"Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat."
(Q.S Al-Baqarah : ayat 17 )
Rasa sakit langsung menjalar di kepalanya saat ia mulai bangun dari kesadarannya. Cahaya lampu menyilaukan mata Asfa saat ia mencoba untuk membuka mata. Ia menyipitkan matanya, lalu memalingkan pandangannya dari cahaya lampu itu. Ia belum sepenuhnya sadar, walau ingatannya sebelum tertidur seketika teringat di pikirannya.Ia merasa perih di dada dan merasakan pusing di kepalanya. Ia meringis, lalu melihat ke arah kanannya. Asfa melihat Ridwan, lelaki itu sedang duduk di sofa dengan membaca Quran surat Al-Qasas yang sejak tadi terdengar di telinganya. Lantunan itu sangat indah, ia cukup merasa tentram walaupun hatinya merasa kesakitan. Lantunan yang membuat ia ingat pada sosok yang sering membaca Qur'an di waktu fajar.
Lelaki ajnabi itu entah kenapa sangat peduli dengannya. Ia sangat bingung kenapa Ridwan tetap menemaninya walau ia sudah mengetahui kenyataan pahit kalau dirinya hamil. Apa yang ada dipikiran Ridwan hingga mau menikahi seorang janda yang sangat kotor seperti pelacur? Asfa tahu Ridwan mencintainya, sangat tersirat di matanya kalau ia mencintai Asfa. Namun, sangat tidak bisa dijelaskan lagi bagaimana caranya lelaki itu bisa mencintainya? Sangat terlihat tidak mungkin, tapi itu sudah terbukti jelas kalau Ridwan memang memiliki hati untuk Asfa.
Asfa memandang Ridwan yang bertadarus sendiri sejak tadi. Ia mendengarkan bacaan Quran itu dengan cukup khidmat, mendengarnya dengan teliti tentang arti yang Asfa mengerti. Hingga, saat Ridwan menyelesaikan tadarusnya, ia menengok pada Asfa yang ternyata sudah bangun dari tidurnya.
Asfa tetap menatap Ridwan ketika ia tersenyum tipis padanya, terlihat sekali dari wajahnya kalau ia sangat kelelahan. Mungkin lelaki itu menjaganya sejak tadi malam. Ridwan berjalan pada nakas yang ada di sebelah kasur Asfa. Ia meraih sebotol minum kemudian memasukkan sedotannya.
Ridwan tersenyum kembali, lalu duduk di ujung kasur. "Selamat pagi, Fa," ucapnya sembari menarik bantal, lalu ia menyimpannya pada kepala kasur. Ridwan langsung peka saat Asfa mencoba untuk bangun dan berkeinginan untuk menyender.
Ketika Asfa sudah duduk, Ridwan memberikan sebotol minuman untuknya. Asfa mengambilnya, "makasih, mas," ujarnya sedikit serak.
Asfa menyimpan botol itu pada nakas kembali. Ia menghela nafasnya, lalu melirik jarum jam yang menunjuk pukul 8 pagi. Ia kembali menatap Ridwan yang duduk menatap lantai. "Mas, Nafisya di mana?"
Ridwan mendongak, "Nafisya ada di apartemen kamu sama Rumi."
Asfa mengangguk pelan saat mengetahui anaknya baik-baik saja. Kemudian, ia diam dan Ridwan juga ikut diam. Rasanya Asfa ingin menanyakan soal lelaki itu pada Ridwan, namun ia takut jika air mata akan turun lagi. Sudah cukup ia mengeluarkan kesedihannya kemarin, ia tak mau melakukannya lagi saat ini. Entah, tangisannya cukup gila jika diingat kembali. Sangat terdengar seperti orang yang kufur dengan nikmatnya, terdengar seperti orang yang tak pernah mengenal Allah dalam hatinya. Asfa langsung beristighfar, ia menyesal dengan tangisannya yang sangat berlebihan.
Hingga, Ridwan yang sejak tadi menatap lantai pun akhirnya mendongakkkan pandangannya pada Asfa. Ia sejak tadi memikirkan kata-kata bagaimana yang harus ia ungkapkan tentang Zain pada Asfa.
"Fa?" seru Ridtwan membuat Asfa menatapnya.
"Saya tau kamu pasti mau nanya sama saya. Saya tahu kalau di pikiran kamu itu udah banyak pertanyaan-pertanyaan. Maaf jika saya lancang, saat saya membereskan baju Nafisya, saya tak sengaja menemukan fotomu dan almarhum suamimu. Maaf, saya merasa bersalah saat kamu bertemu dengan teman saya sendiri yaitu Zain. Ya, kalau kamu bertanya siapa Zain, dia memang teman saya. Saya juga tidak tahu sama sekali kenapa dia sangat mirip dengan suamimu dulu. Tapi, saya hanya temannya. Saya berteman dengan Zain selama 8 bulan dan saya memang enggak tahu siapa dia sebenanya, yang hanya saya tahu yaitu dia anak pak Umar, pedagang kurma yang terkenal di Yordania," jelas Ridwan yang membuat hati Asfa merasa perih.
![](https://img.wattpad.com/cover/147119482-288-k186364.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Memilikimu 2
Spiritual"Madinah bukan hanya kota dengan tanah yang suci, tapi ia telah menjadi saksi akan bayangan dirimu yang muncul di dunia baruku." ===================================== Setelah kejadian Gerakan Tanpa Tuhan atau lebih yang dikenal dengan GTT, yang memp...