Tap... Tap... Tap... Tap
Suara hak tinggi milik Tara menggema di lorong yang begitu gelap. Tara mengerutkan kening untuk mencari jalan. Belum lagi beberapa kali Tara hampir tersungkur, hak sepatunya terlalu tinggi. "Pak... Besok pesen haknya tambahin ya," ucap Tara.
"sama jalanannya jauhin. Sekilo boleh deh," gerutu Tara.
"Adnan Tuli," geram Tara.
"Adnan gila," ucap Tara.
Adnan hanya diam tanpa menjawab apapun ucapan Tara. Mungkin baginya terlalu melelahkan mengucapkan sepatah kata untuk menyambut Calon Ratunya.
Tap tap
Tara menghentikan langkahnya. "Adnan apakah tawaranku di terima oleh lord?" tanya Tara saat benar-benar menghentikan langkahnya.
"Adnan!" teriak Tara.
"Baiklah aku akan menunggu di sini," ucap Tara membuang asal sepatunya lalu berjongkok terdiam.
"Ayolah... Atau Lord kan semakin marah," ucap Adnan.
"Apa maksudmu?" tanya Tara.
"Upacara terbesar tahun ini akan segera di mulai," ucap Adnan.
"Apa urusannya denganku?" tanya Tara.
"Kaulah hakimnya," ucap Adnan.
"Aku tidak bisa adil," sanggah Tara.
"Baiklah. Tetaplah di sana dan kau akan menyesal," ucap Adnan dengan santai.
"Aku jamin acara membosankan," gumam Tara dengan yakin.
"Bertemu dengan selir yang lain. Bahagia, minum arak. Menggunjingkan rakyat jelata," ucap Tara seketika membuat Adnan tersenyum simpul.
"Apakah ada yang lucu?" tanya Tara melihat senyum simpul menghiasi bibir Adnan.
"Apakah Ratu sudah menyerah?" tanya Adnan.
"Belum," jawab Tara.
"Sepertinya sudah," ucap Adnan.Teng teng teng.
Suara menggema muncul dari lorong tidak jauh tempat Tara duduk. " Suara apa itu?" tanya Tara dengan nada was-was.
"Lonceng kematian," jawab Adnan dengan santai.
"Penghambat dan pencepatnya adalah Anda," gumam Adnan.
"Maksudmu... Sial aku benar-benar tidak mengerti," gumam Tara."Apa yang Anda ingin tau?" tanya Adnan.
"Apa yang sebenarnya terjadi," tanya Tara memandang Adnan dengan tatapan sangat serius.
"Ikuti aku jika Anda ingin tau," ucap Adnan berjalan cepat meninggalkan Tara. Tanpa berpikir lagi Tara langsung melepas sepatu hak tinggi yang sejak tadi menyiksanya lalu berlari mengikuti Adnan yang hampir saja berjalan jauh di depan.
"ADNAN TUNGGU!" teriak Tara tanpa perduli suaranya menggema di seluruh ruangan. Langkah Tara terhenti tepat di hadapan pintu besar berukiran sepasang naga yang terbuat dari emas.
"Sampai di sini," ucap Adnan meninggalkan Tara sendirian.
"Aku selalu saja mendapatkan permainan gila," guman Tara.
Dengan gerakan pelan memakai kembali sepatu hak tinggi yang begitu menyiksanya. " Harusnya aku tinggal saja," gumam Tara lagi
Tok tok tok
Tara mengetuk pintu tiga kali, pintu terbuka dengan gerakan pelan.
Braaaakkkkk.
Suara pintu terbuka membuat semua pasang mata menatap kagum pada pemilik gaun hitam sedikit terbuka. Pujian serta senyum ingin memikat terpancar dari seluruh Raja yang memimpin kerajaan di bawah kepemimpinan Lord.
KAMU SEDANG MEMBACA
LORD DEMONS Completed✔️
Fantasy"Kau kembali" Dadap Davender "Siapa dirimu? Aku sama sekali tidak mengenalmu?" Tara Earlena