Aku mengerjapkan mataku perlahan, tercium bau obat-obatan yang seketika memenuhi paru-paruku. Dimana aku? 'Shhh...'
Aku merasakan sakit di kepala. Hmmm.. Pusing juga nyeri seperti sehabis terbentur sesuatu secara keras.
"Lo gapapa?"
Aku mengangguk menjawab pertanyaan dari seorang pria asing yang berdiri di hadapan ku, dengan wajah dipenuhi rasa bersalah.
"Maaf ya, gue ga hati-hati main bolanya sampe lo pingsan kena bola yang gue lempar."
Ohh jadi ku pingsan terkena bola? Tapi tidak biasanya aku lemah seperti ini, terbentur tiang saja tidak sampai pingsan, jatuh dari sepeda aku masih bisa tertawa. Tapi ini terbentur bola saja aku sampai pingsan? Lagi lagi aku teringat ini tubuh Jia bukan Andira.
"Ini guenya aja kali yang lemah." Ucapku mencoba menghilangkan rasa bersalahnya.
Ia menggeleng. "Gue main bolanya yang ga hati-hati."
Ya, dari pada panjang, aku menggangguk mencoba mengakhiri percakapan ini, dengan niat aku akan izin pulang. Lumayan bukan? Ada alasan buat pulang cepet.
"Lo ga balik ke kelas? Udah abis bukan jam istrirahatnya? Kayanya gue mau izin pulang aja."
"Ohh, hmm.. sekali lagi gue minta maaf, kalo ada apa-apa bilang aja ke gue ya, Gue Arvie kelas XII IPA-1."
Aku terdiam.
1 menit.
2 menit.
3 menit.
'Oh iya aku dapet ide, gimana kalo aku nuangin karakter kamu Dit di novel aku? keren kan?'
'Nanti pembaca kamu malah jadi seneng sama aku loh.'
'Gapapa lah. Suka sama kamu berarti suka sama tulisan aku jugakan.'
'Yaudah terserah kamu, jangan salahin aku kalo aku makin terkenal ya. Hahaha.'
'Kalo misalnya kamu dijadiin karakter novel aku, kira-kira nama yang cocok buat kamu siapa ya?'
'Arvie?'
'Arvie? Kenapa Arvie?'
'Ya kaya ngegambarin orang ganteng gitu deh. Kalau kamu bikin karakter aku. Pokoknya aku harus jadi lebih ganteng di novel kamu ya Dir? Terus aku banyak fansnya gitu, Aku tinggi, terus rambutnya model fringe, terus matanya tajem biar bikin cewe-cewe meleleh, terus aku suka main basket, jadi nanti ketemu pemeran utamanya itu pas aku main bola pemeran utamanya kena bola aku. Lucu kan? Romantis gitu deh.'
'Ish, ish, ish. Ini tuh beda sama komik tau. Imajinasi aku ada dipikiran aku doang gabisa aku gambarin, kalo dibaca sama orang lain ya imajinasi orang beda lagi.'
"Shhh..."
Aku memegang kepalaku frustasi. Seolah sebuah roll film berputar diingatanku, terlintas percakapanku dengan Radit saat itu, saat aku baru memulai novel baruku. Saat Radit menjadi tempat inspirasiku tumbuh, sebelum novel itu terhenti ketika-----
Ketika aku memutuskan putus dengan Radit.
"Sakit? Dimana? Kepala lo sakit? Mau coba minum obat?" Kakinya melangkah mendekatiku.
"Pergi."
"Hah?"
"Lo bisa pergi sekarang."
"Tapi? Lo?"
"Gue bilang pergi ya pergi!!"
Amarahku memuncak, hingga bukan ia yang pergi namun justru langkah kakiku lah yang memilih pergi meninggalkan Arvie yang terdiam bingung. Sepersekian detik aku berubah sikap, bagaimana ia tidak bingung? Namun aku juga tidak ada waktu untuk mengontrol emosiku. Pikiranku sudah terbang entah kemana.
Novelku? Arvie?? Arvie adalah karakter dalam novel yang ku buat karna Radit. Aku dapat memastikan itu. Dan aku? Jialyka. Benar! Jia adalah nama pemeran utama yang ku tuliskan. Dan? Kenapa aku baru mengingatnya sekarang? Tapi? Tapi apa ini? Gamungkin! Gamasuk akal! Dimana aku? Apa aku masuk dalam karakter novel? Bagaimana caranya? Kenapa aku bisa disini? Novelku? Bagaimana bisa?!
Aku jadi Jia sekarang?
Untuk apa?
Semua pertanyaan tanpa jawaban terus menyerang pikiranku. Mentalku goyah seolah ingin runtuh. Beberapa pasang mata menatap keheranan, aku sendiri bahkan tak bisa fokus pada langkahku, langkah yang tidak memberikan kepastian jawaban dari pertanyaan yang ku ajukan entah pada siapa.
'Duk'
Dan tolong! Apalagi ini? Ini? Ini memalukan!
Keheranan mereka menguap, tatapannya berubah kearahku, apa nama tatapan itu? tatapan kasian? Ya mungkin itu namanya dan bahkan diantara mereka ada yang menahan tawanya.
Aku tersungkur jatuh di lantai koridor. Rambutku menutupi wajahku yang mulai dibasahi air mata. Aku putus asa karena tak ada satu jawaban pun yang berhasil terjawab. Tolong bantu aku! Siapapun! Bantu aku tau apa artinya ini. Kenapa aku bisa disini? Dan apa alasannya?
"Sampai kapan lo mau jadi tontonan?"
Aku mendengakan kepalaku.
"Apa perlu gue bantu?"
♥♥♥
Yukk jadi pembaca yang baik, menghargai dengan cara jangan lupa Vote dan Comment yaa^^
KAMU SEDANG MEMBACA
SERUPA RASA
Teen FictionMemutuskan berpisah dengan Radit setelah dua tahun mengingatkanku fakta bahwa aku juga seorang perempuan, bohong jika aku mengatakan aku sendiri tidak terluka. Seolah semua ini akhirnya dirasakan oleh diriku sendiri tentang mereka yang mengakhiri...