10 - Virus Bahagia

92 8 5
                                    

Aku merenung memikirkan kejadian semalam, mataku masih dapat di katakan sembab saat ini, aku tak ingin sekolah sebenarnya, namun aku lebih tak ingin bertemu Jio setelah perdebatan kemarin, mengingat Jio memilih izin untuk tidak masuk hari ini.

Aku tidak pernah membayangkan novelku akan serumit ini. Karena aku tidak suka membaca novel yang rumit yang terkadang bikin gregetan, membuatku pun tak suka menulis novel yang rumit.

'Srek'

"Gue tau lo belum sarapan." Reynan duduk dengan santai setelah melemparkan roti ke pangkuanku.

"Seneng banget sih ngelempar makanan." Celetukku yang lalu diikuti tangannya yang mengambil bungkus roti itu kembali.

Lalu menyodorkan rotinya kearahku. "Makan. Gue tau lo belum sarapan."

Aku terkekeh, "Tau aja. Tapi gue gasuka roti stroberry. Gimana dong?"

Reynan mengambil rotinya lagi dari tanganku, aku terus menatap gerakannya yang membuka bungkus plastik roti itu lalu mencoba mengarahkan ke mulutnya.

"Eh?" Cegahku menghentikannya.

"Kenapa?"

"Kok lo makan?" Tanyaku protes. "Katanya buat gue?!"

"Kan lo yang bilang, tapi gue gasuka roti stroberry gimana dong?" Ucapnya menirukan gaya bicaraku.

Aku merebut roti itu dari tangannya. "Guekan cuma bercanda tau."

"Gue juga cuma bercanda tau. Makan deh makan."

Hening. Tidak ada percakapan di antara kami berdua. Tatapan mata kami lurus menatap langit biru yang dihiasi gumpalan-gumpalan kapas putih yang memperindah penampilan langit siang ini.

"Lo kok tau rumah gue?"

"Hm?" Tanyanya memastikan pertanyaanku.

"Kok lo tau rumah gue?"

"Tau aja." Balasnya santai.

"Lo emang biasa sesantai itu ya kalo jawab pertanyaan?  Padahal gue nanyanya serius."

Reynan mengangkat kedua bahunya tanpa menjawab pernyataanku.

"Rey?  Hmmm... Makasih ya" Ucapku tiba-tiba membuatnya menoleh.

"Makasih buat?"

"Makasih aja." Jawabku tersenyum tipis.

Aku benar berterima kasih karena ia menemani Bang Jio semalam, hanya aku satu-satunya keluarga Jio, namun karena aku yang tidak bisa mengontrol emosiku,  aku tak bisa berbuat banyak dan itu pasti yang juga jadi alasan Jio mengirimku ke kamar.

Dan juga terima kasih untuk dua kali roti yang ia berikan kepadaku.

"Ya terserah lo." Balas Reynan tak acuh.

"Lo ngapain kerumah gue semalem?"

"Hah?" Balasnya terkejut. "Ke rumah lo?"

Aku mengangguk.

"Ke rumah lo semalem?" Tanyanya ulang yang ku jawab dengan anggukan lagi.

"Lagi pingin kerumah orang aja." Jawabnya. Aku mengerutkan dahiku.

"Rumah orang kan banyak. Kenapa mesti rumah gue?" Heranku lagi.

"Engga boleh? Yaudah iya. Gue ga bakal kerumah lo lagi. Tenang aja. Lo tinggal bilang gue ga suka lo kerumah gue, gitu aja ribet. Gausah nanya-nanya, gue juga ngerti lo gasuka gue kerumah lo. Iya udah."

"Apaan sih.. Engga gi—" Ucapku menyangkal namun belum selesai berucap. Reynan sudah menyambar ucapanku.

"Iyaa gue tau Jia, gue ngerti kok tanpa lo jelasin. Gue tau lo gasuka gue kerumah lo terus lo pingin gue gausah dateng lagi ke rumah lo, terus lo pingin bilang rumah lo itu terlarang buat gu---"

'Duk'

Aku memukul lengan Reynan membuatnya meringis kesakitan.

"Iya gue tau lo benci sama gue sampe mau mukul gue. Pukul aja nih pukul." Ucapnya.

Aku menggelengkan kepalaku, ini orang kesambet apaan tau.

"Terserah lo mau dateng kapan aja Rey." Ungkapku. Toh ga salahkan? Jio juga teman Reynan. Bukan ada maksud lain.

Reynan tersenyum. "Gue mau dateng jam dua belas malem ah."

"Mau ngapain lo?" Tanyaku.

"Siapa tau gue kangen gitu sama lo malem-malem. Rindu tuh ga ada obatnya selain ketemu sama orangnya lang--- AWWW!!."

"Lo tuh ya demennya gebuk-gebukin anak orang! Sakit tau." Aku tertawa melihat ekspresinya,

"Lagian siapa suruh lo ngomong ngawur yang engga-engga."

"Gue bercanda Jia. Lo gatau bercanda ya?"

Aku tak mengacuhkan ucapannya, menikmati rotiku yang tinggal beberapa gigitan lagi akan lenyap masuk ke perutku.

"Minum. Ntar lo seret." Reynan meninggalkan sebotol air mineral disampingku. Lalu ia beranjak pergi.

"Mau kemana?"

"Luar angkasa." Jawabnya yang kemudian semakin menghilang dari pandanganku.

Tanpa sadar senyumku mengembang mengingat tingkahnya.

♥♥♥

Aku menatap tak percaya Reynan yang berdiri menyerahkan helm ke arahku. Hanya sepersekian detik setelah aku mendapat pesan dari Jio untuk pulang bersama Reynan hari ini, karena Jio maupun pak Supir tidak bisa menjemputku.

"Gue pegel." Reynan menyerahkan paksa helm tersebut ketanganku.

"Gue tau lo biasa naik mobil tapi apalah daya, Jio nyuruh lo pulang sama gue, dan gue ga suka naik mobil. Tapi karena Jio udah nyuruh gue, jadi mau gamau lo harus ikut pulang sama gue." Ucap Reynan menjelaskan.

"Sampe kapan lo mau diem disitu? Apa gatau cara pake helm? Nunggu gue pakein biar romantis?"

"Bawel." Keluhku memakai helm dan naik ke motornya.

Aku menatap bingug kearah jaket yang di lemparkan Reynan padaku.

"Lo pake rok pendek."

Ohhh.. aku mengangguk mengerti.
Selama perjalanan, hanya keheningan yang terjadi diantara kami. Untung saja ini sudah cukup sore jadi aku tidak kepanasan karena terik sinar matahari.

"Lo ga bisa naik mobil?" Tanyaku, biasanya anak disekolahku, sekolah Jia lebih tepatnya, jika sudah kelas 12 biasanya mereka akan berbondong-bondong untuk memamerkan mobil mereka. Mengingat umur mereka sudah 17 tahun, dan sudah bisa membuat SIM.

"Kan tau jalanan macetnya kaya apa. Dan lebih enak naik motor, lagian sekolahkan berangkat pagi pulang sore. Ga bakal kepanasan." Jawab Reynan.

Aku mengangguk mengerti.

"Harta yang ada sekarang bukan punya gue, punya orang tua gue. Jadi, buat apa gue dipamerin. Malu." Ungkap Reynan.

Hening.

"Gausah terpesona sama kata-kata gue."

Aku terkekeh. "Kepedean."

"Biasanyakan langsung pada kagum gitu sama gue. Beuh... gue keren banget. Cowo idaman."

Aku tertawa. "Siapa?"

"Cewe."

"Untung bukan gue."

"Hah? Jadi lo bukan cewe?" Reynan meledek.

"Ishhhh..." Gerutuku.

Reynan tertawa kecil dibalik helmnya. Suara tawa yang membuat sudut bibirku juga tertarik mengukir senyum.

"Lo ga mau turun?" Tegur Reynan membuatku tersadar dari lamunanku.

"Ohh udah sampe."

♥♥♥

Hai! Duh jadi melting sama Reynan♥
See u next part^^
Jangan lupa votment yaww :)

SERUPA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang