3. Kala Kata Ikhlas dipertanyakan

11.7K 932 8
                                    

"Maka bersabarlah untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka."
(QS. Al-Insan 76: Ayat 24)


Asfa menatap baju panjang bercadar di depannya. Baju berwarna merah maroon ini tidak pernah ia pakai. Walaupun ini hadiah dari Rumi satu tahun yang lalu, ia merasa belum pantas jika memakai baju ini. Entahlah, ia mengakui kalau baju ini bagus sekali. Hatinya pun merasa ingin memakainya, namun logikanya merasa ia kurang pantas.

Asfa melirik ke kasurnya. Nafisya sudah tertidur lelap. Sejak jam dua pagi Nafisya terjaga. Asfa tidak tahu, anak itu tiba-tiba menangis dan membangunkan dirinya. Asfa langsung shalat tahajud, lalu membaca Qur'an surat An-Nisa. Nafisya langsung terdiam dan asik sendiri saat Asfa membaca surat An-Nisa. Seakan-akan, Nafisya telah bertugas membangunkan sepertiga malam Asfa. Hingga jam tujuh pagi, Nafisya tertidur.

Asfa melirik baju merah itu lagi. Entah kenapa baju itu seperti menariknya untuk menggunakan itu. Terlebih ia pun tahu sedang ada di negeri orang. Banyak wanita di sini yang memakai cadar, hingga hatinya tergerak ingin memakai itu. Hal yang membuat ia teringat adalah saat ia sedang shalat bersama Rania di masjid Nabawi, tiba-tiba seorang wanita bercadar mendatanginya.

Asfa tahu wanita itu tersenyum padanya. Entah apapun niatnya, wanita itu memberikan dua cadar padanya dan Rania.

"Kamu sedang melaksanakan umrah?" tanya wanita itu memakai bahasa arab.

Karena Asfa kurang paham dengan bahasa arab, Rania membalasnya. "Tidak, kami seorang imigran di sini." Rania terlihat fasih karena sejak kecil ia pernah tinggal di Madinah bersama Rumi.

"Baiklah kalau begitu, aku ingin memberikan ini padamu. Aku tidak bermaksud apa-apa, hanya saja di Madinah ini banyak lelaki. Wajah kalian berdua menarik perhatian sejak tadi. Karena itulah, aku memberikan ini." Wanita itu memberikan dua cadar pada mereka.

Asfa menatap cadar itu. Ia meraihnya, lalu berjalan menuju cermin. Sejenak, ia menatap dirinya terlebih dahulu. Apakah ini yang terbaik? Asfa tahu kalau Nazmal masih ada, ia pasti akan mendukungnya. Nazmal pasti akan ridha jika ia memakai cadar. Teringat, dahulu ia bercermin untuk berhijrah dengan memakai hijab. Sekarang, ia akan memakai cadar.

Ia menarik cadar itu, lalu mencocokkannya. Sungguh, nikmat Allah begitu indah, ia nyaman memakainya. Tiba-tiba,

Tok!! Tok!!

Asfa langsung mendongak ke arah pintu.

"Mbak Asfa?"

Asfa melepaskan cadarnya, lalu berjalan menuju pintu. Ia membukanya, dan melihat Rania. "Kenapa, Ran?"

"Ada mbak Rumi," sahutnya.

Asfa berjalan menuju ruang depan. Ia melihat Rumi sedang duduk di sofa. Ia terlihat tidak bersama Farzan, biasanya jika ia kesini selalu mengajak Farzan.

Asfa tersenyum pada Rumi. "Eh Rumi, Farzannya mana? Enggak dibawa?"

Rumi ikut tersenyum. "Enggak, aku titipin dia ke Anel dulu tadi sebentar."

Izinkan Aku Memilikimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang