarat di pipi kanan dan kiri gadis malang. Dia hanya bisa diam, tak berani melawan.
sudah terlalu sering gadis tak berdaya itu, di perlakukan dengan tak adil oleh beberapa temannya. Dia memang gadis sederhana tanpa dandana berlebihan. Memang untuk usianya, harusnya berdandan secara tidak berlebihan.
"kenapa... kenapa aku tidak bisa membalas mereka?" gadis itu bergumam pelan, memeluk lutut dengan baju yang basah, siraman air, sebelum mereka pergi meninggalkan gadis itu.
saat kakinya melangkah meninggalkan kamar mandi yang begitu kumuh. ada beberapa anak yang memandangnya dengan tatapan jijik.
"kau Tara?" seorang siswa lewat di hadapannya. sengaja memanggilnya dengan nada enggan.
"ya, kenapa?" ucap Tara.
"di panggil pak Kepsek," jawabnya.
"terima kasih" ucap Tara.
Tara beranjak dengan langkah yang sedikit tertatih . semua anak di satu sekolahan tau, siapa yang salah. Tidak ada yang berani berkata jujur, dengan ancaman di keluarkan dari sekolahan. Dan sekarang giliran Tara, gadis yang dekat dengan Andreas yang di klaim sebagai milik gadis penguasan sekolahan. Tara teramat mengerti bahwa kehadirannya dalam lingkungan sekolah mewah ini hanyalah penyiksaan atau lebih tepatnya neraka dunia yang sedang menguji kesabarannya.
Tara memang gadis yang kurang beruntung dengan keadaan ekonomi lemah. Tara tetap menjalani kehidupanya berharap semua berjalan dengan cara yang normal dan tidak melebihi batas yang ada. Namun memang sayang, bukan hanya ekonominya saja yang lemah namun keberanian menghadapi kenyataanlah yang membuatnya semakin mudah untuk di rendahkan. Seharusnya memang semua berakhir ketika kedua orangtuanya mulai menaikkan setatus sosialnya. Entahlah, Mungkin hanyalah tipuan semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
LORD DEMONS Completed✔️
Fantasy"Kau kembali" Dadap Davender "Siapa dirimu? Aku sama sekali tidak mengenalmu?" Tara Earlena