14. The Last Day

10.4K 1.6K 112
                                    

Egois.

Aku sangat egois.

Aku tidak tau Hyunjin semenderita ini saat menjalin hubungan denganku.

Aku mendengar semua yang ia ucapkan pada Bang Chan kemarin. Semua kekesalan yang ia tunjukkan untukku.

Iya. Kuakui semua kata-katanya benar.

Aku adalah gadis murahan.

Aku akan memohon padanya untuk tidak meninggalkanku dan menemui Bang Chan setelahnya. Bodoh sekali.

Perkataan Hyunjin kemarin menyadarkanku.

Menyadarkan tentang kehadiranku yang sangat memuakkan untuknya.

Kupikir tidak masalah jika Hyunjin bersikap kasar atau tidak menganggapku asal dia tetap menjadi milikku.

Tapi ternyata salah. Aku hanya memikirkan diriku sendiri. Aku tidak pernah berpikir jika kehadiranku membuatnya sangat tidak nyaman.

Aku menghirup nafas panjang, mendongak menatap langit yang bersih tanpa adanya awan sedikitpun.

Hwang Hyunjin. Apa aku harus melakukan ini?

Aku pun tidak yakin dengan keinginanku sendiri.

Pikiranku mengatakan bahwa aku harus melakukannya, tapi tidak dengan hatiku.

Hatiku terlalu sakit jika memikirkannya.

Satu cairan bening berhasil meluncur dari kelopak mataku.

Entah sudah berapa kali cairan bening itu kutumpahkan untuknya.

"Bukan kau yang bodoh, tapi cinta yang membodohimu."

Bang Chan benar. Cinta terlalu membodohiku.

Aku tidak tau jika mencintai Hyunjin akan menutup semua rasa sakit yang selalu ia berikan padaku.

Lucu sekali.

Kutatap homescreen ponselku.

Sebuah foto yang kuambil saat Hyunjin sedang memelukku.

Sebuah foto yang kuambil saat Hyunjin sedang memelukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, saat dirumahku. Hyunjin mengucapkan kalimat yang mampu membuat jantungku berhenti berdetak.

Kalimat yang selalu ingin aku dengarkan dari bibirnya.

Dan ternyata Tuhan mengabulkan permintaanku. Hyunjin mengatakan kalimat itu.

"Aku mencintaimu, Oh Heera."

Hanya satu kalimat namun bisa membuatku sangat bahagia.

Tapi cinta membodohiku, bukan?

Hyunjin tidak sungguh-sungguh mengatakannya. Ia bilang sedang mabuk saat itu. Hah.. Sulit dipercaya.

Masa bodoh. Aku tidak akan memikirkannya lagi sekarang.

Setelah memberanikan diri, aku mencoba menghubungi Hyunjin.

"Wae?"

Sinis sekali. Sudah kuduga itu.

"Hyunjin-ah.. Bisa kita bertemu?"

"Aku sibuk."

"Hanya sebentar, aku janji."

Aku mendengar Hyunjin mendengus. Kentara sekali ia malas bertemu denganku.

"Baiklah. Aku akan segera datang."

"Ne.. Sampai ber-"

Tut.

Tidak bisakah ia menungguku selesai berbicara baru menutup telfonnya? Menyebalkan sekali.





****




Aku mengirimkan pesan berisikan lokasi dimana aku berada pada Hyunjin.

Tempat dimana Hyunjin memintaku untuk menjadi kekasihnya dulu.

Namsan Tower.

Bukan tepat di menara Namsan Tower, tapi sebuah tempat rahasiaku bersama Hyunjin disekitar sana.

Tidak terlalu banyak orang disini. Hanya beberapa orang yang sedang santai sambil menunggu matahari terbenam, mungkin?

Jantungku berdegup lebih cepat saat mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekatiku.

Tentu saja itu Hyunjin. Bahkan hanya mendengar deru nafasnya saja aku bisa langsung mengenalinya.

"Cepat, aku tidak punya banyak waktu." katanya saat baru tiba dihadapanku.

Aku tersenyum pada Hyunjin. Tapi hanya dibalas tatapan malas darinya.

"Terima kasih sudah mau datang."

Aku mengikuti Hyunjin yang berdiri tak jauh dariku.

Sungguh. Lidahku sangat kelu sekarang.

Melihatnya seperti ini membuatku hilang akal dan ingin mengurungkan niatku.

"Hyunjin-ah.. Apa kau bahagia?"
Pertanyaan konyol macam apa itu.

Hyunjin mendesis. "Apa kau memintaku kesini hanya untuk menanyakan hal bodoh seperti itu?"

"Tidak. Maksudku, apa kau bahagia selama berpacaran denganku?"

Hyunjin memutar bola matanya malas.

"Aku yakin kau sudah tau jawabannya."

Aku mengangguk dan tersenyum miris setelahnya.

"Kau pasti sangat menderita berpacaran dengan gadis murahan sepertiku 'kan?"

Susah payah aku mencoba untuk tidak menangis sekarang. Aku tidak mau menangis di hadapan Hyunjin hari ini.

Hyunjin tidak menjawab. Ia masih fokus menatap lurus ke depan.

"Walaupun begitu, aku sangat berterima kasih padamu. Terima kasih karna kau telah mau menjadi kekasihku, Hwang Hyunjin."

"Jujur, hanya memikirkan bahwa kau adalah milikku saja bisa sangat membuatku bahagia. Tapi Hyunjin, kupikir kebahagianmu jauh lebih penting. Aku ingin melihatmu tersenyum. Aku ingin kau tidak merasa terbebani seperti ini dan aku ingin kau bahagia."

Sekuat apapun aku menahannya, tetap saja air mata sialan ini menetes tanpa seijinku.

Aku menoleh menatap Hyunjin. Menatap pria yang sangat aku cintai.

"Bukankah kau ingin mengakhiri hubungan ini? Aku akan menuruti permintaanmu itu sekarang,"

Aku menarik nafas perlahan sebelum melanjutkan kalimatku.








"Ayo kita putus, Hwang Hyunjin."








****



Yahh.. Putus nih gengs 😢
Btw maafin yah itu fotonya hyunjin sama heera agak maksa dikit :'v

Dan sedikir spoiler. Untuk chapter-chapter selanjutnya mungkin akan fokus ke Chan atau Hyunjin. Karena Heera sedang hibernasi :'v

Next? Vote or Vomment please~

180517

Don't Hurt Me, Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang