"Sesungguhnya Allah memiliki kekuasaan langit dan Bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 116)
Suatu takdir hanya Allah saja yang tahu. Saat kita sedang menulis, itu sudah menjadi takdir. Saat kita membaca, itu sudah menjadi takdir. Seorang manusia mati, itu sudah menjadi takdir. Saat seorang manusia hidup, itu pun sudah menjadi takdir. Jika takdir itu sudah Allah tetapkan, maka seorang manusia tidak bisa menghindarinya.Manusia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi padanya di masa yang akan datang. Hanya Allahlah yang tahu, Dia menciptakan segalanya dan mengetahui segalanya. Bertakwalah kepada Allah. Hanya dengan itu engkau bisa menerima segala takdirnya.
Rania mendorong stroller bayi. Ia menyimpan susu Nafisya pada tas gendong. Terlihat repot memang jika membawa bayi ke pasar, belum lagi ia membawa buku sirah itu ke tasnya. Ia melakukan ini karena kasian pada Asfa. Wanita itu akan kerepotan jika Rania tidak membawanya ke pasar, ya walaupun saat ini Rania yang kerepotan. Namun, itu semua tidak akan terasa jika ada Anelia dan Guntur bersamanya. Rania sudah mengenal mereka berdua sejak kakaknya menikah, terlebih Anelia. Walaupun jarak umurnya berbeda tiga tahun, itu tidak membuat Rania merasa sungkan padanya.
Berbeda dengan Guntur. Kembaran Anelia ini memang baru Rania kenal sejak perpindahan mereka ke Madinah. Jadi, Rania merasa canggung. Rania akui jika wajah lelaki itu cukup menarik perhatian, namun Rania harus menjaganya karena gosip dari Anel bahwa Guntur sudah mempunyai calon. Runtuhlah, harapannya kini telah kandas.
Saat ini mereka sedang berjalan menuju Central Dates Market. Tadinya Guntur akan memakai mobil. Namun, karena cuaca Madinah cukup cerah, Guntur jadi urung diri untuk memakai mobil. Mumpuni apartemen mereka tidak jauh dari sana, sekalian juga mereka olahraga kecil dengan berjalan menuju tempat pembelanjaan itu.
Anelia yang baru saja bicara pada Guntur, menengok pada Rania. "Ran, kamu ada niatan kuliah di mana? Kamu kan berhenti kuliah gara-gara gerakan itu nyerang UIN."
"Iya kak, aku juga pengin banget kuliah, tapi aku nunggu semester baru dulu. Kalau daftar sekarang jadinya agak ribet. Ya paling nunggu tiga bulanan lagi."
"Kamu mau kuliah di mana emang, Ran?" tanya Anel.
"Masih dipikir-pikir sih kak. Penginnya si Al-Azhar--"
"Jangan, dek! Di Madinah aja," ucap Guntur dengan tiba-tiba.
Rania sedikit terkejut ketika Guntur menyelanya. "Hah? Iya, mas?"
"Itu, masalahnya Mesir tingkat kejahatannya lagi tinggi sekarang. Lebih baik di Madinah, kan? Kamu juga deket sama keluarga. Universitas Taibah aja, bagus loh, dek," saran Guntur membuat jantung Rania berhenti berdetak sebentar.
"Iya, Ran. Lebih baik Universitas Taibah aja, mereka terima akhwat. Kalau Guntur sih bakal lanjut S2-nya di Universitas Islam Madinah." Anel ikut memberi saran.
Rania mengangguk. Ia tak bisa lama-lama menatap calon orang, bisa-bisa ia jadi suka sekarang. Rania menatap Anel. "Iya sih mbak kayaknya di Madinah aja."
Anel mengangguk. Lalu, mereka pun menyebrang terlebih dahulu. Rania melihat bangunan besar yang ada di depan matanya. Walaupun ia sudah pernah kesini, ia merasa asing. Sedikit berbeda, mungkin bangunannya ada yang direnovasi.
"Rame banget," seru Guntur.
"Iya, kemarin juga gua lewat sini rame banget. Lagi pada beli oleh-oleh kali."

KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Memilikimu 2
Espiritual"Madinah bukan hanya kota dengan tanah yang suci, tapi ia telah menjadi saksi akan bayangan dirimu yang muncul di dunia baruku." ===================================== Setelah kejadian Gerakan Tanpa Tuhan atau lebih yang dikenal dengan GTT, yang memp...