Can't Life Without You.

17.2K 1.2K 9
                                    

Seorang gadis menatap televisi di depannya dengan penuh minat, tak lama kemudian sudut bibirnya terangkat menyiratkan sifat licik yang ada pada dirinya. Dan gadis itu adalah Vreya Madison.

"Good job, Vre." Tiba-tiba segepok uang pond jatuh di pangkuannya

Vreya tertawa sumbang, sebelum menyibakan rambutnya sombong.

"Tentu Mona, dan terimakasih sudah membantu ku." Jawab Vreya.

"Dan pelaku tabrak lari yang dialami Miss Madison, hingga kini belum ditemukan." Tutup reporter berita yang tengah mereka tonton.

Mona beralih mematikan televisinya.
"Kita tidak akan ketahuan bukan?" Tanya Mona sembari berkacak pinggang.

Vreya mengusap perutnya yang mulai membesar karena calon bayinya.
"Tentu tidak, aku berani menjamin." Ucap Vreya.
"Karena dia tidak berhak bahagia." Senyum puas itu terulas di wajah gadis itu.

**

Sudah tujuh hari sejak kejadiaan tabrak lari yang dialami Katelyn, dan gadis itu masih betah di keadaan komanya tanpa perduli pria yang setiap hari menangis di sampingnya.

"Hello, princess." Sapa Arthur dengan riang.

Arthur menarik sebuah kursi ke dekat ranjang tempat Katelyn berbaring. Nafas beratnya berembus ketika mendapati gadisnya masih menutup matanya rapat-rapat.

"Maafkan aku Kate, tapi aku belum berhasil menemukan orang yang membuat mu harus berbaring di sini." Ucap Arthur penuh nada penyesalan yang teramat.

Tangannya mengenggam tangan kiri Katelyn, dibawanya tangan itu untuk dikecup dalam-dalam tanda betapa Arthur sangat merindukan gadisnya itu.

"Kau belum ingin bangun, Kate?" Bisik Arthur dengan rendah.
"Rupanya kau tukang tidur yang handal." Arthur terkekeh pilu, dia menatap wajah gadisnya berharap Katelyn akan bangun dan menampakan wajah jengkelnya.
"Tidak apa, aku tetap mencintai mu." Tambah Arthur.

Jarinya memainkan cincin yang melingkar di jari manis Katelyn, cincin pertunangannya. Ah Arthur sampai lupa, bahwa mereka belum memiliki satu foto pun pada momen pertunangan mereka.

"Aku sangat merindukan mu, Kate." Arthur lagi-lagi tersenyum masam saat lagi-lagi tidak ada jawaban dari gadisnya, hanya saja alat deteksi detak jantung yang mengisi kekosongan ruang ini.
"Apa kau tidak merindukan ku?" Arthur mengusap pipi empuk milik gadisnya, kulit Katelyn jauh lebih terlihat pucat daripada hari-hari yang lalu.
"Apa ada pangeran yang lebih tampan dari ku yang datang ke mimpi mu?" Kali ini jari telunjuk Arthur menelusuri tulang hidung milik Katelyn, ramping dan lancip. Sempurna.
"Apa semua keinginan mu terkabul di mimpi mu?" Arthur merengut sedih.
"Aku berjanji akan memenuhi semua keinginan mu, Kate. Tapi kembalilah pada ku, jangan bersama pangeran di mimpi mu itu." Tambahnya.

Memilukan. Arthur terlihat lebih tidak terawat semenjak Katelyn mengalami kecelakaan, bahkan matanya selalu sembab akibat kurang tidur dan tak jarang pula dia menangisi gadisnya.

"Ku mohon." Pinta Arthur.

Tiba-tiba alat deteksi jantung milik Katelyn, berbunyi, melengking panjang diiringi dengan gambar gelombang yang menjadi garis lurus.

Arthur panik. Dia langsung menekan tombol untuk memanggil dokter.

"Ku mohon tetap bersama ku." Seru Arthur panik.
"Jika aku salah berbicara tadi, maafkan. Kau boleh tidur tapi jangan pergi." Tambahnya.
"Aku tidak ingin kehilangan mu untuk kesekian kalinya."

**

Putih, dan menyilaukan. Katelyn mencegah cahaya itu dengan menggunakan tangannya untuk melindungi matanya dari sinar berlebih.

"Katelyn." Suara lembut itu masuk ke rongga pendengarannya, suara yang sangat dikenalnya, suara satu-satunya orang yang menyayanginya dalam keluarganya.
"Mom." Sambut Katelyn.

Mom adalah panggilan yang diberikan Katelyn untuk neneknya. Ya, dulu semasa neneknya masih hidup, hanya beliau yang menyayangi Katelyn.

"Aku merindukan mu, mom." Katelyn langsung memeluk neneknya, wanita renta itu juga balas memeluk cucunya dengan lembut.
"Aku juga merindukan Katty kecil ku." Balas neneknya.

Katelyn menatap neneknya dengan tatapan tak percaya, setelah sepuluh tahun neneknya meninggal hari ini akhirnya Katelyn kembali bertemu dengannya.

Katelyn mengusap air matanya kasar, dia terlalu bahagia bertemu dengan orang yang disayangi dan menyayanginya.

"Kenapa kau meninggalkan ku, mom?" Tanya Katelyn.
"Aku tidak meninggalkan mu Katty, aku ada di samping mu. Selalu." Neneknya mengusap lembut pipi Katelyn.
"Kembalilah sayang, kau seharusnya tidak di sini." Tambah neneknya, wanita berumur itu tetap cantik dengan senyum tulusnya.
"Kau mengusir ku mom?" Air mata Katelyn semakin berlinang.
"Tapi untuk kebaikan mu." Neneknya menangkup pipi Katelyn.

Katelyn menggeleng kuat, dan memegangi tangan neneknya.

"Aku ingin di sini, bersama mu. Tidak ada yang menyayangi ku selain diri mu." Katelyn semakin mengeratkan genggamannya.
"Hanya kau yang tidak tau sayang, ada Zera yang menyayangi mu." Ucap neneknya.
"Dan, ada satu orang yang sangat menyayangi mu Katty. Dia akan sangat terpukul jika kau tetap di sini." Tambahnya.

Katelyn menautkan alisnya bingung.

"Siapa orang itu?" Tanya Katelyn tak sabaran.
"Dia menyayangi mu dengan tulus, dia akan melindungi mu dengan segenap kemampuannya. Dan dia akan berkorban untuk mu dan kebahagiaan mu." Neneknya mengusap rambut cucunya sayang.
"Siapa dia mom?" Tanya Katelyn.

Bukan menjawab, neneknya hanya terkekeh ringan. Membuat Katelyn kebingungan.

"Kau akan tahu Katty. Tanyakan pada hati mu, dia akan memberi tahu mu." Neneknya menunjuk tepat di depan dada cucunya.
"Kau harus kembali Kate, harus kembali."

Mereka menempelkan hidung mereka, sementara air mata Katelyn semakin gencar turun. Katelyn menenggam kedua lengan neneknya dengan kencang. Beringingan dengan itu angin halus berembus menerpa mereka, tangisan Katelyn semaknin menjadi kala dia melihat tubuh neneknya melebur menjadi debu dan hilang terbawa angin.

"Mom." Teriak Katelyn.

Tiba-tiba angin kencang menerpanya dan menyeret Katelyn pada hitam yang menanti.

**

Arthur memijat pangkal hidungnya, dia melihat beberapa dokter dan perawat yang tengah berusaha menyelamatkan gadisnya.

"Ku mohon, ku mohon." Pinta Arthur, di hatinya terapal doa untuk gadisnya.

Dan Arthur dikejutkan dengan suara nafas yang tercekat. Arthur melihat gadisnya sudah duduk tegak dengan nafas tersegal di atas ranjangnya.

"Katelyn." Arthur segera merengkuh gadisnya, memeluknya seolah takut gadisnya akan pergi lagi.

Katelyn terisak keras, sembari memegangi lengan kokoh Arthur.

"Aku senang kau kembali." Arthur berkali-kali mengecup puncak kepala Katelyn.
"Berjanjilah tidak akan pergi lagi." Tambah Arthur.

Katelyn hanya mengagguk patuh, dengan air mata yang masih berjatuhan.

"Jangan menangis, kau akan melukai hati ku. Ku mohon." Pinta Arthur.
"Aku berjanji kan selalu menjaga mu, aku berjanji akan membahagiakan mu. Aku janji itu." Tambah Arthur.
"Jangan pergi, karna kau lah matahari ku. Aku tidak dapat hidup tanpa mu."

**

Siapa rindu mereka? Maaf ya baru sempet up. Maklum akhir-akhir ini sibuk banget, pulang malem dan pulang langsung tidur:(

But makasih yang udah mau nunggu😙

Marriage My PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang