"Gue Reynan."
"Hah?"
Pria itu terkekeh, "Gue Reynan. Lo kan nanya tadi gue siapa."
Aku mengangguk meng-oh-kan perkenalannya.
"Cuma oh?" Heran Reynan.
"Ya terus lo mau jawaban apa?"
"Apa gitu, Haii hello gue Jia, gue murid pindahan. Bisa kan?" Ungkap Reynan tak terima.
"Ngapain gue ngasih tau hal yang lo udah tau." Balasku.
"Basa-basi, lo gatau basa basi emang?"
"Gue lagi ga mood buat basa basi sama orang baru." Jawabku tak acuh.
Reynan melipat tanganya, "Gue baru tau kalo basa-basi pake mood."
"Lo ga ke kantin?" Tanyanya lagi melihatku tak menjawab percakapannya.
"Lo ga ke kantin?"
"Lo ga ke kantin?"
"Lo ga ke kantin?"
"IHH!! Bisa diem ga sih?" Kesalku
"Ya abisnya gue nanya ga dijawab, malah ngelamun ga jelas, kesambet aja gimana coba?" Ungkapnya.
"Ya tinggal lo tolongin."
"Gue bukan dukun." Balasnya singkat. "Lo ga ke kantin?"
Aku memutar bola mataku, "Engga."
"Kenapa?"
"Nanya mulu kaya mau interview kerja." Jawabku.
Reynan melirik sinis, "Galak banget sih, gue kan cuma nanya."
"Cuma nanya tapi ganggu gue tau, gue lagi ribet nih."
Reynan mentapku dari atas kebawah, "Lo dari tadi diem aja disini. Duduk. Ga ngomong apa-apa. Dari mana ribetnya coba?"
"Di otak gue, di pikiran gue, di syaraf-syaraf gue." Ucapku greget.
Melihatnya terdiam aku melanjutkan ucapanku, "Udah? udah terjawab pertanyaan lo? udah apa elah engga usah nanya lagi."
Hening.
Aku melirik Reynan yang terus terdiam, membuat suasana disini menjadi canggung.
"Lo kok disini? Ga ke kantin?" Tanyaku membuka suara.
Reynan menatapku bingung, "Lo nanya ke gue?"
"Ya menurut lo ada orang selain lo disini?"
Reynan menoleh menatap sekitar dan tak menemukan siapapun selain dirinya.
"Lo lagi nyoba basa-basi ke gue?" Ledeknya,
"Engga usah, engga jadi." Jawabku ketus.
Reynan terkekeh, aku tidak sedang melucu. Dan apa ada yang lucu saat ini.
"Lo ketawa?"
Reynan menggeleng, "Engga, gue nangis."
"Hah! Lucu!" Balasku mencemooh.
"Lo ga laper?"
Aku menoleh, "Kenapa? Lo mau beliin gue makan?"
"Gue ga bilang gitu, orang cuma nanya."
"Gue ga butuh nanya-nanya. Ga bakal kenyang. Kalo lo----"
'Srek'
Sebungkus roti mendarat di pangkuanku. Aku tertegun menatap roti dan punggung pria bernama Reynan yang pergi menjauh dariku secara bergantian. Aku tidak tau kenapa, namun sudut bibirku memaksa untuk melengkungkan sebuah senyuman hangat.
"Reynan?" Aku terus mengulang namanya. Perasaan tak asing muncul setelah mendengar namanya ku sebut berulang kali. Tapi kenapa aku masih tidak bisa mengingat dimana aku pernah mendengarnya.
"Reynan?"
"Reynan?"
"Jia!!" Aku menoleh, mendapati gadis berambut sebahu melangkah ceria kearahku. Ah! Aku jadi ingat diriku yang akan bertingkah ceria ketika bersama Vera.
"Katanya mau ke kantin bareng? Gue cariin lo malah disini." Aku hanya tersenyum tipis membalas ucapannya, alisnya bertaut bingung, "Lo lupa sama gue ya?"
Aku menghela nafas berat, namaku saja aku lupa, bagaimana bisa mengingat orang lain. "Maaf ya."
Ia terkekeh, "Kita udah tiga tahun ga ketemu, kita temenan dari SMP, ketemu lagi pas SMA, wajar sih kalo lo lupa, mungkin gue ga berkesan hahaha... Tapi gue ga pernah lupa kok sama lo, gue sendiri aja heran, gue beneran seneng banget pas gue tau lo pindah ke Sekolah ini." Ucapnya antusias, aku jadi merasa kasihan. Aku seperti berubah menjadi orang jahat yang melupakan teman lama.
"Maaf ya." Hanya kata maaf yang keluar dari mulutku.
"Gausah minta maaf kali, gue --- "
"EHHHH!!! AWASSS!!!!"
♥♥♥
Yukk jadi pembaca yang baik, menghargai dengan cara jangan lupa Vote dan Comment yaa^^
KAMU SEDANG MEMBACA
SERUPA RASA
Teen FictionMemutuskan berpisah dengan Radit setelah dua tahun mengingatkanku fakta bahwa aku juga seorang perempuan, bohong jika aku mengatakan aku sendiri tidak terluka. Seolah semua ini akhirnya dirasakan oleh diriku sendiri tentang mereka yang mengakhiri...