14. Teruntuk Sang Lelaki

10K 802 15
                                    

"Hiduplah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah sesuatu sesukamu maka sesungguhnya kamu akan berpisah. Berbuatlah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan bertemu dengannya." 
(H.R. Hakim)

Asfa menatap Nafisya yang sedang bermain dengan membuka-buka buku Sirah Nabawiyah itu. Sambil memberikan makan pada Nafisya, ia pun menyalakan murotal Q.S Ar-Rahman. Ia ingin anaknya terbiasa dengan bacaan Al-Qur'an, bahkan ia sangat  bercita-cita Nafisya bisa menjadi Hafidzah seperti ayahnya.

Ia pun sekarang sedang mencoba menghafalkan keseluruhan Al-Qur'an, walaupun tanpa pembimbing in syaa Allah Asfa bisa menghafalkannya. Sebagai orang tua pun ia harus menjadi contoh bagi anaknya. Ia tak bisa mendidik anaknya harus menjadi hafidzah sedangkan ia saja tak bisa. Orang tua itu contoh bagi anak-anaknya, jika orang tua seperti ini maka anak pun akan mengikutinya.

Ia harus membuktikan pada Nazmal bahwa ia bisa melewati semuanya dengan ikhlas dan sabar. Ia bisa menjadi ibu tunggal yang bisa mengasuh anaknya hingga shalehah walaupun tanpa seseorang di sampingnya. Ia bisa melakukannya dan membuktikan bahwa ia kuat. Ia ingin Nazmal bahagia di sana melihat anak dan istrinya di sini bahagia.

"Nafisya, ini aaaaaa," ucap Asfa memberikan sesendok makanan padanya.

Untung saja Nafisya sedang tidak rewel, kalau iya Asfa akan cukup kerepotan jika mengurusnya. Belum lagi kemarin Nafisya sakit panas dan membuat Asfa ingin menangis. Tapi untunglah ada Ridwan yang datang dan kebetulan membawa boneka pada Nafisya. Kehadiran lelaki itu cukup menjadi warna bagi Asfa yang kesepian. Ridwan sangat baik, ia pun tak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Ridwan.

Seketika Rania datang menghampirinya. "Mbak, Rania ke pasar dulu, ya? Mau beli bahan masakan buat nanti sore"

"Tunggu Nafisya abisin makanannya, Ran. Mbak mau ikut."

"Engga usah, mbak. Emangnya mbak mau beli apa? biar nanti Rania yang beliin."

"Beneran enggak apa-apa? Mbak cuman mau nitip susu formula buat Nafisya aja sih," ucapnya sembari memberikan selembar uang pada Rania.

"Oh ya udah mbak, enggak apa-apa."  Rania langsung mengambil uangnya dan pergi meninggalkan Asfa.

Asfa meraih botol minum lalu memberikannya pada Nafisya. Setelah Nafisya selesai makan, Asfa berjalan menuju dapur lalu menyimpannya di wastafel cuci piring. Ia mencuci dahulu piring-piring yang kotor, dan melakukan pekerjaan rumah yang lain seperti membersihkan dapur juga menyapunya.

Hingga, setelah ia menyelesaikan semuanya ia kembali ke ruang TV. Namun, ia sedikit tertegun saat melihat Ridwan sudah hadir di apartemennya sembari bermain dengan Nafisya, lagi-lagi ia melihat mainan baru untuk Nafisya. Sekitar tujuh mainan dan juga boneka Ridwan beri dengan secara cuma-cuma.

Ia menatap Ridwan yang sedang tertawa bersama anaknya. Sungguh, melihat itu membuat Asfa merasa teduh, merasa anaknya bisa bahagia dengan lelaki yang mungkin saja ia kira itu ayahnya.

Asfa tersenyum simpul sambil menghampiri Ridwan. Lelaki itu menoleh, lalu tersenyum. "Assalamu'alaikum, Fa," ucap Ridwan.

"Wa'alaikumussalaam, mas. Baru datang?" ucap Asfa yang terdengar seolah-olah menunggu lelaki itu. Ia pun duduk di lantai berkarpet agar sejajar dengan Ridwan

"Iya, baru aja tadi abis tutup toko. Pas di jalan liat mainan terus inget Nafisya," ucap Ridwan sepersekian kalinya tentang mainan yang selalu ia bawa.

Asfa tersenyum tipis, lalu ia pun merasa banyak budi dengan lelaki itu. Sudah dua minggu ini Ridwan selalu saja berkunjung ke apartemennya, ia datang selalu saja membawa makanan ataupun mainan untuk Nafisya. Selalu saja terlintas di pikiran Asfa tentang niat lelaki itu untuk berkunjung ke rumahnya. Ia lelaki baik, shaleh, dan tampan. Ia tak bisa mengerti apa maksud Ridwan selama ini, terlebih Ridwan selalu saja membuatnya merasa aneh.

Izinkan Aku Memilikimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang