Who Is She?

20.9K 1.5K 7
                                    

Arthur duduk di ujung ranjangnya sembari memperhatikan punggung Katelyn, gadis itu asik melemparkan tatapan kosongnya pada salju yang terus turun di luar sana. Katelyn banggun beberapa menit lalu dan nampak kebingungan.

"Kau sakit?" Tanya Arthur.
"Tidak yang mulia." Jawab Kate yang hanya mengintip Arthur dari balik pundaknya lalu mengalihkan lagi pandangannya.

Tadi, Katelyn benar-benar terlelap di sana. Di pelukan pangeran yang sialan tampan ini, dan entah setan mana yang menuntun Arthur untuk membawa Kate pulang ke kastilnya.

"Berhenti panggil aku dengan sebutan kuno itu." Kali ini Arthur berhasil membuat gadis itu menatapnya, ya walaupun dengan tatapan bingung.

Katelyn tertawa sumbang seolah ada hal yang sangat memancing humornya.

"Tidak yang mulia, itu kewajiban ku aku hanya rakyat mu." Jawab Katelyn.
"Kau calon istri ku." Sela Arthur yang membuat Katelyn sedikit terkejut karena ada nada penekanan, dan tegas di dalam sana.

Katelyn langsung mengalihkan lagi pandangannya pada hamparan salju yang sudah tebal menutup jalanan, bagaimana caranya untuk pulang?

"Cobalah untuk menerima kenyataan itu." Arthur tiba-tiba berdiri di belakangnya sembari menyematkan anak rambut milik Katelyn ke belakang telinga gadis itu.
"Kenyataan yang mana?" Tanya Katelyn.
"Bahwa kau akan menjadi istri ku." Jawab Arthur, ini membuat Katelyn mendegus.
"Aku tidak layak akan hal itu, yang mulia." Katelyn memasang muka datar tanpa ekspresi sedikit pun.

Dengan cepat Arthur menarik tubuh gadis itu ke dekapannya, satu tangannya menunci pinggang Katelyn agar tetap di peluakannya dan satu tangan lainnya memegangi dagu gadis itu.

"Aku sudah bilang jangan menggunakan sebutan kuno itu untuk memanggil ku, aku tidak suka bibir ini mengucapkannya." Arthur mendekap lebih erat tubuh Katelyn yang lebih pendek darinya, matanya menatap lekat-lekat mata biru tua milik gadisnya itu sebelum mata itu tertutup karena jarak yang sangat tipis ini.

Arthur hanya mengecup sekilas ujung bibir kiri gadisnya itu, dan berlanjut mendekati telinganya.

"Kau berharap lebih, Katelyn?" Bisiknya lembut, hal ini membuat Katelyn langsung membuka matanya dan menangkap seringaian kurang ajar yang terpampang di depan wajahnya.

Plakk.... Tanpa ragu Katelyn menampar Arthur, tidak terlalu sakit memang. Tapi melukai harga diri Arthur. Banyak wanita di luar sana yang ingin bersamanya, tapi berbeda dengan Katelyn, gadis ini seolah sangat membenci kehadiran Arthur di hidupnya.

"Aku akan menyuruh Mike mengantar ke kamar mu." Arthur melepaskan katelyn dari bekapannya, dan menelfon Mike untuk tugasnya.
"Kamar ku?" Tanya Katelyn.
"Lihat Miss Madison, apa kau bisa pulang? Setidaknya tunggulah sampai badai ini reda." Jawab Arthur sembari membuka kunci pintu kamarnya.
"Tidak, apa tidak masalah?" Katelyn memiringkan kepalanya, tentu dia tidak ingin banyak asumsi salah menguar di luar sana karena dia tinggal di kastil kerajaan.
"Apa.."
"Your highness." Ucapan Katelyn terpotong dengan dibukanya pintu kamar oleh Mike.
"Antarkan Miss Madison ke kamarnya." Perintah Arthur yang ditanggapi tundukan hormat dari Mike.

**

Mike mengantarkan Katelyn ke kamar yang sudah disiapkan oleh petugas istana, kamar mewah yang lebarnya berkali-kali lipat dari kamar apartemennya.

"Ini kamar sementara mu, Miss Madison." Ucap Mike.
"Apa tidak ada yang lebih sederhana, Mike?" Tanya Katelyn tanpa dapat menutupi rasa kagumnya.

Mike tertawa kecil melihat tingkah calon istri tuannya ini, polos dan menggemaskan.
"Tidak ada Miss, pangeran yang memilih kamar ini untuk mu. Aku harus mengerjakan tugas ku yang lain Miss, selamat beristirahat." Jawab Mike. 'Pantas saja pangeran sangat berambisi mendapatkan gadis ini.' Tambah batin Mike.

Jika lihat ke belakang semua mantan kekasih Arthur adalah sekelas artis atau model ternama dunia, yang dengan tubuh yang menurut wanita "goals", kecantikan hakiki, serta sejuta pesona lainnya. Tapi Katelyn juga berhak mencuri perhatian sang pangeran dengan kepolosannya, dan kecantikan alaminya.

**

Pukul 7.25 P.M di luar sana badai sudah mereda, bahkan armada pembersih salju sudah mulai dijalankan.

"Miss Madison." Katelyn terlunjak kaget saat tiba-tiba pintu dibuka dan memunculkan seseorang di sana , rupanya Athala.
"Masuklah." Katelyn tersenyum manis.

Athala masuk dan turut duduk di samping Katelyn.
"Begini Miss..."
"Kate, panggil saja Kate." Sela Katelyn.
"Emmm... Baiklah, mungkin aku bisa memanggil mu kakak?" Athala tersenyum senang yang di tanggapi anggukan oleh Katelyn.
"Oh ya, Ayah dan ibu memanggil mu di ruang kerja Ayah." Seyum Katelyn turut luntur saat Athala mengutarakan maksud kedatangannya.
"Mari aku antar." Athala menggandeng tangan Katelyn.

**

"My lord." Ucap Katelyn saat membuka pintu kayu di depannya.
"My queen." Tambahnya.

Lantas dia masuk kedalam ruang kerja sang raja tanpa di dampingi Athala, gadis itu hanya menunggu diluar bersama kakaknya, Leonore dan Rendela.

"Gadis yang aku rindukan." Ucap Philip dengan senyum berkarismanya.
"Duduklah Miss Madison." perintah Mandeline, yang langsung di laksanakan Katelyn.
"Kami memanggil mu untuk membahas pernihakan mu dengan Arthur." Ucapan Philip lantas membuat Katelyn menegakan kepalanya.
"Pernikahan?" Tanya Katelyn.
"Kau menolak anak kami?" Sahut Mandeline dengan cepat.
"Bukan begitu yang mulia, saya hanya merasa semua begitu cepat." Kate menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Satu bulan lagi kalian bertunangan, dan dua bulannya kalian menikah. Total tiga bulan akan diisi dengan Princess trainning." Ucap Mandeline dengan muka masamnya.
"Dengan segala hormat yang mulia, tapi saya butuh waktu lebih dari itu."

Demi kepiting alaska, dia saja baru mengenal pangerannya selama dua kali bertemu. Dan harus menikah karena pemikiran gila pangeran itu? Sial, sial, sial.

"Ada apa ayah memanggil ku?"

Suara itu membuat Katelyn memutar kepalanya, benar saja di sana sudah ada Arthur yang terlihat sangat tampan dengan setelan jasnya. Tunggu, pria itu sepertinya selalu tampan.

"Duduklah son, kami sedang membicarakan pernikahan kalian." Perintah Philip.

Lantas Arthur duduk di samping Katelyn, di hadapan kedua orang tuanya.

"Bukankah sudah jelas ayah? Aku memilihnya untuk menjadi istri ku." Ucap Arthur.
"Easy son, siapa yang akan mengganti calon menantu ku?" Philip tertawa ringan, dengan tatapan menggoda yang di lemparkan pada anak dan calon menantunya.
"Lalu ada apa?" Tanya Arthur.
"Waktu pelaksanaan."Kali ini Katelyn yang menjawab.
"Kau ingin dipercepat?" Arthur menyeritkan alisnya dengan muka datar menyebalkan.
"Apa yang kau fikirkan?" Katelyn mendegus kesal.
"Anak muda." Hardik Mandeline.
"Aku ingin pernikahan kita diundur." Jawab Katelyn, lantas membuat senyum kecil, tidak lebih tepatnya seringaian licik terbit menghiasi wajah Arthur.
"Pernikahan kita? Aku kira kau menolak ku saat kau menampar ku." Bisik Arthur dengan nada rendah, percuma padahal ayah dan ibunya dapat mendengarnya.
"Jadi bagaimana?" Tanya Philip.
"Diundur." "Dipercepat." Jawab Katelyn dan Arthur bersamaan.
"Jodoh rupanya." Philip lagi-lagi tergelak membuat Katelyn salah tingkah.
"Baiklah akan ditunda menjadi empat bulan, bagaimana Miss Madison?" Tanya Philip.

Baru akan membuka suaranya, mereka dikejutkan oleh pintu yang tiba-tiba dibuka dengan sedikit keras dan menampilkan gadis dengan dres biru langit yang tampak membungkus lekuk tubuhnya dengan sempurna.

"My lord, my queen, my prince." Sapa gadis itu seraya menunduk hormat, dan yang mengejutkan gadis itu langsung merangkul Arthur.

"I miss you so bad, my prince." Ucapnya.

'Who is she?' Batin Katelyn.

**

Terimakasih teruntuk pembaca yang ngevote dan pembaca gaib ku😘




Marriage My PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang