12. Don't Do That!

9.3K 1.3K 49
                                    

Hyunjin menyeretku menuju kamarnya.

Setelah perdebatan kecil di club tadi, Hyunjin langsung membawaku ke rumahnya.

Dia mendorongku hingga aku terjatuh di atas ranjang empuk miliknya. Tidak terlalu sakit, tapi Hyunjin mendorongku dengan sangat keras.

"Kau berjanji akan melakukan apapun yang kumau. Dan aku ingin kau tidur denganku malam ini juga"

Apa Hyunjin harus mengajukan permintaan gila seperti itu? Memang aku akan menuruti apapun yang ia minta tapi tidak dengan yang satu itu!

"Aku tidak mau."

"Tapi sayangnya aku tidak menerima penolakanmu, Oh Heera."

Hyunjin mendekatiku. Ia mengusap rambutku pelan.

"Aku akan bermain kasar jika kau terlalu jual mahal denganku."

Aku menepis tangannya. "Hyunjin, kita bisa bicarakan baik-baik. Tidak dengan cara seperti ini."

"Wae? Kau takut? Kau yang berkata sendiri akan menuruti semua kemauanku.." Hyunjin memelukku sebelum melanjutkan kalimatnya. "Dan aku mau dirimu, Sayang." Bisiknya.

"Hyunjin! Lepaskan!"

Aku mendorong tubuhnya. Cukup kuat hingga membuatnya melepaskan tubuhku.

"Apa kau harus melakukan ini? Apa mencintaiku harus dengan cara seperti ini?"

Hyunjin tertawa. Apa dia mengira aku sedang bercanda di saat seperti ini?

"Mencintaimu kau bilang? Hahaha konyol sekali."

Hyunjin yang semula tertawa, mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar. Sedikit membuatku takut.

"Aku sudah pernah mengatakan ini padamu tapi sepertinya kau lupa. Baiklah akan aku ulangi." Hyunjin menunduk guna mensejajarkan tinggi badannya denganku.

"Jangan pernah mengharapkan sesuatu yang tak pernah bisa kau dapatkan dariku. Contohnya seperti mencintaimu. Itu tidak akan mungkin, Oh Heera."

Deg

Air mataku mengalir. Ini bukan pertama kalinya ia berkata kasar padaku. Tapi kali ini kata-katanya benar menusukku.

"Tapi kau berkata mencintaiku malam itu." kataku disela-sela tangisanku.

Hyunjin tersenyum. Ia menghapus air mataku lembut. "Mungkin saat itu aku sedang mabuk. Maaf Heera-ya.."

Aku tertegun. Seperti ada aliran listik di tubuhku. Benar-benar menyakitkan.

Hyunjin duduk di sofa yang tak terlalu jauh dari tempat tidurnya. Ia membuka 2 kancing kemeja putihnya. "Sampai kapan kau akan menangis dan membuang-buang waktu?"

"Jangan harap kau bisa menyentuhku." ucapku dengan sedikit penekanan.

Aku menghapus air mataku yang mengalir dengan kasar. Benar yang Bang Chan bilang. Hyunjin brengsek.

Seharusnya aku sadar setelah apa yang ia lakukan padaku sebelum-sebelumnya. Aku merutuki diriku yang sangat bodoh!

Hyunjin mendengus. "Sudah kubilang, jangan berjual mahal padaku. Kau bahkan dengan mudahnya memeluk Chan di depan umum tapi sekarang kau menolakku? Cih.."

Aku menatapnya sinis. Dia terus saja membahas hal yang sudah terjadi. Menyebalkan.

"Jangan menatapku seperti itu!" ucapnya dengan nada sedikit meninggi.

Aku tidak menggubris. Aku tetap menatapnya dengan tatapan tak suka.

"Aku bilang jangan menatapku seperti itu!"

Hyunjin berjalan menghampiriku, dan..

Plakk

Aku meringis. Lagi-lagi Hyunjin menamparku.

Hyunjin menggendongku dan melemparkan tubuhku ke ranjangnya. Hyunjin langsung menindihku. Membuatku tidak bisa bergerak sama sekali.

"Siapa yang mengajarimu menatapku seperti itu?"

Dari caranya berbicara dan menatap mataku, aku tau Hyunjin sangat marah sekarang tapi aku tidak peduli.

Aku sudah cukup lelah dengan semuanya. Semua tentang sikap Hyunjin dan kebodohanku.

"Menyingkir, Hwang Hyunjin!" ucapku tak kalah marahnya.

Hyunjin menyeringai. Ia tak mengindahkan ucapanku sama sekali. Hyunjin malah semakin menindihku.

"Kupikir kau cantik juga jika dilihat dari sedekat ini. Kau semakin menggodaku jika sedang marah, Heera"

"Brengsek! Menyingkir sekarang!!"

"Tidak sebelum kau menepati janjimu."

"Hyunj-mmp"

Hyunjin mencium bibirku kasar. Bukan hanya mengulum, Hyunjin juga menggigit bibirku.

Aku terisak. Hyunjin bahkan sedikit menyingkap bajuku ke atas. Hwang Hyunjin gila!

Ciuman Hyunjin turun ke leherku. Satu tangannya membekap bibirku agar tangisanku tidak terlalu terdengar.

Aku merasakan Hyunjin juga menggigit kecil leherku.

Nafas Hyunjin semakin tersenggal. Sedetik kemudian ia menghentikan aktifitasnya dan beralih menatapku.

"Hentikan, kumohon.." lirihku.

Aku menangis sejadi-jadinya. Berharap Hyunjin tidak berbuat sesuatu yang lebih dari ini. Aku benar-benar takut.

"Aku bahkan baru pemanasan. Ayolah.. Jangan seperti anak kecil."

Gerakan Hyunjin yang ingin menciumku lagi terhenti saat ponselku berbunyi.

Entah siapa yang menelfonku, tapi ponselku sudah berbunyi sejak tadi.

Karena merasa terganggu, Hyunjin bangkit dan mengambil ponselku yang berada di dalam tas kecil di samping kakiku.

"Aishh.. Mengganggu saja!"

Aku yang masih bersusah payah mengontrol tangisanku, tak memperdulikan Hyunjin yang dengan lancang menerima panggilan di ponselku.

"Wae?" tanya Hyunjin pada seseorang yang menelfonku.

"..."

"Itu bukan urusanmu kenapa ponsel Heera ada padaku. Katakan kenapa kau menelfon Heera?"

"..."

"Kenapa kau ikut campur sekali Chan! Harus berapa kali aku memperingatimu hah?"

Jadi Bang Chan yang menelfon? Ada sedikit rasa lega saat tau Bang Chan yang menelfonku. Entahlah.

Ingin sekali aku berteriak meminta pertolongam pada Chan, tapi itu sangat mustahil.

"Kau tau Chan, kau sangat mengganggu kegiatan kami. Tidak bisakah kau jangan menghubungi kekasihku lagi?"

"..."

Tut.

Hyunjin memutuskan panggilan terlebih dulu. Ia melemparkan ponselku asal setelahnya.

Hyunjin menatapku sekilas.

"Aishh.. Moodku hancur. Beruntunglah kau, Heera. Kita lanjutkan lain kali saja."

Hyunjin keluar dari kamarnya. Iya, Hyunjin benar. Aku beruntung karena secara tidak langsung Bang Chan sudah menyelamatkanku.

Dan jangan harap kau akan bisa melanjutkan hal gila seperti ini lagi, Hwang Hyunjin!



****

Next? Vote or Vomment please~

180511

Don't Hurt Me, Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang