Katelyn masih sibuk dengan dunianya sendiri, antara ucapan Athala tempo hari dan kejadian siang tadi terus terulang seperti kaset pita yang rusak.
"Aku sudah duduk dari setengah jam lalu di sini, dan kau mengundang ku hanya untuk melihat mu melamun?" Tanya Zera sembari mengguncang bahu Katelyn agar gadis itu segera tersadar.
Katelyn hanya mendesah lelah, nyatanya hidupnya seperti terkena kutukan dan dia tidak dapat menemukan arti "damai" dan "bahagia" di hidupnya.
"Ada apa?" Tanya Zera.
Zera tahu Katelyn sedang mengalami hal yang tidak mengenakkan, buktinya Katelyn lebih banyak diam dan melamun daripada mengoceh ini dan itu.
"Arthur." Desis Katelyn.
Tangannya terkepal seolah siap meninjukan tangannya pada rahang sempurna milik pangeran itu.
"Ada apa?" Tanya Zera.
"Dia nyaris mencium Mona." Ucap Katelyn dengan datar. Ingat dengan datar.Zera terperangah dengan nada dan ekspresi yang di keluarkan Katelyn, datar layaknya lantai granit mahal yang ada di rumahnya.
Zera menepuk dahinya sendiri, dia lupa bahwa Katelyn memiliki hati sekeras batu. Sahabatnya adalah golongan orang yang tidak mudah menangisi hal yang sepele. Bahkan untuk sekedar menangisi Arthur, Katelyn sudah merasakan hal yang lebih menyakitkan daripada itu. Yaitu hadirnya tidak diinginkan oleh keluarganya.
"Kau sedih?" Tanya Zera.
Tatapan tajam Katelyn langsung jatuh padanya sebelum kembali dilemparkan pada jendela yang terbuka.
"Aku hanya sedikit kecewa padanya, aku bingung." Jawab Katelyn.
"Lalu?" Tanya Zera.
"Aku menyuruhnya untuk menjauh dari ku." Jawab Katelyn.
"Ya Tuhan, kenapa begitu?" Zera mengacak rambutnya sendiri, dia tidak menyangka keputusan itu akan diambil Katelyn.
"Jangan berlebihan Ze, undangan mu sudah sampai padanya jangan khawatir." Katelyn menghela nafasnya sebelum kembali bergelut dengan pikirannya.Zera menatap iba pada Katelyn, gadis itu terlalu lelah untuk kembali disakiti. Katelyn sudah terlalu banyak merasakan pahitnya kehidupan. Tidak bisakan seseorang membawa warna baru untuk hidup Katelyn yang sangat abu-abu itu? Tidak bisakah seorang yang datang itu tidak menyakitinya? Tidak bisakah orang yang datang itu tidak menorehkan luka baru disaat luka lamanya belum juga membaik? Tidak adakan yang mau melindungi wanita rapuh itu?
**
Arthur menatap kosong balkon yang sengaja dibuka olehnya, dia masih meruntuki kejadian siang ini.
Jarinya memainkan cincin yang dikembalikan oleh Katelyn, belum genap 24 jam cincin itu sudah dikembalikan padanya.
"Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi yang jelas kalian sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja."
Arthur sedikit terkejut saat menemukan Athala sudah berdiri di sampingnya.
"Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu?" Tanya Arthur dengan nada tidak suka, jelas saja dia sedikit terganggu jika tiba-tiba adiknya masuk ke ruang pribadinya.
"Tangan ku bisa patah jika terus mengetuk, lagi pula sudah berkali-kali aku mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban." Athala dengan acuh ikut duduk di samping Arthur.
"Siang tadi aku melihat Katelyn lari begitu saja dari arah kamar mu, ada apa?" Tanya Athala dengan penasaran.
"Bukan urusan mu." Balas Arthur.Menurutnya dengan membagi ceritanya pada orang lain, tidak akan membantu banyak. Yang ada orang lain akan mengetahui masalahnya, tapi apa Athala melihat Katelyn saat itu?
"Apa dia menangis?" Tanya Arthur.
Athala menghendikan bahunya acuh.
"Bukan urusan mu." Athala membalik ucapan dari kakaknya.
"Aku serius." Arthur menatap tajam adiknya itu, tapi Athala hanya memutar malas bola matanya.
"Aku rasa tidak, dia hanya berlari keluar." Jelas Athala.
"Berhenti menatap ku seperti itu, tidak ada gunanya aku berbohong pada mu." Tambah Athala saat kakaknya menatapnya semakin tajam dan penuh intimidasi.
"Baiklah, pergilah tidur. Bukannya kau besok harus ke York?" Arthur mengusir adiknya sehalus mungkin,tapi tetap membuat Athala merasa terusir.
"Ya, ya. Selamat malam, semoga esok wanita mu kembali." Ucap Athala sebelum berlari menuju kamarnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage My Prince
Fantasy#6 Duke in 13.05.18 #15 Historical Fiction 19.08.18 #33 Historical Fiction 21.07.18 Menikah dengan seorang pangeran, adalah mimpinya dulu. Ya DULU bukan sekarang. Tapi bagaimana jika mimpinya itu terwujud? Menikah dengan pangeran dan menjadi seorang...