Bodoh? Iya.
Seharusnya aku meninggalkan Hyunjin setelah apa yang ia katakan padaku waktu itu.
Sudah sangat jelas Hyunjin menginginkan aku pergi dari hidupnya.
Tapi lagi-lagi aku tidak bisa.
Aku terlalu mencintainya.
Aku memang egois. Memaksanya untuk tetap disampingku dan memaksanya untuk memberikan cintanya padaku.
Masa bodoh dengan orang-orang yang menghujatku karena terlalu mengemis cinta pada Hyunjin. Masa bodoh!
Lagipula Hyunjin lah yang memintaku untuk menjalin hubungan ini. Bukankah itu berarti dia sedikit tertarik padaku?
Dan disinilah aku sekarang, duduk di ruang musik sambil mendengarkan Hyunjin bermain piano.
Hanya berdua.
Biasanya, Hyunjin akan menghindar dan menolak untuk berduaan denganku, tapi kali ini tidak.
Ia memperbolehkan aku mendengarkan permainan pianonya.
Bahkan, Hyunjin sama sekali tidak terusik dengan kehadiranku yang tiba-tiba duduk disampingnya.
Aku tersenyum simpul. Permainan piano disertai dengan nyanyiannya seakan membuatku terpaku.
Dia benar-benar tampan. Dan aku sangat beruntung bisa memilikinya.
Hyunjin menghentikan permainan pianonya dan menoleh kearahku yang juga sedang melihat kearahnya.
Mata kami bertemu.
Membuat jantungku berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya.
Oh sh*t!
Hwang Hyunjin! Jangan membuatku gila!
Aku menyadarkan diriku agar tidak terlalu lama larut dalam pandangannya.
"Mianhae.. Aku mengganggumu? Kembalilah bermain aku akan pergi"
Aku berdiri dan ingin melangkah keluar dari ruangan ini.
Tapi tangan Hyunjin dengan cepat menarik tanganku dan membuatku duduk kembali.
"Tetaplah disini"
Deg
Heol. Hwang Hyunjin. Dia sudah gila?
Apa dia benar-benar menyuruhku untuk tetap disini? Bersamanya?
Padahal Hyunjin sama sekali tidak mengucapkan kata-kata romantis atau kata-kata yang memujiku tadi. Hyunjin hanya menyuruhkan untuk tetap disini. Tapi kenapa pipiku rasanya sangat panas?
Aku yakin pipiku merona sangat merah sekarang.
Hyunjin benar-benar berhasil membuatku terus tersenyum seperti orang gila.
"Kau tidak tahu malu ya?"
Aku mengernyitkan dahiku, apa maksudnya aku tidak tahu malu?
"Apa maksudmu Hyunjin?"
Smirk. Aku benci jika Hyunjin tersenyum seperti itu.
"Apa kata-kataku kemarin belum jelas Oh Heera? Aku memintamu untuk menyerah dengan hubungan ini"
Aku menggigit bibir bawahku.
Selain pintar membuatku tersenyum, ternyata Hwang Hyunjin juga pintar menerbangkan hatiku lalu menjatuhkannya begitu saja.
Aku benar-benar kesulitan bernafas sekarang. Lidahku seakan mati rasa dan tidak mampu untuk membalas perkataannya.
Hyunjin menghela nafas. "Sampai kapanpun aku tidak akan mencintaimu. Jadi, ayo kita akhiri hu-"
"Hwang Hyunjin. Aku tidak akan menyerah. Aku akan tetap mencintaimu. Tak apa jika kau tidak mencintaiku. Tapi tolong, biarkan aku tetap disampingmu"
Aku menunduk, menahan air mataku untuk tidak menetes didepan Hyunjin.
"Aku janji. Aku akan memberitahumu jika aku benar-benar sudah lelah dan ingin mengakhiri hubungan ini. Tapi aku mohon, biarkan aku berada disisimu sampai rasa lelahku datang"
Aku terisak. Aku sudah tidak tahan lagi untuk tidak menangis.
Aku meremas ujung rokku dan menggigit bibir bawahku agar tangisanku tak menjadi-jadi.
Hyunjin tak menjawab. Ia langsung pergi begitu saja.
Setelah Hyunjin benar-benar menghilang dari pandanganku, saat itu juga tangisanku pecah.
Kau benar-benar jahat Hwang Hyunjin!
****
"Kau mau soda?"
Aku menoleh dan mendapati Bang Chan sudah duduk disampingku sambil menyodorkan satu kaleng soda ke depan wajahku.
Aku hanya tersenyum dan langsung menerima soda pemberiannya.
Aku kembali hanyut dalam pikiranku sendiri.
Menghiraukan Bang Chan yang mengoceh terus menerus membicarakan hal yang tidak terlalu penting.
Aku kembali tersadar saat Bang Chan mengambil lagi soda yang ada digenggamanku.
Ia membuka kaleng soda itu dan menempelkannya pada bibirku. Memaksaku untuk meminumnya.
"Aku membelikanmu soda untuk kau minum bukan untuk menjadi objek lamunanmu" tegas Bang Chan.
"Kau bahkan tidak bilang terima kasih!" Lanjutnya.
Aku terkekeh. Bang Chan mengerucutkan bibirnya. Ah.. Sangat lucu!
"Terima kasih atas sodanya Oppa!"
Bang Chan kembali menatapku. Seperti tau apa yang sedang aku alami, Bang Chan mengusap kepalaku lembut. Membuatku merasa sedikit tenang.
"Apa Hyunjin menyakitimu lagi?"
Aku menggeleng cepat.
"Kau tidak bisa berbohong padaku Heera-ya. Katakan. Apa yang Hyunjin lakukan padamu?"
Aku menunduk. Mengingat perkataan Hyunjin tadi membuatku kembali ingin menangis.
Bang Chan memelukku. Menepuk pelan punggunggku.
Disaat seperti ini, aku tidak bisa lagi menahan air mataku.
Pelukan hangat Bang Chan seakan membuatku meluapkan semua amarahku dan merasa tenang setelahnya.
"Aku benar-benar lelah Oppa.."
"Tidak apa-apa. Kau sudah melakukan yang terbaik Heera-ya. Hyunjin tidak pantas mendapatkan seseorang seperti dirimu"
"Tapi aku terlalu mencin-"
"Sstt... Ada kalanya kau harus berhenti untuk mencintai orang yang sama sekali tidak mencintaimu. Kau berhak untuk bahagia Heera-ya. Memang bukan dengan Hyunjin tapi dengan pria lain. Kau harus berhenti menjadi bodoh"
Aku diam. Kata-kata Bang Chan ada benarnya.
Aku memang berhak untuk bahagia. Aku juga berhak untuk dicintai.
Jadi, apa aku harus benar-benar melepaskanmu Hwang Hyunjin?
****
Tbc.
Part-part selanjutnya mungkin ada yang khusus buat Hyunjin. Kayak Hyunjin's side gitohh 😄
Next? Vote~
👇180405
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Hurt Me, Hwang Hyunjin
Fanfiction"berhenti mengharapkan sesuatu yang tak akan pernah bisa kau dapatkan dariku" - h.hyunjin DON'T BE SIDERS OR GO AWAY! [SOME CHAPTER ARE PRIVATED]