"Hentikan Tara!" teriak Tara.
"Nikmati dan syukuri hari ini," bisiknya.
Tara berjalan menuju kamar mandi. Hujan turun terlalu lama kali ini. Apakah hujan ingin menunjukkan bahwa jatuh berkali-kali tidak akan hancur atau hujan ingin Tara memahami bahwa kesedihan. Bukanlah akhir dari kehidupan?.
Tara kembali pada masa terindah dalam hidupnya. Dimana hujan adalah kebahagiaan. Hujan bukan lagi tangisan. Ini adalah tentang air yang jatuh bergemuruh. Menggugah hati untuk terus menyentuh.
"Tara! Jangan main hujan, nanti sakit," Bunda berulang kali mengingatkan Tara.
Tara sama sekali tidak mendengarkan Bunda. Dia terlalu asik berlarian kesana kemari. Membawa sebuah botol kosong untuk bermain. Dengan baju yang terlampau basah.
"Sayang! Ayo udahan," ucap ayah.
Tara kala itu masih berusia 10 tahun. Ada puing-puing kebahagiaan yanh baginya adalah kesempurnaan. Tidak ada luka, kebohongan dan kehancuran yang di sembunyikan.
"Ayah... Bunda!" teriak Tara dengan bahagia sembari melambaikan tangan.
Haaachim
Tara akhirnya bersin-bersin.
"Tuh kan apa bunda bilang?" tanya Bunda.
"Maaf," ucap Tara.
"Boleh main hujan tapi jangan kelamaan," timpal Ayah.
"Maaf," gumam Tara merasa bersalah.
"Mana yang sakit?" tanya Bunda.
Tara menggeleng pelan. Badan Tara panasnya mencapai 40 derajat.
"Apakah tadi jatuh?" tanya Bunda.
Tara kembali menggeleng pelan.
"Besok kalau udah gede jangan suka main hujan," bisik Ayah sembari tersenyum lebar.
Ketika bunda marah hanya Ayah yang mampu mengusir bunda pergi. Bunda telah pergi semenjak beberapa saat yang lalu.
"Ayah," panggil Tara.
"Kenapa sayang?" tanya Ayah.
"Peluk," bisik Tara dengan manja.
"cie anak Ayah, mau peluk yah," ejek Ayah, dengan cepat Tara mengagguk.
"Ayah, kenapa ayah cinta sama bunda?" tanya Tara.
"Hmmm," jawab ayah.
"Ayolah jawab," desak Tara.
"Karena Bundamu baik sayang," bisik Ayah.
"Owh, jadi kalau nanti tante baik, ayah juga mau?" tanya Tara dengan polosnya.
Sontak Ayah tertawa.
"Sudah tidurlah," bisik Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LORD DEMONS Completed✔️
Fantasy"Kau kembali" Dadap Davender "Siapa dirimu? Aku sama sekali tidak mengenalmu?" Tara Earlena