Critical Time.

15.8K 1.1K 8
                                    

"Kau yakin tidak ingin bertemu ayah ku?" Tanya Arthur ketika mereka sudah sampai di depan pintu apartemen milik Katelyn.
"Ya, pukul 3 pagi apa masih sopan bertamu?" Sidir Katelyn, ya, sebenarnya mereka sudah menyelesaikan pesta itu pukul 12 malam, tapi tiga jam lebihnya Arthur mengajaknya berkeliling di alun-alun kota. Gila bukan?
"Baiklah, itu salah ku." Arthur mengangkat acuh bahunya.
"Dan ini uang mu." Tambahnya sembari menyerahkan uang yang dijanjikannya.
"300 juta?" Tanya Katelyn dengan mata berbinar.

Arthur terkekeh, tangannya bergerak mengusap puncak kepala Katelyn.

"200 juta, princess." Ucap Arthur.

Katelyn mendegus kasar, ternyata pria itu tidak pernah main-main dengan ucapannya. Jadi, dia harus lebih berhati-hati sekarang.

"Baiklah, terimakasih." Katelyn menerima uangnya.

Sejenak mereka diam, hanya tatapan mereka yang saling beradu. Katelyn berfikir ini akan lama jika dia tidak memutus tatapan itu. Akhirnya Katelyn mengalihkan pandangannya pada pintu tetangganya.

"Kenapa kau tidak pulang?" Tanya Katelyn, hah, dia selalu begitu.
"Kau mengusir ku?" Arthur menaikan sebelah alisnya dengan wajah tak sukanya.
"Ya, kelihatannya begitu." Katelyn menaikan bahunya acuh, sembari berkacak pinggang.
"Aku besok harus bekerja, kau juga kan? Pulanglah." Tambah Katelyn sebelum Arthur mengeluarkan alibinya.
"Aku suka kau perhatian pada ku." Arthur tidak dapat mencegah satu sudut bibirnya terangkat, melukis seringaian yang penuh akan godaan dan ejekan.

Itu membuat Katelyn sedikit salah tingkah, dan membuatnya gugup, tanpa sadar gadis itu menggaruk pelipisnya.

"Pulanglah, aku ingin segera tidur." Ucapnya tanpa ada keinginan menatap lagi mata biru jernih itu.
"Ya, baiklah. Sleep well my lady." Arthur mengecup lembut puncak kepala Katelyn sebelum pergi dari sana.

Setelah Arthur benar-benar pulang dari sana, Katelyn membuang nafas yang sedari tadi ditahannya.

**

Siang ini Katelyn mempersingkat jam kerjanya, dan tenggah hari ini dia memilih pulang karena Zera telah berjanji untuk berkunjung ke apartemennya.

"Heyy.." Pekik Katelyn kala melihat Zera yang baru saja turun dari mobilnya.

Katelyn sedikit berlari kecil dengan hati-hati, karena salju sedikit membuat trotoar yang diinjaknya menjadi licin.

"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Zera sembari memeluk sahabatnya, Katelyn pasti akan menjawab 'baik' padahal hatinya tidak demikian.
"Aku baik, Ze." Jawab Katelyn dengan riang. 'Aku harap begitu.' Sambung batinnya, lalu dia menarik Zera agar segera masuk ke apartemennya.

**
"Mike apa kau sudah mengumpulkan informasi mengenai Katelyn?" Tanya Arthur, ya semalaman kemarin dia selalu diganggu oleh gadis itu.

Arthur ingin tahu lebih dalam mengenai Katelyn, bahkan hingga hal sesepele apapun dari gadis itu Arthur harus tahu.

"Maaf, your highness. Tapi aku sedikit kesusahan mengorek informasi Miss Madison, karena tidak adanya sumber lain yang dapat digali informasinya selain Miss Madison sendiri." Ucap Mike dengan sopan.

Padahal maksud dari jawaban itu adalah, 'mengapa tidak tanyakan langsung pada Miss Madison?'

"Sedikitpun tidak ada informasi?" Arthur menyeritkan alisnya, tatapannya menajam membuat siapapun akan merasa takut ditatap seperti itu.
"Kami mendapatkan, tapi hanya sedikit sekali." Jawab Mike, sebelum melanjutkan ucapannya Mike menghela nafasnya.
"Miss Madison tinggal di London dua tahun lalu, semenjak dia lulus dari Oxford. Untuk kehidupannya di kota lain kami tidak mengetahuinya, pangeran. Tapi di London, Miss Madison tidak memiliki saudara. Hanya seorang sahabat bernama Zera Aberton, mereka sudah akrab saat sama-sama di Oxford."

Arthur menampilkan wajah dinginnya, rahangnya mengatup kuat.
'Bagaimana bisa dia menyembunyikan identitasnya dengan sebersih ini?' Batin Arthur.

"Kita akan mencari informasi tentangnya, bersiaplah Mike kita berangkat ke Oxford sekarang juga."

**

Suara ketel air yang sudah mendidih itu memenuhi ruangan, ketel panas itu langsung dipindahkan isinya kedalam cangkir yang diisi bubuk coklat.

"Jadi bagaimana?" Tanya Zera.
"Aku menerima lima juta dari kantor." Ucap Katelyn, ya dia minta gajinya bulan ini dan bulan depan diturunkan sekarang.
"Apa ada yang kurang?" Pertanyaan Zera membuat Katelyn yang tengah mengaduk cangkir itu menghentikan aktifitasnya dan mengintip Zera dari bahunya sebelum kemudian membawa cangkir itu pada Zera.
"Tidak." Jawab Katelyn. 'Kurasa.' Timpal batinnya.
"Kau yakin? Waktu mu hanya tinggal sore dan malam ini, besok pria itu akan datang bukan?" Zera mengguncang tangan Katelyn dengan cepat, membuat gadis itu berdecak karena coklat panasnya terlempar kemana-mana.
"Ya Zera, aku akan menghitung di depan mu."Ucap Katelyn sembari menaruh cangkir itu.

Sebelumnya Katelyn menghela nafasnya, berharap uangnya tidak kurang satu pond pun.

"Aku kemarin memiliki 75 juta pond, ditambah hari ini aku menerima 5 juta pond. Jadi 80 juta pond, benar?" Zera hanya mengagguk menjawabnya.
"Lalu kau memberi 150 juta pond pada ku, jadi 230 juta pond."
"Ditambah dengan 200 juta pond dari Arthur, jadi.."

"430 juta pond?" Seru Katelyn dan Zera bersamaan.
"Bagaimana ini?" Tanya Zera, dia tidak mau menerima sahabatnya menikah dengan pria tua yang sangat, ewhh.
"Hanya lima juta lagi Ze, tenang." Katelyn mengusap punggung Zera untuk menenangkan gadis itu. Bukannya yang harus panik itu dirinya bukan Zera?
"Huhhhh." Zera membuang nafasnya.
"Baiklah besok aku akan membawakan 5 juta itu untuk mu," Ucap Zera. "Dan diam, tidak ada penolakan."

Katelyn sangat bersyukur, dia memang tidak memiliki keluarga yang baik, tapi dia memiliki sahabat yang bahkan akan mengorbankan semua hal untuknya.

**

Katelyn bergerak gelisah di tempat tidurnya, saat suara berisik itu tertangkap indra pendengarannya.

"Ah, sial." Katelyn menyerah dan beranjak dari kamarnya menuju ruang tamu.

Suara berisik itu berasal dari ruang tengahnya, dan Katelyn sudah meraih payung yang ada di dekatnya. Dengan posisi waspada, tangannya mengerayangi dinding untuk mencari saklar lampunya.

"Tidak ada apa-apa, tapi kenapa semuanya berantakan?" Tanyanya, karna setahunya semua barangnya tidak seberantakan ini.

Katelyn akhirnya menghendikan bahunya, dan berbalik menuju kamarnya.

Namun tiba-tiba sebuah tangan bersapu tangan membekap hidungnya, jelas ini membuat Katelyn refleks berontak di sana.

Hingga akhirnya tubuhnya meluruh lemas yang langsung di tangkap oleh sosok di belakangnya, sebelum kesadarannya benar-benar hilang, Katelyn melihat sosok itu bertudung hitam, dan topeng yang menutupi wajahnya.

**

Terimakasih semua❤

Marriage My PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang