8. Recognition

10K 1.6K 210
                                    

"Kenapa tidak membalas pesanku?"

Adalah kalimat pertama yang Hyunjin lontarkan saat aku membukakan pintu rumahku untuknya.

Tidak biasanya Hyunjin akan datang ke rumahku malam-malam begini. Apalagi hanya karena aku yang tidak membalas pesannya.

Aku melihat Hyunjin dari ujung rambut sampai ujung kakinya.

Penampilan Hwang Hyunjin agak sedikit berantakan malam ini.

Dan ada luka baru di sudut bibirnya.

"Kau bertengkar?"

Hyunjin menepis tanganku yang ingin menyentuh luka dibibirnya dan beralih menggengam tanganku.

"Bukan itu yang ingin aku dengar. Kenapa kau tidak membalas pesanku?" Hyunjin mengulangi pertanyaannya.

Kali ini Hyunjin bertanya dengan nada yang sedikit lembut. Dan itu sangat aneh menurutku.

"Apa karena Bang Chan?" Lanjutnya.

Tunggu, tunggu. Kenapa membawa-bawa Bang Chan lagi?

Karena aku tak kunjung menjawab, Hyunjin memegang pundakku dan sedikit menundukkan tubuhnya agar sejajar dengan tinggi badanku.

"Jawab aku!"

Hyujin menatapku tajam. Nada yang semula lembut kembali meninggi seperti biasanya. Membuatku sedikit terkejut karena teriakannya barusan.

"Hyunjin, aku.."

"Bukankah aku sudah bilang padamu, aku benci kau berhubungan dengannya!"

Hey, Hwang Hyunjin. Siapa yang kau maksud berhubungan dengan Bang Chan? Aku? Lucu sekali.

"Aku tidak berhubungan dengannya, Hyunjin. Percayalah"

"Setelah kemarin kau berpelukan dan membalas pesannya saat bersamaku, apa menurutmu aku bisa mempercayaimu?"

Aku melepas paksa tangannya dari pundakku.

Kenapa harus seperti? Aku bahkan tidak pernah mempermasalahkan dirinya yang tak pernah membalas pesanku. Menyebalkan.

Dan apa Hyunjin lupa, dirinya lah penyebab aku tak bisa membalas pesan dari siapapun. Termasuk pesan darinya.

Hyunjin mendengus.

"Kau benar-benar sudah tergoda oleh Bang Chan"

"Cukup, Hyunjin! Jangan membawa Chan Oppa dalam kekesalanmu. Bagaimana aku bisa membalas pesanmu saat aku tidak punya ponsel hah?"

Hyunjin sedikit terkejut. Apa kau sudah ingat sekarang, Tuan Hyunjin?

Aku menghembuskan nafasku kasar.

"Pulanglah. Kau bisa sakit malam-malam keluar tanpa memakai jaket seperti ini"

Hyunjin menahanku yang ingin masuk ke dalam rumah. Mau tak mau aku harus kembali menatap wajahnya.

"Kau tidak berniat ingin mengobati lukaku?"


****


"Sebenarnya siapa yang memukulmu?" tanyaku saat mengobati luka di sudut bibir Hyunjin.

"Bang Chan"

Aku menghentikan aktifitasku mengobati lukanya dan beralih menatap matanya yang sudah lebih dulu menatapku.

Hyunjin menyelipkan rambutku ke belakang telinga. Ia juga merapikan poniku yang sedikit berantakan.

Ini pertama kalinya ia memperlakukanku seperti ini. Bohong jika jantungku tidak berdebar sekarang.

"Waeyo?" ucap Hyunjin lirih sambil mengusap pipiku lembut.

Oh sh*t! Hwang Hyunjin jangan menggodaku seperti ini.

Dan yeah.. Aku melupakan jarak kami berdua yang sangat dekat.

"Maaf untuk itu.." Hyunjin melirik ke arah leherku yang tertutup dengan rambut panjang yang aku miliki.

Buru-buru aku membenarkan posisi dudukku agar tidak terlalu dekat dengan Hyunjin.

Jujur saja aku takut jika kejadian kemarin terulang lagi.

"Tidak apa-apa, Hyunjin. Aku memaafkanmu"

Hyunjin tersenyum. "Lalu apa boleh aku melakukannya lagi?"

"Apa?!!"

Hyunjin tertawa melihat ekspresi terkejutku. Itu bukan sebuah lelucon Hwang Hyunjin!

"Aku hanya bercanda Heera. Kenapa serius sekali hm?" ucap Hyunjin sambil mengacak gemas rambutku.

Pipiku memanas. Hyunjin yang seperti ini belum pernah aku lihat sebelumnya. Hyunjinku, apa dia berubah sekarang?

"Heera-ya.."

"Hm?" aku mengalihkan pandanganku. Tidak baik untuk kesehatan mataku jika harus terus menerus bertatapan dengan matanya.

"Boleh aku memelukmu?"

Tepat saat aku menoleh, Hyunjin langsung memelukku.

Hyunjin memelukku sangat erat. Bahkan aku bisa merasakan jantungnya yang berdebar. Sama sepertiku.

Aku membalas pelukan Hyunjin. Aroma khas seorang Hwang Hyunjin menyeruak di indera penciumanku. Dan aku suka itu.

"Hyunjin, kau baik-baik saja?"

Aku panik saat Hyunjin tiba-tiba terisak. Apa mungkin dia menangis?

Hyunjin menahanku agar tetap memeluknya saat aku mencoba melepaskan pelukannya itu.

"Biarkan aku memelukmu, sebentar saja.."

Hyunjin semakin menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku.

Aku menepuk punggungnya pelan. Berharap agar pria di pelukanku ini sedikit merasa lega.

"Tidak apa-apa, menangislah. Terkadang pria juga butuh menangis" ucapku sambil terus mengusap punggungnya.

"Heera-ya.."

"Iya aku disini, Hyunjin"

Hyunjin melepaskan pelukannya dan kembali menatap mataku dengan mata sembabnya.

"Heera, aku tidak yakin tentang ini. Tapi aku ingin mengatakannya sekarang"


CHU~

Belum sempat aku ingin bertanya apa yang ia maksud, Hyunjin sudah lebih dulu menciumku.

Hanya sekilas tapi cukup berhasil membuatku mematung.


"Aku mencintaimu, Oh Heera"







****

Ini baru awal bro :'v

Next? Vote
👇

180419

Don't Hurt Me, Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang