30 - Berbeda Paham

42 3 0
                                    

"Berapa kali sih aku bilang. Aku cuma temen sama Reynan?"

"Aku juga udah berapa kali ingetin kamu Jia. Kamu sama Reynan di mata aku tuh tetep aja cewe sama cowo. Kamu yang ga ngerti-ngerti, okey emang kamu ga suka sama dia, kamu nganggep dia temen, tapi dia? Kalo dia suka sama kamu? Gimana? Kalo dia berharap lebih dari kamu? Kalo dia mau jadi pacar kamu?"

"Hhhh..  Itu artinya kamu ga percaya sama aku."

"Kapan aku ga percaya sama kamu?"

"Sekarang vie! Sekarang! Aku udah bilang kalau aku cuma temen sama Reynan tapi kamu bilang gimana kalau kita lebih dari sekedar temen. Aku tau kamu takut Reynan ambil aku dari kamu. Tapi kalau kamu sendiri ga percaya sama aku, gimana aku bisa percaya sama diri aku kalau aku ga ada apa-apa sama Reynan." Ungkapku.

"Jadi kamu sekarang lagi jujur kalo kamu suka sama Reynan?"

"Mau kamu tuh apa sih vie?!"

"Ya kamu jelas ngerti apa mau aku!"

"Dia cuma temen sekelas aku. Kebetulan kita jadi partner di acara ini."

"Kebetulan? Ga ada yang namanya kebetulan Jia. Dia pasti sengaja bikin kamu jadi partner dia. Dia tuh udah terlalu jauh usahanya bikin kamu deket sama dia."

"Aku bener-bener ga habis pikir sama kamu vie. Setiap kita berantem selalu tentang Reynan terus."

"Ya karena letak permasalahannya ada di dia. Kamu yang deket sama dia." Jawab Arvie dengan nada tingginya.

"Terus kamu mau aku ga punya temen gitu?"

"Ya kan temen bukan dia doang. Temen banyak Jia. Ga harus Reynan kan? Lagian kamu tadi ngapain ketawa-tawa sama dia?" Balas Arvie ketus.

Aku menghela nafas berat, "Terus kamu mau aku nangis-nangis gitu dihadapan dia? Entar aku salah lagi. Aku tuh salah terus dimata kamu tau ga vie?!"

"Kamu cukup ga deket-deket sama dia bisa kan? Kita ga perlu berantem? Kamu ga perlu salah terus dimata aku."

Aku tersenyum tipis. "Emang kamu nya aja yang selalu bikin aku salah dimata kamu.  Kamu nuntut aku jauhin Reynan tapi alasan kamu tuh dangkal banget. Apa yang kamu sembunyiin dari aku vie sampe kamu segitu takutnya aku deket sama Reynan?"

"Kamu ngomong apa sih?" Jawab Arvie kesal.

"Aku lagi nanya ke kamu. Perlu aku ulang pertanyaannya?"

"Ya pertanyaan kamu ga masuk akal."

"Tuh kamu aja anggap pertanyaan dasar yang aku tanyain ke kamu ga masuk akal!"

"Ya kamu nanya yang lebih jelas kenapa?  Setidaknya lagi kaya gini gausah nanya yang aneh-aneh dulu. Kasih aku penjelasan." Ujar Arvie lagi.

"Penjelasan apa lagi sih? Kalaupun aku ngejelasin aku pasti salah dimata kamu." Jawabku kesal.

"Ya setidaknya kamu udah coba kasih penjelasan ke aku. Kenapa kamu pake segala ngobatin tangan Reynan?"

"Dia jatoh gara-gara aku tadi. Ya aku harus ngebantu dia lah. Setidaknya biar aku ga ngerasa bersalah." Balasku.

"Emang dia ga punya tangan sampe harus kamu yang ngobatin? Apa perlu kamu juga nyuapin dia makan?"

"Galucu ya kamu vie ngomong gitu ke aku."

"Aku emang lagi ga ngelucu Jia."

"Liatkan? Penjelasan aku aja malah kamu bales praduga praduga konyol kamu tuh. Udah aku capek ya vie. Aku ga mau perjalanan di acara ini berubah mood gara-gara kamu" Ungkapku berlalu pergi, mentidakacuhkan panggilan Arvie yang menyebut namaku berkali-kali.

Aku memejamkan mataku, menetralkan emosiku yang menggebu. Ia kira aku akan selingkuh? Aku saja membenci cowo yang selingkuh, dia pikir aku akan melakukan yang aku sendiri sangat membencinya.

"Sorry. Gara-gara gue lo berantem."

Aku meraih botol minum yang diberikan Reynan padaku, "Gausah bahas lagi, capek gue."

Reynan mengangguk mendudukan tubuhnya dua langkah dariku. Ku bisa melihat bagaimana ia menjaga jarak, mengingat permasalahan tadi bermuara padanya.

"Ini bukan gara-gara lo gausah kegeeran. Emang masalah gue sama Arvienya aja yang sama-sama ga ada abisnya." Ungkapku mencoba tak menyeret Reynan ke permasalahan antara aku dan Arvie.

"Alia sama Leon kemana?" tanyaku mencari topik lain.

"Ohh iya.. Kita di suruh kumpul di sana.  Gue kan kesini mau manggil lo. Lo sih segala galau gue kan malah jadi ikutan duduk."

Aku tekekeh, "Lo nya aja emang yang udah kakek-kakek."

"Iyaaa terserahh lo Jia. Mau ngeledekin gue apa juga. Orang galau mah bebas."

❤️

Keheningan terjadi di sekitar tempatku duduk, walau yang lain sedang bernyanyi ini dan itu tapi aku merasa keheningan bercampur kecanggungan mengitariku. Duduk disebelahku adalah Reynan lalu sebelah kananku terduduk Jio yang diikuti dengan Arvie yang duduk di sampingnya.

"Nyanyi gih Jia. Suara lo kan bagus." Ungkap Jio menyarankan.

Aku menggeleng, "Engga.. Engga.. Engga..  Awas lo bang aneh-aneh."

"Ish biasanya nih ya setiap acara kaya gini tuh lo paling pertama maju. Gausah malu-malu lahh.. Udah maju sana nyanyi."

"Bang!" kesalku.

"Iya iya iya.. Ampun nona galak, ampuni Aden Jio yang bersalah ini."

Aku terkekeh, "Apaan deh."

Acara sesi malam telah selesai, sekarang sudah jam sepuluh malam, sudah saatnya kembali ke tenda masing-masing, para guru memperingatkan akan berkeliling pada sepanjang malam, jika di temukan di dalam tenda diisi oleh murid berlawan jenis maka surat panggilan orang tua akan menunggu mereka, juga jika para guru menemukan siswa siswi yang masih di luar tenda mereka, maka hukuman akan menanti mereka besok pagi.

Aku melangkah santai menuju tenda,

"Jia?"

❤️

Haii semuaa lama tak jumpa, terima kasih banyak untuk semua yang mau baca yaaa❣️

SERUPA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang