Tara menatap lekat bintang berkelip indah. Ingat terpatri pada kepingan puzzel yang tinggal satu kepingan lagi. Namun batin bergejolak penuh rasa ingin menolak.
"Kau tidak bisa seperti ini TARA!" teriak Batinnya.
"Kalah! Seorang Tara kapan menangnya?"
"Kau Tara... Harus membuktikan bahwa kekuasaanmu cukup menghancurkan mereka!"
"Jangan memikirkan hal yang tidak perlu,"
"Hadapi saja apa yang ada di hadapanmu."
"Jangan takut akan bayanganmu."
"Bayanganmu harusnya yang mengikutimu. Bukan kamu yang mengikutinya."
"Karena bayanganmu telah buta. Dia hanya butuh kamu yang kuat menuntunnya bukan dia yang lemah menuntunmu."
"Hahahaha... Kau bodoh!"
"Memang bodoh!"
"Kau sama sekali hanya diam dan mengatakan apa yang tidak membuat Lord memandangmu."
Tara menghela napas. Lagi dan lagi matanya terpaku pada sosok yang sama yaitu orang yang berada di sisinya saat ini.
"Apakah aku mulai mencintainya?" tanya Tara pada angin yang semilir mempermainkan anak rambutnya.
Ada jalan seribu untuk menyatu. Seribu waktu untuk bertemu namun hanya ada satu alasan mengikat. "Kata bersama," gumam Tara lalu tersenyum.
"Kita telah bersama, Ratuku," suara itu membuat Tara terkejut.
"Lord," Tara memandang dengan heran.
"Apakah ada masalah?" tanya Lord.
"Tidak," jawab Tara dengan tenang.
"Acaranya akan mulai 2 jam lagi dan kamu masih menikmati suasana?" tanya Lord memaksa Tara untuk diam.
"Apakah ada yang salah? Aku bisa siap dalam hitungan detik dengan kekuatanku sekarang," ucap Tara dengan santai.
Tiba- tiba----
Saat Tara dan Lord saling diam menikmati keheningan.
Hoek... Hooeekk
"Sial!" teriak Tara saat melawan mual yang tidak bisa di sembunyikan lagi. Kandungannua harusnya masih jalan 3 bulan. Waktu memang berjalan tanpa bisa di prediksi seberapa cepat hari berlalu.
Tanpa memperdulikan tatapan Lord, Tara langsung berlari ke kamar mandi. Percuma makan banyak tadi sore. Semua keluar tanpa menyisakan sedikitpun. Lord yang khawatir langsung menghampiri Tara. Dengan cepat tangan Tara menyiram kloset lalu menutupnya.
"Apa yang sakit?" tanya Lord membuat Tara terdiam.
"Mungkin aku kelelahan," jawab Tara dengan nada ragu.
"Benarkah?" tanya Lord.
"Hmmm," jawab Tara.
"Baiklah pesta malam ini kita tunda---," ucapan Lord terpotong karena Tara dengan cepat menyahutnya.
"Tidak! Pesta akan berlangsung seperti biasa dan aku akan hadir di sana," gumam Tara.
"Putri Ara... Kamu adalah Ratuku. Jadi jangan paksa dirimu terluka," ucap Lord langsung memeluknya hangat.
"deg... Deg deg... Detakan apa ini?" tanya Tara menikmati hangat yang menyeruak memenuhi ruangan yang selama ini dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LORD DEMONS Completed✔️
Fantasy"Kau kembali" Dadap Davender "Siapa dirimu? Aku sama sekali tidak mengenalmu?" Tara Earlena