"Bang? Mama ga pulang? "
Hari ini, hari Minggu, dimana seharusnya aku akan melihat keberadaan mama dirumah, namun dari yang ku lihat sepertinya tidak ada tanda-tanda mama akan pulang.
Terlebih melihat Jio yang tak menjawab pertanyaanku.
"Mama ada masalah?" Tanyaku memastikan.
"Lo ga perlu tau."
"Kenapa? Kenapa gue ga boleh tau?"
"Karena lo adek gue."
Aku terdiam mendengar jawabannya, menatapnya heran dengan penuh pertanyaan dalam benakku.
"Gue udah selesai makan." ujar Jio bangkit dari meja meninggalkan ku yang diam membeku, "Gausah bahas hal ini lagi sama gue."
Mataku hanya menatap kosong kearah roti yang menjadi sarapanku pagi ini. Salahku jika Jio berubah moodnya hari ini, dari caranya menjawab pertanyaanku dengan dingin aku tau aku sudah melakukan kesalahan.
"Den Jio nanti baik sendiri kok Non, Den Jio ga mau Non kawathir sama Den Jio makanya sifat Den Jio jadi begitu. Den Jio ngelindungin Non Jia, karena itu amanah mama sama papa Non." Aku menatap Bi Minah dengan mata berkaca-kaca.
Kepalaku mengangguk pelan,
"Iya bi"
♥♥♥
Aku menatap sekelilingku, bunga-bunga cantik yang bermekaran terkena pantulan matahari senja menambah segala pesona dari setiap kelopaknya.
Jalan bebatuan setapak yang berada di tengah-tengah tebaran bunga ini benar-benar membuatku kagum sebagai penyuka taman.
"Berarti salah dong ya kalo Jio bilang lo suka buku?" Ucap Arvie.
"Engga juga, gue emang suka buku kok, tapi lebih suka taman sih sebenernya." Jawabku sambil terus menunjukan kekagumanku terhadap taman yang di tunjukan Arvie.
"Terus lebih suka guenya kapan?"
Aku menoleh cepat. "Hah?"
"Ehh? Apaan?" Tanyanya dengan wajah terkejut.
Aku menatapnya bingung. "Lah? Lo tadi ngomong apa? Kok malah kaget."
"Engga gue ga ngomong apa-apa. Lo salah denger kali."
"Emang ya?"
Disinilah aku, terduduk disebuah bangku di tengah taman yang dijanjikan Arvie akan ia tunjukan pada hari Minggu jam empat sore.
Taman ini letaknya lumayan jauh dari rumahku, butuh waktu satu jam perjalanan dengan mengendarai mobil, itupun tanpa dilengkapi kemacetan di jalan.
"Suka coklat atau stoberry?" tanya Arvie dengan dua es krim yang ia suguhkan dihadapanku.
"Vanila." Jawabku santai.
"Eh vanila ya? Yah gue Cuma beli coklat sama stoberry? Gue beli lagi deh ya."
Aku refleks menarik tangannya, "Engga usah, gue yang stoberry aja."
Aku merebut es krim stoberry darinya yang masih tertegun diam, lalu duduk di sebelahku.
"Gue kira lo suka coklat atau stoberry tapi ternyata lo suka vanilla, gue kira lo paling suka buku ternyata lo paling suka taman." ucap Arvie bergumam, "Jangan sampe gue kira lo suka gue ternyata lo suka orang lain."
"Apaan deh?" balasku dengan sedikit tawa kecil menanggapinya.
Arvie terkekeh. "Abisnya, kalo gitu mulai sekarang kasih tau gue apa yang lo suka biar gue ga salah lagi."
Aku tidak mengacuhkan ucapannya dan sibuk dengan eskrimku yang sedikit demi sedikit mulai mencair.
"Jia?"
Aku menoleh. "Kenapa??"
"Lo dengerin gue ngomong ga sih?" tanya Arvie memastikan.
"Gue dengerin kok tenang aja, gue punya dua kuping yang terpasang dengan baik dikiri kanan kepala gue." balasku, "Gue cuma bingung harus bales ucapan lo gimana."
"Ya lo tinggal jawab iya,"
"Ga segampang itu, kalo gue jawab iya, gue bisa terus terikat sama lo."
"Ya terus lo gamau terikat sama gue?" tanya Arvie menatapku penuh harap.
"Ya bukan gitu juga---"
"Yaudah kalo bukan gitu, kan tinggal bilang iya."
♥♥♥
"Dari mana?"
"Astagfirullah..," Aku memejamkan mataku mencoba menetralkan degup jantung yang berdebar karena kaget.
Bagaimana tidak? Reynan yang langsung menyerangku dengan pertanyaan selepas aku membuka pintu rumah. Eh? Tapi ini rumahku kan?
"Lo ngapain dirumah gue?"
"Lo dari mana?" balas Reynan tanpa menjawab pertanyaanku.
"Lo ngapain malem-malem disini?"
"Lo kenapa malem-malem baru pulang?"
"Lo ngapain nanya-nanya tentang gue?" Tanyaku lagi, nadaku mulai meninggi, aku bertanya tapi di jawab dengan pertanyaan. Siapa yang tidak kesal?
"Lo juga ngapain nanya-nanya tentang gue? "
"Lah bukan urusan lo."
"Yaudah bukan urusan lo juga." ujar Reynan santai, membalikan tubuhnya berjalan kearah dalam rumahku.
Aku menutup pintu, lalu mengejarnya masuk kedalam rumah.
"Lo ngapain dirumah gue?"
♥♥♥
Jangan lupa vote dan comment yaa♥
KAMU SEDANG MEMBACA
SERUPA RASA
Teen FictionMemutuskan berpisah dengan Radit setelah dua tahun mengingatkanku fakta bahwa aku juga seorang perempuan, bohong jika aku mengatakan aku sendiri tidak terluka. Seolah semua ini akhirnya dirasakan oleh diriku sendiri tentang mereka yang mengakhiri...