27. Kayu yang Patah

9.7K 892 84
                                    

Rossa - Hati yang Kau Sakiti

"Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 54)
 

Allah menciptakan hambanya dari keadaan lemah. Saat mereka baru saja keluar dari perut rahim ibunya, mereka hanya bisa menangis dan terus menangis. Allah isikan tubuh seorang manusia dengan sebuah ruh, sebuah ruh yang nantinya akan terus tumbuh dan mencoba untuk belajar. Mereka belum tahu apa-apa selain menangis, makan, tersenyum, dan mengingat sosok ibunya yang selalu menatapnya.

Akan ada suatu masa ruh itu akan mencari jati diri, dari mulai anak-anak, remaja hingga dewasa. Mereka akan menemukan sebuah pertemanan, kepercayaan, percintaan, pengkhianatan, kesakitan, pertanggung jawaban, dan masih banyak lagi. Dari situ mereka akan belajar jika kehidupan itu sangat berarti. Mereka akan yakin jika dari situ mereka harus mempunyai sebuah keyakinan, keyakinan yang memang akan membawa mereka pada jalan yang seharusnya.

Keyakinan berupa keimanan pada sang Tuhan yang telah membuat skenario kehidupan ini. Berupa keimanan itulah mereka akan kuat, sabar, dan tegar menghadapi segala rintangan.

Maka yakinlah pada Allah jika segala masalah akan ada jalannya.

"Zahira!! Kau harus dengar, saya menemukan syair-syair karya Jalaluddin Rumi," ujar Zain tiba-tiba dengan penuh semangat.

Zahira tersenyum bahagia dengan begitu jelas. "Oh ya? Saya juga mau cerita tadi saya menemukan sirah nabawiyah karya Al-Mubarrakfurri. Sirah yang kau bicarakan kemarin."

Zain tersenyum dengan begitu lebar, hingga matanya pun berpindah pada seorang perempuan bercadar biru itu. Zain melihat matanya, dan ia mengenali tatapan itu. Asfa?

Zahira menatap Zain dengan bingung saat lelaki itu menatap wanita yang baru Zahira kenal dengan tatapan yang berbeda. "Eumm, Zain?"

Seketika Zain langsung tersadar dan menjawab panggilan Zahira. "Ah iya, kenapa Zahira?"

Zahira tersenyum tipis. "Perkenalkan, ini teman baru saya, Asfa."

Zain memandang Asfa, lalu ia pun memberikan senyuman dengan sekenanya.

Zahira menoleh pada Asfa. "Asfa, 'aerad hadza sadiqi almusamaa Zain," ucapnya memakai bahasa Arab.

Asfa mengangguk. "Saeid limuqabalatik ya rifaqa," seru  Asfa membalasnya dengan bahasa itu juga. Asfa mencoba agar perempuan itu tetap menganggapnya sebagai orang arab.

Asfa tersenyum dengan cukup memaksa, hatinya sudah terlampau perih melihat ini semua. "Asif, qult wada'a."

Zahira mengangguk mengiyakan. "Kun hadziraan."

Kemudian, Asfa meninggalkan mereka. Ia pergi dengan rasa kesakitan dan banyak hal yang  harus ia pertanyakan tentang wanita itu. Perempuan bermata indah itu membuat hatinya patah seperti kayu yang sudah lapuk, juga senyuman dan tatapan Zain yang terasa sama seperti sosok itu. Hal yang terasa menyakitkan, ia sudah mencoba untuk melupakan Zain namun lelaki itu malah mengembalikan tatapan dan senyuman yang sudah hilang.

Tetapi, semuanya terasa sia-sia jika Zain memang bukan Nazmal, terlebih kehadiran sosok perempuan yang sepertinya menarik hati lelaki itu

Asfa terus berjalan tanpa menoleh ke belakang, ia hanya bisa mendengar tawa kecil Zahira. Sungguh begitu menyakitkan, namun entah kenapa air mata tidak juga kunjung keluar dari matanya.

Izinkan Aku Memilikimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang