29

5.6K 273 9
                                    

TARA POV

Aku mendengar pertengkaran hebat antara kekuatanku, namun kenapa aku tidak bisa membuka mataku.

Lagi-lagi aku merasa tubuhku terhempas, bahkan beberapa kali ada merasakan ada tempat paling nyaman untukku terlelap selain pelukan Dan sebagai kakakku atau Adnan sebagai mentari yang hangat untukku.

'Kamu berhasil menyembuhkan Dadap tapi lagi dan lagi kamu akan kehilangan lebih banyak,'

"Kehilangan apa?"

"keluarga, atau orang yang berani memberikan kekuatannya untukku,"

"Siapa?"

Entah kenapa pikiranku langsung tertuju pada Adnan yang sepertinya juga terlelap.

"Tidak... Adnan tidak boleh pergi!" teriakku berulang kali.

Aku menolak, jelas bagaimana mungkin aku membiarkan Adnan yang berjuang dari awal untuk bertahan meninggalkanku. Bahkan aku belum mengatakan bahwa Kia telah mencintainya sejak awal dan dia pantas untuk bersatu dengan Adnan. Waktu... Putar kembali untuk membuat Adnan mengerti bahwa cinta tak selalu terpaku pada satu titik temu.

"Adnan!" teriakku lagi.

"Kau tidak bisa menyelamatkannya, itu pilihanya kecuali kau bisa membuka matamu tepat saat dia bangun,"

"Aku bahkan tidak tau kapan mereka bangun eh maksudnya Adnan bangun," sanggahku.

"Kau lupa bahwa Adnan telah tau apa yang akan terjadi dengannya jika jujur,"

"Tapi aku tidak... Dadap tidak akan bisa menerima kenyataan ini, aku sudah tidak sanggup melihat penderitaan lagi," jelasku.

"Pikirkan dirimu dahulu,"

"Egois jika hanya  memikirkan diri sendiri."

"Iya... Sayang... Kamu terlalu lupa bagaimana menghargai dirimu," ucapnya.

Aku menghela napas sesak. Bagaimana mungkin aku bisa kehilangan Adnan astaga, apakah aku mulai sulit menerima kenyataan bahwa peperangan selalu berakhir kehilangan. Kekuatan baruku, menyelamatkan juga menyerap tanpa sisa.

Aku mengingat ucapan Adnan.

"Cukup denganmu bahagia, maka aku akan bahagia selamanya, dengan siapapun, dengan apapun caranya,"

Ucapan itu terus terngiang.

Hingga aku memilih terlelap untuk mengenang.
Berharap mimpi lagi dan lagi membawaku ke dalam sebuah kesempatan kedua bertemu dengan Adnan.

#####

Thea berbaring tenang disamping Tara. 6 bulan berlalu tanpa kepastian yang nyata, Ken sudah bisa berjalan, Ed juga, Al bahkan hampir berlari, Cia masih belajar merambat, sama dengan Thea.

"ma... Ma... Ma... Ma," ucap Thea sembari mengemut bagian jempol kakinya.

"Ma... Ba. Ba ba ma," ucap Thea, Dadap sedang mengendong Cia.

Dia terbiasa dengan keadaan tanpa kekuatan. Mungkin harus terbiasa menjadi orang biasa.

Pukul 9 malam. Ed,Ken,Al, Thea dan Cia telah terlelap. Kia dan Killa menunggu mereka, sementara Dadap langsung pergi meninggalkan mereka.

Dan berada dalam kamar Tara, memandangnya dengan tatapan dingin, "Kenapa kau pergi lagi? Bukankah tawaranku cukup menggiurkan? Kau hanya perlu menikahi denganku dan semuanya akan baik-baik saja," geram Dan.

LORD DEMONS Completed✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang