Seorang gadis pecinta merah muda mulai menggerang, ia merasa tidurnya terganggu karena cahaya matahari yang masuk. Gadis itu dengan berat hati bangkit dari ranjangnya dan menutup kembali tirai berwarna pink yang senada dengan nuasa kamarnya. Pasti abang yang buka tirai jendelanya, pikirnya.
Setelah menguap, ia kembali menjatuhkan tubuh di atas ranjangnya untuk kembali memasuki alam mimpi. Berhubung hari ini sabtu dan sekolahnya libur.
Drrrrt....
Dering ponsel tiba-tiba terdengar.Sialnya dering itu tak kunjung berhenti, meskipun ia sudah membiarkannya cukup lama.
Gadis berpiyama black-pink itu melenguh, berusaha membuka matanya. Tangan gadis itu bergerak meraba-raba nakas yang berada di samping tempat tidurnya. Tangan mungilnya bergerak mengidentifikasi setiap permukaan meja.
Ia berdecak sebal karena tak kunjung menemukan ponselnya. Tidak ada di nakasnya rupanya. Terpaksa ia bangkit dan berjalan sambil terkantuk-kantuk menuju meja belajarnya.
Ponsel itu masih berdering sangat kuat. Sampai-sampai sang gadis ingin melempar ponselnya itu agar diam.
Matanya menyipit kala layar ponselnya memancarkan langsung sinarnya ke wajahnya. Membuat gadis itu jadi membuka matanya lebar-lebar.
Ia menggeser layar hijau lalu mulai meletakkan ponselnya itu di telinga kanannya.
"Halo."
Seseorang di seberang sana terdengar berdecak sebal. "Ck, Gia! lo dimana? Ini udah jam berapa?"
Lantas si gadis mengubah posisi ponselnya untuk melihat jam yang tertera pada pojok layar, pukul 8. 15. "Ada apasih? Ini weekend gue," balasnya dengan nada merengek, setelah memposisikan kembali ponselnya di telinganya.
"Gia, lo lupa apa gimana? Hari ini kita tampil cheers, lo belum datang juga."
Gadis bernama Gia itu refleks menepuk dahinya, lalu bergegas mandi dan bersiap-siap. Bagaimana dia bisa lupa?
Mungkin karena mereka terakhir berlatih di hari jum'at jadi Gia tidak bisa membedakan hari sabtu dan minggu. Gia adalah salah satu anggota tim cheers SMA Harapan, dia menjadi center dari tim tersebut dan posisinya sangat penting. Catat, sangat penting dan Gia terlambat.
Untung saja rumah Gia dan tempat pertandingan mereka kali ini cukup dekat, walaupun lalu lintas padat tetapi tak akan berpengaruh karena Kevin—abang Gia— yang mengantarnya kesana.
Sesampaimya di sana, Gia langsung mengambil langkah seribu. Ia berlari menuju ruangan
tim cheers SMA Harapan yang sudah disiapkan panitia sejak 3 minggu yang lalu."Guys, maaf gue telat," ucap gadis itu begitu kepalanya muncul di balik pintu ruangan.
Sontak orang—orang di dalam ruangan itu melemparkan pandangan mereka ke arah Gia dengan tatapan berkabut putus asa. Mereka melengos sebentar dan kembali aktivitas masing-masing, tanpa membalas kalimat Gia barusan.
Melihat itu, Gia menunduk. "Pertandingannya udah selesai ya? Gue telat?" Tanyanya dengan nada menyesal sambil menggigit bibir bawahnya dan memasuki ruangan tersebut. Ia benar-benar merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Malvin
Teen FictionCerita ini tentang masalalu Gia dan Malvin. Tetapi cerita ini juga tentang Gabrien yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada Gia. Lantas, akhirnya siapa yang sebenarnya akan bersama Gia? Keduanya pesaing hebat. Maju anti mu...