32 - Awal Tanda Tanya

34 3 0
                                    

Lidah Sierra mendadak kelu, "Saya.. Hmm saya.. Ku--"

"Saya disini kok pak," Reynan mengangkat tangannya, berdiri di belakang Leon.

"Dari mana kamu?" 

"Saya abis ke kamar kecil dulu pak, bapak nguruh ngumpulnya dadakan banget sih." Ujar Reynan, aku yang mendengar alasannya saja ingin ku jatuhkan ke jurang saat ini juga.

"Kamu harusnya yang tau waktu."

"Kata guru ipa pak nahan buang air kecil tuh engga baik pak, ya kan bu?" Teriak Reynan pada guru Ipa ku yang sedari tadi sudah berdiri di depan sana. Seketika mukanya terkejut mendengar ucapan Reynan.

"I--i--iya." Jawab guru itu takut melirik pak guru yang menatapnya tajam.

"Alasan aja kamu. Maju!"

"Yah pak masa suruh maju?" Wajah Reynan memelas.

"Maju!"

Aku menggigit bibirku menahan tawa melihat Reynan yang kini berdiri di depan, menghadap ke arahku lebih tepatnya didepan seluruh siswa dan siswi sekolahku.

Satu persatu nama di panggil maju ke depan sesuai dengan list nama pembuat kesalahan semalam. Dan tepat dua nama terakhir membuatku mematung diam, kehilangan kata-kata. Aku tak tau harus bersikap sebagaimana wajarnya, tolong beri tau aku, harus bagaimana sikapku sekarang menyikapi ini?

"Arvie dan Syeril. Kalian berdua ngapain masih diluar semalam? Padahal bapak ibu guru sudah menjelaskan kalau kalian harus kembali ke tenda jam sebelas malam."

"Ada obrolan penting pak."

"Obrolan penting? Sepenting apa sampe kalian melanggar peraturan? Toh. kalian pagi ini ketemu lagi dan bisa membicarakannya."

Aku menatap Syeril dan Arvie yang menunduk diam seolah mengakui kesalahan mereka.

"Kalian berdua pacaran?"

Aku mempertajam tatapanku.

"Engga pak." Jawab Arvie.

"Kalau engga ngapain malem-malem kalian ngobrol diluar berduaan?"

Aku menautkan tanganku yang mulai dibasahi oleh keringat. Nafasku mulai terasa sesak. Aku melirik Reynan yang sedari tadi menatap sikap mencurigakanku.

"Pak!" bodoh. Aku tidak tau keberanian dari mana aku mengangkat tanganku. Entah apa yang membuatku berbuat sejauh ini.

"Saya pak yang suruh Syeril bertemu dengan Arvie."

Semua mata tertuju padaku, aku melirik Jio yang juga meruntuki sikapku yang ceroboh dan semauku sendiri.

"Ada apa sih dengan kalian tuh. Kenapa kamu Jia? Kamu nyuruh apa ke Syeril?"

"Ponsel saya ada di Arvie, jadi saya minta tolong ambilin. Sebenernya saya juga keluar semalam, hanya saja saya izin ke kamar kecil dulu jadi tidak ketauan oleh bapak." Pembohong hebat kamu nak. Aku yang tanpa gagap menjelaskan pada pak guru, aku bahkan tak bisa menatap Arvie dan Syeril saat ini.

"Itu salah saya pak." Aku menoleh mendapati Reynan yang mengangkat tangannya.

"Saya yang menolak menemani Jia, akhirnya Jia minta tolong sama Syeril. Maaf pak." Ucap Reynan yang juga jelas berbohong.

'Kenapa lo juga ikutan sih?' mataku seolah mengisyaratkannya, menatap Reynan kesal.

"Kalian itu! Masalah hp saja sampe empat orang gini yang bersalah. Yasudah sampe di sekolah temui bapak di ruang BK!"

Aku, Reynan, Arvie dan juga Syeril menunduk mengiyakan perintah yang ditujukan pada kami. Siap-siap Jio pasti akan memarahiku setelah sampai di rumah nanti.

❤️

Aku duduk dihadapan Jio saat ini. Tatapan matanya yang tajam menghantuiku, tapi pikiranku terbang entah kemana.

Aku tidak tau jika Arvie akrab dengan Syeril. Berarti setelah mengantarkanku ke tenda, Arvie menemui Syeril? Untuk apa? Apa yang mereka obrolkan? Kenapa Syeril ataupun Arvie tidak pernah menjelaskan kedekatan mereka berdua? Bahkan di depanku mereka tidak pernah menunjukan kalau mereka seakrab itu untuk berkomunikasi malam-malam, bahkan sampai larut.

"Lo sekarang mau jadi pahlawan?" Jio menatapku tajam, "Gue tau Jia, Arvie emang pacar lo, tapi apa harus sejauh itu? Harus banget sampe masalah kalian tuh dibawa ke BK?"

"Jujur sama gue, hape lo beneran di Arvie semalem?"

Aku menggelengkan kepala.

"Tuh! Engga kan! Kenapa lo ngarang cerita kaya gitu? Duhh Jiaa.. Abang ga abis pikir deh." Ujar Jio.

"Maaf bang."

"Untung Reynan juga mau sok sok an jadi pahlawan. Coba kalo engga? Kamu yang bakal di salahin tau ga!" Ucap Jio. "Lo ga tau mereka ketemu berdua. Lo gatau mereka ketemu ngapain, ngomongin apa, Lo masih ngira Arvie bakal belain lo?"

"Kok abang ngomongnya gitu?" Ucapku tak terima.

"Yaterus gimana? Lo yang engga berfikir panjang. Nyiptain drama di depan orang-orang. Coba sekarang abang tanya, Si Arvie ngapain ketemu sama Syeril?" Tanya Jio penuh penekanan.

Aku menunduk. "Ya Jia juga gatau."

"Tuh Jia aja yang pacarnya engga tau."

"Lahh abang yang satu tenda sama Arvie masa ga nanya ke Arvie. Emang ga sadar Arvie lewat jam batas keluar tenda?" Balasku.

"Ya abang mana tau. Abang mah tidur. Yaudahlah semoga masalahnya cepet selesai, Bang Jio tuh cuma gamau aja lo kena masalah. Ngertikan?"

Aku mengangguk.

❤️

Setelah sekian lama kan🥰
Jangan lupa vote dan commentnya ya..

SERUPA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang