"Hyunjin mencarimu tadi, dia memintamu untuk segera datang ke rooftop" -felix
Aku merutuki diriku sendiri. Bagaimana bisa aku mengabaikan 25 pesan dan 10 panggilan tak terjawab dari Hyunjin.
Jika bukan karena Felix yang memberitahuku, mungkin saat ini aku masih tidak tahu kalau Hyunjin sedang mencariku.
Cepat-cepat aku menaiki puluhan tangga menuju rooftop.
Aku yakin, Hyunjin sangat marah sekarang.
Lagipula ini kesalahanku, tidak seharusnya aku membiarkan ponselku dalam mode diam.
Aku mengatur nafasku agar tidak terengah-engah.
Perlahan tapi pasti, aku membuka pintu rooftop yang dingin itu.
Jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya saat melihat Hyunjin sedang duduk di sofa bekas sambil menutup matanya.
Dilihat dari jauh saja, orang yang tidak mengenal Hyunjin pun akan tau jika pria itu sedang menahan emosinya.
"Hyunjin-ah.." Panggilku.
Dia tidak merespon. Apa mungkin dia sedang tidur?
"Hyunjin aku datang. Maaf tadi ak-"
"Duduk!"
Hyunjin menyuruhku untuk duduk dengan nada yang sedikit tinggi dan mata yang masih setia tertutup.
Aku menurut. Duduk di sampingnya dengan perasaan takut.
"Kenapa tidak membalas pesanku?" Tanyanya lembut.
"Hah? Eum.. Ponselku dalam mode diam. Jadi aku tidak tau kau mengirimkan pesan atau menelfonku. Maaf"
Lagi-lagi Hyunjin hanya diam.
Dia membenarkan posisi duduknya dan beralih menatapku dalam.
"Lain kali aku tidak mau seperti ini lagi" ucapnya santai tapi terdengar seperti ancaman ditelingaku.
"Tentu saja. Aku tidak akan mengulainginya lagi"
Aku bersyukur Hyunjin tidak memarahiku seperti biasanya. Mungkin dia sedang tidak mood marah-marah? Entahlah.
Hening setelahnya.
Hyunjin menatap lurus ke depan.
Memang seperti ini biasanya.
Kami tidak pernah memiliki obrolan khusus atau bercanda satu sama lain saat berdua.
Hanya diam dengan pikiran masing-masing seperti ini.
Tak apa. Melihat Hyunjin dari jarak dekat seperti ini saja sudah lebih dari cukup untukku.
Hyunjin merogoh ke dalam saku celananya. Mengambil sesuatu dari dalam sana.
Aku membulatkan mataku saat Hyunjin mengeluarkan sebungkus rokok.
Buru-buru aku merebut rokok itu dari tangan Hyunjin. Dengan cepat menyembunyikannya di balik punggungku.
Hyunjin mendengus. "Kembalikan. Aku tidak suka bermain-main"
Bermain-main dia bilang? Hey! Aku sedang menyelamatkanmu dari bahaya rokok!
"Tidak. Jangan merokok Hyunjin" ucapku memelas.
"Itu bukan urusanmu. Cepat kembalikan!"
"Tidak mau"
"Oh Heera!!"
"Hwang Hyunjin!!"
Hyunjin menatapku bingung. Mungkin karena ini kali pertama aku membentaknya.
"Dengarkan aku sekali saja. Jangan merokok. Itu tidak baik untuk dirimu sendiri dan juga orang disekitarmu. Rokok sangat berbahaya Hwang Hyunjin"
Hyunjin memutar bola matanya malas.
Aku tersenyum lebar saat Hyunjin hanya diam dan tidak membantah perkataanku.
Buru-buru aku membuang rokok itu kesembarang arah.
Hyunjin kembali menutup matanya dan kembali mengabaikanku.
Karena bosan, aku memutuskan untuk memainkan ponselku.
Aku membalas beberapa pesan yang masuk. Salah satunya pesan dari Bang Chan.
Aku tersenyum saat membaca pesan Bang Chan yang terkesan sedang menggombaliku.
"Letakkan ponselmu atau aku akan membantingnya"
Aku menoleh. Melihat Hyunjin yang masih seperti orang yang sedang tidur.
Mungkin Hyunjin hanya sedang bergumam tak jelas. Pikirku.
Aku tak menghiraukannya dan kembali menatap layar ponselku.
Tiba-tiba saja Hyunjin merebut ponselku dan benar-benar membantingnya.
Aku menutup mulutku yang menganga tak percaya dengan kedua tanganku.
Hyunjin berdiri dihadapanku dengan muka yang sangat merah.
"Kenapa kau tidak mendengarkanku hah?!!"
"Hyunjin, ponselku.."
Aku berniat untuk mengambil ponselku yang baru saja Hyunjin banting. Tapi Hyunjin menarik tanganku dan mendorongku ke tembok pembatas.
"Siapa tadi? Kau membalas pesan dari siapa?!!" Bentak Hyunjin.
"Jawab aku!!!" Lanjutnya.
Aku menunduk. "Dari Chan Oppa.."
Hyunjin mencengkeram rahangku. Memaksaku untuk menatap matanya.
"Kau bahkan tidak membalas pesanku tadi. Apa kau sedang ingin bermain-main denganku Heera?"
Aku hanya bisa menggeleng. Rahangku benar-benar sakit sekarang.
"Kau sudah membangunkan macan yang sedang tidur, Oh Heera. Kau harus bertanggung jawab"
CHUU~
Hyunjin mencium bibirku. Tentu saja dengan sangat bringas.
Ciuman Hyunjin beralih turun ke leherku. Entahlah tapi rasanya sedikit perih.
Aku menutup mulutku rapat-rapat. Hwang Hyunjin dia benar-benar gila!
Aku memukul dadanya berkali-kali agar dia berhenti. Tapi itu tidak berhasil sama sekali.
Bahkan sekarang Hyunjin sudah membuka dua kancing bajuku.
"Hyunjinhh hentikan!" Lirihku.
Aktifitas Hyunjin berhenti saat ia mendengar isakanku. Iya, aku menangis.
Aku tidak suka Hyunjin yang seperti ini.
Apa dia harus melakukan ini hanya karena aku membalas pesan Bang Chan?
"Aku tidak suka kau berhubungan dengannya, ingat itu!" Ucapnya yang kemudian pergi meninggalkanku.
****
Beuhh percayalah gue masih polos 😢
Kira-kira sosok Heera butuh visualisasi ga? Saran dong siapa gitu yang cocok. Apa biarin mukanya blur aja? ><
Next? Vote
👇180414
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Hurt Me, Hwang Hyunjin
Fanfiction"berhenti mengharapkan sesuatu yang tak akan pernah bisa kau dapatkan dariku" - h.hyunjin DON'T BE SIDERS OR GO AWAY! [SOME CHAPTER ARE PRIVATED]