Hujan turun mengguyur deras sebuah mobil yang terparkir di depan rumah. Tara berulang kali membunyikan klakson, berharap keempat sahabatnya membukakan pintu.
"Eh... Dimana mereka?" gumam Tara.
"Hujan deres banget lagi, aku kemalaman pulang," lanjut Tara.
Tara akhirnya mencari smartphonenya, "Sial ketinggalan di rumah," ucap Tara.
Semakin hari kehamilan Tara semakin aneh, baru menginjak dua bulan kepulangannya ke bumi. Kehamilan Tara sudah melebihi usia sembilan bulan.
Kreekkk kreeekkk
Bunyi pintu pagar di buka membuat Tara menghela napas lega.
"Maaf Rat...Tara, aku eh kami ketiduran," ucap Kia yang tiba-tiba terbangun dan merasa ada yang menunggunya di luar.
"Aku yang kemalaman pulang," gumam Tara.
"Bagaimana hasilnya," gumam Kia.
"Sepertinya sulit mengalahkan semuanya," ucap Tara.
"Apakah kamu menyerah?" tanya kia.
"Hmmm... Hampir," gumam Tara.
"Hampir? Apakah berarti kamu belum menyerah?" ucap Kia dengan menatap Tara penuh harapan.
"Yah... Akhirnya aku perlahan mengerti, aku mengungkap seluruh misteri yang hampir seluruhnya terpecah," gumam Tara.
"Misteri tentang siapa?" tanya Kia.
"Tentang Kita," gumam Tara.
"Kita?" tanya Kia.
"Aku dan kalian," jawab Tara.
"Apakah ada yang aneh?" tanya Kia.
"Selama Dandi ada di belakang kita mungkin, akan baik-baik saja," gumam Tara.
"Yah... Dia tampan," gumam Kia.
Tanpa sadar Tara mengangkat satu alisnya.
"Apakah kamu menyukainya?" tanya Tara spontan.
"Tidak... Tapi dia menyukaimu," gumam Kia.
"Hmm... Hmm... Hmmm," ucap Tara.
Dengan langkah cepat meninggalkan Kia. Ada semburat sesak yang terpancar ketika ucapan 'suka' atau 'cinta' terdengar mengalun indah ditelinganya.
"Hmmm? Apa kau juga menyukainya? Bolehkah aku berkata bahwa semuanya hanya sia-sia? Pada akhirnya kekuatan kami kembali dan kekuatanmu mati," gumam Kia.
Kia menyusul Tara, namun ada rasa yang menahannya. Menyuruhnya terlelap dalam kesepian malam berharap esok hari akan ada bahagia yang menyongsong mereka. Menarik kelamnya jiwa menjadi terangnya semesta.
"Dadap Davender," gumam Tara, sembari menatap langit yang kini muncul bintang dan bulan.
Butiran airmata menetes, ada sedikit rasa bersalah di hati Tara. Semburat kenangan bahwa mereka sempat memadu asmara. Menitikkan rasa yang dalam, menusuk jiwa.
"Andai saja," gumam Tara.
"Andai saja kau bahwa hingga saat ini aku masih terpaku menantimu," gumam Tara.
"Sudahlah, semoga kau bahagia bersama Ara yang sempurna," gumam Tara.
Dengan langkah pelan Tara berjalan menuju tempat peraduan ternyaman.
###
Pagi ini pembukaan hotel bintang tuju milik Tara telah berjalan sesuai rencana. Banyak pertanyaan yang wartawan lontarkan namun hanya segelintir yang Tara jawab dengan nada riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LORD DEMONS Completed✔️
Fantasy"Kau kembali" Dadap Davender "Siapa dirimu? Aku sama sekali tidak mengenalmu?" Tara Earlena