Kepala sekolah menggeram pelan. Bagaimana bisa Tara hamil tanpa ada pria yang mendampinginya? Bahkan Dokter mengatakan bayi yang akan Tara lahirkan lebih dari satu. Pandangannya masih tertuju pada Tara yang terlelap.
Dandi Candrawinata, adalah nama kepala Sekolah yang begitu dingin dan kejam. Apa yang menimpa pada putri semata wayangnya, bukanlah sesuatu yang harus dia sesali. Itu semua akibat dari perbuatannya yang tanpa melakukan terlibat langsung pada kematian Tara.
"Maafkan aku," bisik Dandi. Pria paruhbaya yang masih terlihat tampan. Bergumam terus tanpa menjeda ucapannya.
"Sudahlah... Masa itu telah berakhir, sekarang adalah masa dimana kita memulai lembaran baru," gumam Tara.
"Kapan aku bisa pulang?" lanjut Tara.
"Aku akan tanyakan ke dokter," gumam Dandi.
"Baiklah... Aku harap segera pulang dan menemui kedua orangtuaku," gumam Tara. Bagian hati kecilnya, sangat merindukan sosok hangat yang selalu ada.
Dandi pergi meninggalkan Tara, mungkin memang benar. Tara belum mengerti berapa lama waktu yang telah terlewatkan.
Kia, Kinan, Kira dan Killa masih membersihkan rumah kosong tidak berpenghuni, banyak atap yang bocor, keadaan yang menyedihkan.
"Lelah!" gumam Kinan.
"Yah... Tapi hidup kita memang melelahkan bahkan menyinggung kematian," gumam Kia.
"Bagaimana? Apakah Dandi pantas untuk Ratu?" tanya Kira.
"Ratu baru saja seminggu berada di sini! Dengan keadaan hamil? Apakah Dandi gila itu masih mau? Menikah dengannya?" tanya Killa. Sedikit mengerutkan keningnya.
"Mungkin," jawab Kira, Kia dan Kinan.
"Abaikan," gumam Killa.
Tok tok tok
Ketukan pintu menyadarkan mereka,
"Tamu? Padahal rumah ini tidak layak huni," gumam Kia.
Dengan langkah pelan Kinan berjalan membuka pintu.
"Ratu!" teriak Kinan. Saat menyaksikan Tara berdiri dengan bantuan Dandi.
"Jangan panggil aku seperti itu, drama kita telah berakhir," gumam Tara sembari tersenyum lemah.
"Hmmm... Apakah ada yang salah?" tanya Dendi sembari mengerutkan kening.
"Apakah ini rumahku?" tanya Tara.
Dendi mengangguk dengan cepat.
Tara melihat sekeliling halaman. Penuh semak dan tumbuhan liar, beberapa dinding berlumut. Atap banyak yang bolong dan beberapa pot bunga pecat.
"Apakah yang terjadi?" tanya Tara.
"Sepuluh tahun yang lalu, saat berita kematianmu tersiar hingga pelosok negeri, banyak yang mencaci maki keluargamu, bahkan mengancam akan membunuh kedua orangtuamu," Dendi mulai bercerita.
"Lalu... Mereka akhirnya memutuskan bunuh diri?" tanya Tara.
"Tidak, tentu mereka masih sangat ingin menemuimu dan membuktikan pada seluruh pelosok negeri bahwa kamu masih hidup," ucap Pak Dandi.
Pada suatu malam yang terlihat terang. Ayah dan Bunda duduk dihalaman rumah dengab meneguk teh herbal buatan Bunda.
"Ayah... Kapan Tara pulang," gumam Bunda.
"Mungkin sebentar lagi," jawab Ayah.
"Apakah tidak teelalu lama Tara pergi Yah," gumam bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
LORD DEMONS Completed✔️
Fantasy"Kau kembali" Dadap Davender "Siapa dirimu? Aku sama sekali tidak mengenalmu?" Tara Earlena