Finding Duchess

19.4K 1.6K 16
                                    

Arthur duduk di meja kerjanya, sembari menatap kosong berkas-berkas laporan yang menumpuk di depannya.

Sudah lima hari sejak tragedi Katelyn pergi dari kastilnya, dan hingga detik ini juga Arthur masih belum juga bertemu gadis itu. Bahkan dalam waktu lima hari itu, dia selalu menyempatkan diri singgah di caffe tempat Katelyn bekerja. Tapi nihil, gadis itu bak hilang di telan bumi.

"Menurut mu kemana perginya Katelyn?" Tanya Arthur, rahangnya mengatup rapat, dia marah pada dirinya sendiri. Kenapa saat itu dia tidak mengejar gadis itu?
"Saya tidak tahu yang mulia, bahkan malam itu saya tidak melihat Miss Madison." Jawab Mike, aura tuannya terlihat beribu kali lipat lebih menyeramkan saat marah.
"Cari dia." Arthur melempar map hitam yang berisi foto gadisnya dan seorang gadis lainnya.
"Jangan kau berani muncul di hadapan ku, sebelum menemukannya." Tambah Arthur, lantas Mike undur diri untuk melaksanakan perintah dari tuannya.

**

Katelyn berdiri di tepi danau, tatapannya terlempar pada danau di depannya yang airnya sudah membeku. Di atasnya terdapat berapa orang yang asik bermain ice skateing.

"Kau rela kita pulang?" Tanya Zera.
"Tentu tidak, ini kasus pelarian terbaik ku." Katelyn terkekeh ringan.

Sudah empat hari Zera dan Katelyn berlibur dengan berkeliling kota-kota di Yorkshire, dan perjalanan mereka berakhir di kota York. Ini semua rencana dari Zera. Dia tidak tega sahabatnya diburu banyak orang, ditambah dengan bedebah Peter yang membelinya.

"Kita bisa tinggal disini jika kau mau, kau lupa keluarga Mc Queen punya banyak aset di daratan britania ini?" Zera mengangkat dagunya sombong, dengan muka konyolnya.
"Your the best, princess." Timpal Katelyn sembari menunduk hormat.

Lalu mereka tertawa. Dalam hatinya terselip kelegaan yang luar biasa atas lima hari kabur dari masalahnya, tidak ada pangeran sialan, tidak ada orang tua gila. Sempurna.

"Aku punya resto favorit di sini, tertarik?" Tanya Zera, yang ditanggapi anggukan oleh Katelyn.

**

Katelyn dan Zera berjalan beriringan, entah mengapa Katelyn merasa semua orang memperhatikannya. Bahkan ada orang saat melihatnya langsung sibuk dengan ponselnya.

"Apa ada yang salah?" Bisik Katelyn.
"Entahlah, aku rasa tidak." Jawab Zera.
"Di sini." Zera dan Katelyn masuk di salah satu resto mewah.
"Mereka berpakaian formal Zera." Protes Katelyn, mengingat mereka berdua hanya menggunakan pakaian dingin yang casual.
"Siapa yang berani memarahi ku di sini?" Zera mengibaskan rambut pirangnya.
"Baiklah pasti aset keluarga mu." Katelyn memutar malas bola matanya.

Zera melambaikan tangannya memanggil pelayan, datanglah Noah sebagai kepala pelayan. Sebelumnya Noah menunduk hormat.

"Miss Mc Queen, Miss Madison." Sapa Noah, lantas membuat Zera dan Katelyn saling menatap. Darimana dia tau?
"Darimana kau tau namanya, Noah?" Tanya Zera.

Pria paruh baya itu menyeritkan rambut alisnya yang mulai memutih.
"Apa anda tidak tau miss? London Time mengeluarkan majalah dengan cover foto Miss Madison." Ujarnya.

Lantas Katelyn dan Zera menyapukan pandangan mereka sebelum kemudian saling menatap lagi, benar saja seluruh tamu di sini memperhatikan mereka.

"Ah ya? Noah, itu menarik tapi kami lapar di sini. Tolong bawakan yang terbaik Noah, dan jangan lupa bawakan majalah itu." Perintah Zera.
"Apa kau berfikir apa yang aku fikirkan, Kate?" Tanya Zera.
"Ya, kau pasti berfikir si pria berkuasa itu yang melakukannya." Katelyn mendegus kesal.
"Tepat, tapi mengapa dia sangat menginginkan mu?" Zera mengetuk-ngetukan jemarinya di dagu runcingnya.
"Huhhh... Terobsesi mungkin." Katelyn memijat pangkal hidungnya.

Tidak lama setelah itu pelayan mengantarkan pesanan mereka, hingga Noah yang tampak membawa sebuah majalah yang dimaksud.

"Maaf tuan, bisa taruh majalah itu di sana? Tolong juga letakan secara terbalik." Katelyn menunjuk sudut meja mereka.
"Tentu Miss, silahkan nikmati pesanannya." Ujar Noah undur diri.
"Kau tidak ingin membacanya dulu?" Tanya Zera.
"Aku lapar, cantik. Aku tidak ingin kehilangan nafsu makan ku."

Setelah memakan semua pesanannya, Zera menarik majalah itu.

"Kau siap?" Tanya Zera yang bersiap membalik majalah itu, Katelyn menghembuskan nafas beratnya sebelum mengagguk.

Zera lantas membalikan majalah itu, dan matanya membulat begitu saja. Lain dengan Katelyn yang menutupi mulutnya dengan kedua tangannya sangkin terkejutnya.

"Finding Duchess." Mereka sama-sama membaca tulisan besar yang berada di sisi bawah majalah, ah ya jangan lupakan foto cantik Katelyn yang dipajang di sana.

"Menarik, ayo kita baca." Zera membuka halaman demi halaman hingga sampai di berita utama itu.

"Calon istri pangeran Arthur, benar?" Zera menatap Katelyn dengan tatapan konyol yang membuat Katelyn ingin menjabak rambut kemilau sahabatnya itu.

Mereka membaca baris demi baris pada halaman itu, sesekali Katelyn menekuk wajahnya muram karena Zera terus menggodanya.

"Siapapun yang bertemu dengannya, segera hubungi pihak kerajaan dan dia akan diberi hadiah." Baca Zera dan Katelyn pada akhir berita tersebut, dan mereka saling menatap satu sama lain.
"He's fucking ashole." Bisik Katelyn.
"Dan aku membawa lari calon puteri kerajaan." Goda Zera meski dengan muka seriusnya.
"Finding duchess? Dia kira aku nemo atau dori yang perlu dicari?" Degus Katelyn.
"Kau anglerfish, indah tapi berbahaya." Balas Zera, entah mengapa gadis ini tidak bisa berhenti menggodanya.
"I hate him. Kalau begitu aku akan menjebaknya dalam perangkap ku." Ucap Katelyn.
"I know it, kau sudah mengatakan ratusan kali lima hari belakangan ini." Zera memutar malas bola matanya.
"Carilah sang duchess hingga ke ujung dunia." Katelyn menghentakan kakinya gemas di bawah sana.

"And i found my duchess, or my anglerfish?" Katelyn segera menggelengkan kepalanya saat bisikan itu terdengar, ini pasti halusinasi.
"Did you know if i miss you?" Refleks Katelyn menegakan tubuhnya saat seseorang mengecup puncak kepalanya.

"Apa dia..?" Tanya Katelyn yang langsung diangguki Zera.

Lantas Katelyn menengok kebelakangnya untuk memastikan, seketika Katelyn merasa membeku di tempat saat menemukan Arthur, Mike dan beberapa bodyguard-nya berdiri di sana. Apalagi saat pria itu tersenyum dengan manisnya seraya mengacak rambut Katelyn, rasanya dia seperti patung yang diberi nyawa.

"Lima hari tidak bertemu, kau terlihat semakin cantik." Ujar Arthur.

Sialnya Katelyn hanya diam dengan muka konyolnya.

"Miss me? My princess." Arthur menyeringai saat menekan kata 'my princess.'

**

Terimakasih banyak💓

Marriage My PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang