24. Kenyataan

9.3K 903 90
                                    

"Maka bersabarlah untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka."
(QS. Al-Insan 76: Ayat 24)

Asfa memandang langit-langit yang ada di atasnya. Hari ini tidak panas, tak seperti biasanya yang terkadang membuat dahinya meneteskan keringat. Semuanya terlihat mendung, bahkan Matahari pun sepertinya enggan untuk menunjukkan dirinya. Sudah satu bulan lebih Asfa di sini, baru kali ini ia merasakan langit yang semendung ini. Ia tak tahu ini pertanda apa, namun saat ini ia akan membuktikan sebuah kebenaran yang mesih menjadi pertanyaan

Sayup-sayup suara mobil pun terdengar saat Asfa duduk di balkon apartemen. Asfa berdiri melihat mobil Irfan yang baru saja sampai, lalu ia menengok pada Rania yang menggendong Nafisya dan Anel yang tersenyum padanya. Setitik harapan  ada pada mereka, hal ini bisa saja meyakinkan mereka bahwa lelaki itu adalah Nazmal.

Pada saat itu entah kenapa Asfa ingat dengan tanda lahirnya Nazmal. Ia bisa tahu tanda itu karena pernah memijit kaki suaminya. Warna coklat pada tandanya tidak terlalu tebal, bahkan tanda itu hampir menyerupai warna kulit Nazmal sendiri. Entah kenapa ia sangat bersyukur bisa ingat dengan hal sekecil itu, dan ia sangat berharap lelaki itu adalah Nazmal.

Rania dan Anel memperhatikan mobil itu berjalan setelah Asfa pergi meninggalkan mereka. Rania merasa resah saat ini, ada perasaan takut saat  Asfa dan kedua kakaknya pergi menuju rumah Zain. Ia tahu mungkin ini bisa menjadi petunjuk, tapi ia merasa resah, bahkan kedatangan lelaki itu belum jelas asal-usulnya. Bagaimana bisa Nazmal yang sudah divonis meninggal dan akhirnya kembali menjadi seseorang yang asing di Madinah.

Bagaimana lelaki itu bisa kembali? Ia menyesal ketika rahasia mereka untuk menyembunyikan semua tentang Zain, akhirnya terbongkar dengan cepat. Bahkan mereka pun belum mendapatkan bukti apapun, dan semuanya terlihat rumit saat orang yang seharusnya tidak tahu malah mengetahui semua ini.

Lalu, Rania dan Anel pun berjalan ke dalam apartemen. Sontak mereka melihat Guntur yang tak ikut mengantar Asfa, ia malah diam berdiri memperhatikan mereka di dekat meja resepsionis. Guntur menghampiri mereka.

"Mbak Asfa udah berangkat?" tanya Guntur.

Rania pun mengangguk. "Iya, mereka udah pergi."

"Ran, bawa Nafisya ke apartemen saya sama Anel. Kita bicarakan semuanya." Guntur langsung berjalan menuju lift saat Rania mengiyakan keinginannya.

Rania dan yang lainnya masuk ke dalam lift. Entah apa yang akan Guntur dan Anel bicarakan, namun Rania yakin ini cukup serius. Lalu, lift pun membawa mereka pada apartemen.

Semuanya  masuk pada apartemen. Seperti halnya apartemen Asfa, mereka pun mempunyai ruangan  yang luas khalayak rumah yang sebenarnya. Rania tesenyum pada Nafisya yang sedang memainkan mainan yang sejak tadi ia mainkan, kemudian Rania pun membenarkan kerudung kecil yang Nafisya pakai  ketika rambutnya keluar dari kerudungnya.

Nafisya tersenyum lebar dengan manis sekali. "Ibbuu..," seru Nafisya yang hanya bisa beberapa kata.

Rania tertawa kecil. "Ibunya pergi dulu bentar, ya? Nafisya di sini aja sama kakak."

"Ibbu...," ucap Nafisya sekali lagi.

Rania tersenyum kecil, lalu ia pun memeluk Nafisya. "Iya nanti sore ibu pulang ya. Nafisya di sini aja sama kakak."

Izinkan Aku Memilikimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang