1 - Prasangka

195 21 0
                                    

Sekitar 3 hari sebelumnya.

Bel tanda istirahat berbunyi dengan kencang diikuti sorakan para siswa dan siswi yang menunggu dengan setia suara itu mengalun. Termasuk aku, empat jam pelajaran fisika ini benar-benar membunuhku, terlebih perutku yang lapar karena tak sempat sarapan.

"Kantin?" Tanya Vera, sahabatku.

"Lo cabut ya? Bilangnya ke UKS tapi ngga balik-balik. Anak pinter emang!"

Vera terkekeh, "Lah gue ga salah dong? gue izinnyakan mau ke uks, dan diizinin sama bapaknya, gue kan ga bilang, pak saya mau izin ke uks nanti saya balik lagi ya pak ikut pelajaran bapak, engga salahkan gue kalo gue ga balik ke kelas?"

Aku tertawa pelan, iya iya iya, ada benarnya juga kan? Walaupun sebenarnya Veranya saja yang pinter ngomong, jadi tidak aneh jika yang salah saja bisa jadi benar.

"Udah yuk kantin gue laper."

Langkah kami berdua melambat, menatap tiga pria yang datang dari arah berlawanan, salah satu dari mereka adalah Radit, pacarku.

Aku tersenyum pahit, masih sama seperti hari yang lalu. Tubuh Radit melenggang pergi tanpa sapaan, jangankan untuk menyapa, melakukan kontak mata denganku saja ia terlihat enggan.

"Berantem lagi?" Tanya Vera menebak.

Aku mengangguk.

"Dir?" Panggil Vera ragu. "Radit selingkuh ya?"

'Duk'

Aku memukul lengan Vera pelan, menatapnya kesal, aku benar-benar tidak menyukai tuduhan itu, Radit? Selingkuh? Radit sangat tau apa yang akan benar-benar membuatku marah. Seorang pria yang mainin perasaan perempuan.

"Awww!! SAKITT TAU!! Gue kan cuma nanya. Abisnya kemarin gue liat Radit sama cewe di Taman awalnya gue kira Radit lagi sama lo, pas mau gue samperin ternyata rambutnya pendek, rambut lo kan panjang. Terus tadi di UKS, gue denger suara Radit dari dalem, ternyata dia nganterin obat ke cewe yang kemarin gue liat sama dia di Taman, dan lo harus tau cewe itu adek kelas kita."

"Gausah ngarang cerita, gue sama sekali ga ada niatan masukin cerita lo ke novel gue."

"Ish gue seri--- Itu tuh tuh yang duduk di meja nomor dua." Vera mengarahkan jari telunjuknya kearah gadis dengan rambut pendek berwajah mungil yang asyik tertawa dengan teman-temannya.

"Ishhh dia tuh ya tadi depan Radit lemes banget, eh sekarang udah bisa ketawa."

Mau dijelaskan seperti apa juga aku tetap meragukan perkataan Vera. Itu hak ku kan? Bisa saja yang dilihat Vera kemarin bukanlah Radit, dan memang suara Radit sebegitu mudah dikenal sampai Vera tau hanya dengan mendengar suaranya?

"Gue mau beli roti dulu. Lo jadi mau beli batagor? Ntar kita ketemu disini aja Ver."

Setelah mendapatkan anggukannya aku melangkahkan kakiku meninggalkan Vera. Bohong jika aku tahan dengan segala omongan yang tidak-tidak tentang Radit, walau Vera sahabatku sendiri, tapi aku percaya pada Radit, selingkuh itu mustahil---

"Gila sihh, Kak Radit ganteng begitu ngedeketin lo Del."

"Gue ga tau deh, awalnya dia chattan doang sama gue, eh terus cerita tentang pacarnya gitu."

"Pacarnya kenapa emang?"

"Udah ga peduli sama dia."

"Ga peduli gimana? Kalo gitu ya putusin aja lah. Kak Radit nahan juga ya ternyata. Ada lo ini kan? Duh tinggal nunggu jadian aja nih ya berarti."

"Apaan sih hahaha.. Katanya sih Kak Raditnya juga udah ngga sayang sama pacarnya, tapi ya gatau deh."

"Pacarnya yang mana sih emang?"

"Gue juga gatau."

Tubuhku membeku, aku terdiam seribu kata, roti yang ku pilah tak jadi ku beli sampai penjual kantin berpikir aku tidak membawa uang, bahkan menawarkanku untuk membayarnya besok. Namun berhasil ku tolak, karena bukan itu permasalahannya.

Masalahnya ada pada suara perbincangan tadi yang benar-benar menggangguku.

"Vera gue harus apa?"

♥♥♥

Tiga puluh menit sebelumnya.

"Der, Radit mana?"

"Radit? Gue ga tau." Jawab Dera sahabat Radit sekaligus teman bicara terpercaya Radit.

"Gue tanya sekali lagi Der. Radit mana?!"

"Gue ga tau Dira. Radit ngilang gitu aja."

"Dua tahun gue kenal sama lo, ga pernah sekalipun lo jawab Radit ngilang dan lo engga tau."

"Ya lo pacarnya harus taulah. Kok nyalahin gue?!" Dera mulai meninggikan nada bicaranya. Aku tersenyum pahit, apa saja yang diceritakan Radit pada pria dihadapan ku ini sampai sikap manisnya mulai hilang padaku.

"Gue ga nyalahin lo Der. Gue nanya Radit dimana? Gue beneran harus ketemu dia sekarang. Kalo ga sama lo gue harus nanya sama siapa lagi? Apa perlu gue nanya sama Delia?"

"Lo? Lo? Lo tau Delia Dir?"

"Gausah bantuin Radit ngejelasin semuanya. Gue butuh dia langsung. Jadi plis kasih tau gue, Radit dimana?"

"Kantin."

♥♥♥

Yukk jadi pembaca yang baik, menghargai dengan cara jangan lupa Vote dan Comment yaa^^

SERUPA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang