Lord berjalan gelisah di depan pintu kamar Tara. Sementara keempat gadis itu menangis sesenggukan sesekali mengucapkan kata maaf dan menyesal. "kalian diam!" Teriak Lord.
Sontak secepat kilat keempat gadis di sana terdiam walau airmata mereka masih mengalir deras namun tetap saja tidak mengeluarkan suara bahkan ingus mereka hanya di biarkan turun melewati bibir. Dengan cepat tangan mengusapnya.
"Bagaimana?" Tanya Lord pada Tabib yang keluar dengan raut wajah cemas.
"BAGAIMANA!" teriak Lord.
"Bisakah kita berbicara berdua?" Bisik Tabib itu membuat Lord menatapnya tajam.
"Ikuti aku," gumam Lord dengan nada dingin.
Lord mengajak Tabib menuju ke ruangan rahasia, balik rak yang menjulang tinggi yang hanya Lord yang tau bagaimana cara membukanya.
"Bagaimana keadaanya?" Tanya Lord.
"Anu... anu... itu lord," gumam tabib dengan penuh keraguan.
"Jelaskan!" Teriak Lord dengan tidak sabar.
"Kedua pedang telah menyatu," ucap Tabib dengan sangat lirih.
"Pedang! Bukankah mereka tidak akan pernah bisa menyatu?" Tanya Lord.
"Ini adalah keanehan yang terjadi. Hanya pemiliknya yang bisa menggunakan mereka secara bersamaan bahkan setelah terluka parah. Monster yang ada di halaman belakang bahkan mati. Tidak akan pernah bisa hidup kembali," ucap Tabib.
"Lalu bagaimana keadaan Putri Ara?" Tanya Lord.
"Dia baik-baik saja. Penyembuhan dirinya sangat cepat namun juga tidak mengurangi masa hidupnya. Hanya saja," ucapan Tabib itu berhenti.
"Kenapa?" Tanya Lord.
"Aku merasa bahwa dia manusia," gumam Tabib.
"Apakah kau gila? Jika dia manusia dia tidak akan mempunyai kemampuan indigo setelah mati. Mustahil dia mendapatkannya," gumam Lord dengan tenang.
"Jika dia manusia. Menerima kekuatan mengerikan iblis akan mati. Mustahil hidup," ucap Lord. Membuat Tabib itu terdiam tanpa bisa mengatakan kelanjutan ucapannya.
"Saya permisi lord," gumam Tabib lalu keluar dari ruangan itu. Lord memikirkan sejenak, "kapan kita akan menyatu untuk mematahkan anggapan mereka?" Tanya Lord. Lord benar-benar sudah tidak sabar menyatukan dirinya dengan Ara.
Samentara keempat gadis itu, Kia, Kira, Kinan dan Killa masuk ke dalam kamar Tara lalu menangis di samping tubuhnya. Sesaat Tara membuka matanya dengan sangat berat. "Kenapa kalian menangis?" Tanya Tara dengan lirih.
"Jangan menangis sungguh aku bahagia bisa bertemu kalian," bisik Tara. Sesekali Tara menghela napas pelan namun berat.
"Aku enggak apa-
apa," gumam Tara lagi sebelum akhirnya dia diam tidak sadarkan diri. Tara membutuhkan banyak istirahat mungkin tubuhnya terlalu lemah untuk bangun dari tidur nyenyaknya.
"Maafkan kami Putri," gumam Kia pelan.
"Semua salah kami," ujar Kinan.
"Apakah kami akan dihukum lagi?" Tanya Kira.
"KALIAN KELUAR!" teriak Lord membuat keempat Putri terkejut. "Kenapa?" Tanya Kira.
"KELUAR!" teriak Lord lagi. Mereka akhirnya keluar tanpa bisa mengatakan apapun pada Tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
LORD DEMONS Completed✔️
Fantasy"Kau kembali" Dadap Davender "Siapa dirimu? Aku sama sekali tidak mengenalmu?" Tara Earlena