30 (End)

12.9K 404 20
                                    

"Adnan kenapa kau hanya diam?" tanya Tara.

"Aku takut," bisik Adnan.

"Kenapa? Kenapa? Kenapa?" tanya Tara. Tidak sabar mendengarkan alasannya.

"Karena kenyataan bahwa aku tak bisa memilikimu menamparku lagi dan lagi," gumamnya.

Tanpa menjawab Tara mengendong Thea. Menjauh dari Adnan. "Jika saja kamu tau bukan hanya kamu yang mengalaminya, aku dulu juga pernah mengalaminya," guman Tara.

Tara belum sepenuhnya pergi, kaki Thea tertahan tangan Dadap yang terus mengenggamnya.

"Sayang," desis Tara, saat merasa cengkramannya semakin kuat.

Tara tidak jadi pergi, Adnan berjalan mendekati Dadap yang bersimbah darah.

Tetesan airmata Tara mengalir dengan deras. Tara memejamkan mata ada gejolak dalam jiwa yang memaksa ingin keluar dari tangannya.

"Tahan Tara, kau tidak boleh melakukannya," bisik Adnan.

"Kau ingin dia mati?" tanya Tara.

Adnan diam, dia sendiri binggung kenapa melarang Tara menyelamatkan Dadap.

Tidak berapa lama, Darren datang bersama Kia, Kinan, Killa dan Kira.

"Ada apa?" tanya Mereka hampir bersamaan.

"Adnan melarangku untuk menyelamatkan Dadap," geram Tara. Matanya masih terus mengalirkan air murni.

"Benar kata Adnan," ucap Darren, "Jika kamu melakukannya, sama saja kamu mengantarkan nyawa."

"Tapi bagaimana dengan Dadap!" teriak Tara. Thea dalam pelukannya menangis karena terkejut.

Oeeekk ooeeekkkk

Terdengar semakin keras karena hawa panas dari kemarahan Tara.

"Ratu, kontrol dirimu," bisik Kinan.

"Kekuatan apa lagi ini?" tanya Tara.

"Kekuatanmu masih banyak jika kau mau, hanya saja batasan selalu ada, jangan gunakan, karena kekuatanmu sangat perhitungan apalagi mengenai imbalan," jelas Kinan. Menepuk pelan pundak Tara.

Tara terlihat mengatur napas agar tenang. Menarik lalu menghembuskan kembali, terus hingga detakan jantungnya tidak berubah cepat.

"Darren, Adnan, angkat Lord, baringkan dan bersihkan tubuhnya, jangan pernah ada darah lagi di dalam tubuhnya," ucap Kinan.

Tara hanya mampu terdiam, Dadap masih bernapas, sangat legang, terlelap dan semakin tanpa.

"Aku disini kan selalu menunggumu," bisik Tara.

###

Dan bangun saat Ken menyentuh keningnya pelan.

"Om, jangan sakiti Ayah, ayah baik, dia juga pelnah calah," ucap Ken. Membuat Dan tersenyum.

"sayang," panggilan itu sungguh membuat Ken langsung berpaling dan berlari ke arah suara.

"Unda!" teriak Ken dengan bahagia, di ikuti, Ed, Al, berlari dengan cepat, sedangkan Cia sepertinya sedikit ketakutan.

Tara yang melihat mereka tumbuh dengan baik tersenyum, "Anak Bunda hebat," puji Tara.

Cia yang berada cukup jauh masih berjuang mendekati Tara.

"Sini Cia sayang," panggil Tara.

Cia terlihat tersenyum lalu mempercepat langkatnya.

Ken, Al, dan Ed terlihat memperhatikan langkah Cia.

LORD DEMONS Completed✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang