Athala dan Rendela turun beriringan dari mobil mereka, seperti bangsawan pada umumnya mereka berdua membuat orang di sekitar mereka menunduk hormat.
"Di sini?" Tanya Rendela menatap sebuah caffe di depannya.
"Ya, ayo masuk. Kau akan menyukai menu di sini." Athala mendahului Rendela untuk masuk ke dalam.Mereka berdua memesan dua cangkir Afogato vanila dan dua pancake madu, yang dengan cepat sudah terhidang di depan mereka.
"Kau yakin dia bekerja di sini?" Tanya Rendela.
"Ya kakak, aku sering berkunjung ke sini." Athala menyuapkan pancake-nya.
"Hey, kemarilah." Rendela memanggil pria yang berada di balik mesin esspreso.
"Ada yang bisa saya bantu, yang mulia?" Tanya pria itu.Rendela membaca name tag yang menempel di dada kiri pria itu. 'Charlos.'
"Baiklah, Charlos. Bisa panggilkan Miss Madison? Emm... Katelyn Madison." Ujar Rendela yang langsung diangguki oleh pria itu.
Mereka berdua melahap makanannya dengan anggun, bahkan semua orang di sini memusatkan perhatiannya pada dua wanita terhormat itu.
"Permisi, yang mulia." Rendela dan Athala menengok serentak ke arah datangnya suara, di sana ada Katelyn yang menggenakan seragam dan topi kerjanya, jangan lupa kacamata baca yang bertengger manis di hidung mancung gadis itu.
"Ah, Miss Madison." Rendela memeluk Katelyn.
"Your Highness." Katelyn membalas pelukan dari Rendela.
"Duduklah, kakak." Athala tertawa geli saat memanggil Katelyn dengan sebutan 'kakak.'
"Apa ada yang bisa saya bantu, yang mulia?" Tanya Katelyn, dia merasa cangung untuk bersikap pada mereka di depan umum.
"Kami akan menanyakan beberapa pertanyaan pada mu." Ujar Rendela.Katelyn memiringkan kepalanya bingung.
"Kenapa kau menolak untuk menjadi istri Arthur?" Tanya Rendela, baiklah Rendela dan Athala tidak akan melepas Katelyn begitu saja. Gadis itu harus menikah dengan Arthur, harus Katelyn.
"Jika aku menjawab 'itu bukan urusan kalian' " Katelyn membuat tanda petik di udara sebelum melanjutkan ucapannya. "Apa kalian akan berhenti mencari ku?" Tambahnya.
"Kau sangat mengetahui kita ternyata." Athala terkekeh renyah, membuat Katelyn mau tak mau ikut tertawa.
"Baiklah, aku menolak untuk menikah dengannya karena memang aku tidak tertarik padanya." Jawab Katelyn.Sejenak Athala dan Rendela saling memandang, 'Tidak tertarik, katanya?'
"Baru kali ini aku mendengar ada yang tidak tertarik pada adik ku." Ucap Rendela membuat Katelyn sedikit tidak enak hati.
"Kau gadis yang baik, dan akan sangat baik jika kau menikah dengan kakak ku." Athala menggenggam tangan Katelyn.
"Karena jika tidak menikah dengan mu, Arthur akan menikah demgan Mona. Dan kami lebih menyukai mu." Tambah Rendela.'Oh, jadi jika aku tidak mau menikah dengannya, dia akan menikah dengan gadis sialan itu?'
**
Pintu putih itu terbuka, membawa masuk gadis semampai dengan kesempurnaannya. Ingat dia? Mona Von Lidermann.Mona menatap ayahnya yang duduk memunggunginya, senyum tipisnya terulas di sana.
"Vater." Panggil Mona. Ayahnya memutar kursi kebesarannya itu menghadap sumber suara.
"Darling, sejak kapan kau datang?" Tanya pria tua itu
"Tidak lama, Vater." Mona memeluk ayahnya dengan sayang.
"Bagaimana?" Tanya Lobert.
"Aku memiliki kendala, Vater. Tapi aku akan menyingkirkannya." Mona menerawang wajah gadis yang dibencinya.
"Aku mendengar Arthur memiliki tuangan?" Lobert mendengar kabar itu karena, ya keluarga kerajaan Inggris selalu menyedot perhatian dunia.
"Ya, dia kendala ku." Mona mendegus kesal.
"Ingat Mona, Vater tidak bisa mengambil alih takhta kerajaan. Jadi kau sendiri yang harus merebutnya, dengan menikahi Arthur."**
Malam ini entah bagaimana suhu sangat terasa lebih dingin dari biasanya, ditambah dengan salju yang turuh di luar. Dan Katelyn menenggelamkan wajahnya diantara lengannya, bahunya terguncang diiringi dengan suara isakan pilu yang terdengar menyedihkan.
"Sudahlah Kate, aku tidak suka melihat sahabat ku lemah." Zera mengusap punggung Katelyn berkali-kali, berusaha menenangkan gadis itu.
Sore ini Zera sengaja berkunjung ke apartemen Katelyn, dia ingin mengantarkan uang untuk sahabatnya itu. Tapi betapa terkejutnya saat Katelyn membukakan pintu untuknya, Katelyn menggenakan gaun malam yang membuatnya terkejut.
Gaun silver dengan potongan rendah di bagian punggungnya, tapi lucunya Katelyn memilih menggunakan sneakers putihnya daripada sepatu hak tingginya. Tapi setau Zera, Katelyn tidak memiliki sepatu hak tinggi.
"Mau kemana?" Tanya Zera, dia fikir Katelyn akan menghadiri pesta atau semacamnya.
Bukannya menjawab, Katelyn malah memeluk Zera dan menangis. Hal ini tentu membuat Zera kebingungan.
"Kenapa?" Tanya Zera.
"Maafkan aku." Guman Katelyn berkali-kali.
"Aku butuh banyak uang, jadi aku harus melakukan ini." Ucap Katelyn nyaris tanpa suara.'Menjalang? Yang benar saja.' Batin Zera.
Dan jadilah sekarang Zera harus menenangkan sahabatnya, dan harus diketahui Katelyn sudah menangis selama satu jam.
"Kau sekarang di ketahui banyak orang sayang, itu akan mencemari nama baik mu dan kerajaan." Ucap Zera.
Katelyn mengusap pipinya yang sudah penuh dengan lelehan eyeliner dan maskaranya.
"Entahlah Ze, yang jelas aku butuh banyak uang dalam waktu yang singkat." Katelyn menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Baiklah, uang memang segalanya Kate. Tapi kau akan kehilangan kehormatan mu." Zera mengusap bahu Katelyn, gadis itu memang pendek pikirannya.
"Aku akan meminjamkan mu 150 juta, tapi itu kemampuan terakhir ku Kate."Katelyn langsung menatap Zera, dan menggelengkan kepalanya. Dia sudah terlalu merepotkan sahabatnya, dan itu sudah cukup.
"Tidak ada penolakan kali ini Katelyn." Zera memeluk hangat sahabatnya, sungguh dia lebih menyukai Katelyn yang sarkas daripada Katelyn yang lemah.
"Tinggal dua hari lagi, Ze. Aku harus bagaimana?" Tanya Katelyn, tentu dia harus menikah dengan pria tua itu jika tidak bisa melunasi hutangnya.
"Aku baru mengumpulkan 75 juta." Tambahnya.Katelyn menggigit kuku panjangnya, bagaimana dia harus mencari sisanya? Hutang bank? Ah, Katelyn tidak mau hidupnya dikejar depkolektor.
"Arthur." Desis Katelyn.
"Kenapa?" Tanya Zera. "Dia bisa membantu mu?" Tambah Zera.Tapi Katelyn, mendegus lesu. Bagaimana bisa dia mengharapkan pria yang baru saja ditolaknya.
"Tentu tidak." Jawab Katelyn.
"Apa saja, ayo kita coba."**
Terimakasih❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage My Prince
Fantasy#6 Duke in 13.05.18 #15 Historical Fiction 19.08.18 #33 Historical Fiction 21.07.18 Menikah dengan seorang pangeran, adalah mimpinya dulu. Ya DULU bukan sekarang. Tapi bagaimana jika mimpinya itu terwujud? Menikah dengan pangeran dan menjadi seorang...