Kill Me, Right Now!

19.8K 1.4K 7
                                    

Athala duduk bersama Rendela dan Leonore di luar ruang kerja ayah mereka, mereka sengaja duduk di sana menunggu hasil perbincangan antara orang tuanya, kakaknya dan calon kakak iparnya.

"Bagaimana menurut mu Miss Madison itu?" Tanya Leonore pada istrinya.
"Menurut ku?" Rendela menjeda sebentar untuknya berfikir.
"Dia gadis yang manis, sedikit naif, tapi dari wajah dan auranya cocok dijadikan puteri kerajaan." Jawab Rendela.
"Athala, bagaimana menurut mu?"Tanya Leonore kali ini menatap adiknya yang sibuk memangku anaknya.
"She's cool, kau tau? Kata teman ku dia adalah gadis pembalap super car terbaik di kota ini." Athala menjawab dengan antusiasme yang tinggi.
"Dan lagi, cantik, manis, lugu dan berkelas." Tambah Athala.

Ya, jika Leonore simpulkan menurut dua wanita di depannya ini. Katelyn adalah wanita yang cocok dengan Arthur, dan dua wanita terhormat di depannya ini jelas mendukung Katelyn.

"Bagaimana jika dibandingkan dengan..." Belum selesai Leonore berbicara.
"Jangan sebut namanya, aku tidak rela telinga ku mendengarnya." Sela Athala yang ditimpali tawa dari Rendela

"Hi, kalian. Lama tidak berjumpa, aku merindukan kalian." Lantas mereka bertiga serentak menengok ke arah datangnya suara.
"Oh boy, ini tidak akan berakhir baik." Desis Leonore ketika melihat ekspresi Athala dan Rendela yang langsung berubah drastis.
"Dimana Arthur?"
"Sedang bersama ayah ku, jadi pulanglah." Athala menatap penuh rasa tidak suka pada wanita di depannya ini.
"Di ruang kerjanya? Aku harus masuk." Wanita itu berjalan mendekati pintu ruang kerja sang raja, sebelum Athala dengan cepat menghadang langkahnya untuk mendekat.
"Tidakkah kau paham bahwa aku mengusir mu?" Athala mengatakannya penuh nada sinis.
"Aku harus masuk, adik ku. Menyingkirlah." Jawab wanita itu.

Athala lantas berdecih, dia tidak akan membiarkan wanita ini mengacaukan apapun lagi.

"Adik mu? Siapa? Aku? Hah, akupun tidak sudi jika aku adik mu." Baiklah di balik sifat anggunnya, Athala masih memiliki sifat sinis yang menyebalkan.
"Menyingkir Athala." Seru wanita itu dengan mendorong Athala hingga gadis itu tersungkur diatas karpet mahal kesayangan ayahnya.

Athala lantas bangkit dengan amarahnya, bagaimana wanita biasa saja itu berani memanggilnya tanpa gelarnya?

"Aku tidak akan membiarkan itik buruk rupa itu mengacau." Seru Athala pada kedua kakaknya sebelum ikut masuk ke dalam ruangan ayahnya.

Di sana, dia melihat wanita itu memeluk Arthur dengan lancangnya.

"Maaf ayah, dia memaksa untuk masuk." Ucap Athala.
"Tidak apa Athala, lagi pula ibu mu sepertinya merindukan Mona." Jawab Philip.

Athala dapat melihat jelas wanita itu menyeringai puas di sana. Dasar ular.

Monata von Lidermann, anak dari Lobert von Lidermann kanselir Jerman. Lobert adalah sahabat dekat dari Philip, dan Monata sudah dianggap bagian dari kerajaan ini. Tapi, sayangnya Athala tidak suka kenyataan itu.

"Tidakkah kau bisa bersifat sedikit sopan Mona? Kau memeluk kakak ku didepan calon istrinya." Ujar Athala penuh peringatan.

Mona lantas melepas pelukannya, dan tatapan tajamnya dilemparkam pada wanita yang duduk di samping Arthur.

"Dia calon istri mu?" Tanya Mona pada Arthur, Mona sendiri bergidik ngeri melihat penampilan gadis itu. Dengan sweater rajut dan celana leging serta snekers? Yang benar saja, Arthur memilih gadis seperti ini? Coba lihat dirinya, dia jauh lebih cantik dari gadis buruk rupa itu.

"Ya, apa masalah mu?" Arthur menangkap sinyal ketidak sukaan Mona pada gadisnya.
"Kau putus dari ku dan kau mendapatkan gadis yang jauh di bawah ku?" Sentak Mona.

**

Kata-kata gadis itu membuat tenggorokan ku tercekat, jadi dia mantan kekasih Arthur?

Dalam hati ku diam-diam berharap Arthur akan membela ku, tapi dia justru diam membuat hati ku sedikit sakit. Sedikit.

"Apa masalah mu nona?" Bentak ku, cukup sudah dia akan semakin melunjak jika aku diam saja.
"Masalah ku? Diri mu." Hell? Diri ku?
"Kembalilah dengan ku Arthur, jangan menikah dengannya dia bukan gadis yang baik." Fuck that bitch, bagaimana dia bisa berkata bahwa aku bukan gadis yang baik?
"Hah, bagaimana kau berani mendeklarasikan kau jauh lebih baik dari ku? Lihatlah diri mu mengemis cinta darinya, LAGI?" Balas ku, wohoo cukup menohok juga.
"Lihat dia paman, dia mengejek ku."

Lihat wanita gila ini, beberapa menit lalu juga dia mengejek ku. Dasar sialan.

"Maaf yang mulia, tapi saya tidak akan tinggal diam jika harga diri saya diinjak-injak oleh orang yang banyak dosanya." Bela ku, entahlah jika raja marah pada ku juga tak masalah itu akan membuka peluang ku untuk lepas dari pernikahan gila ini bukan?

"Lihatlah calon pengantin mu Arthur, dia kasar dan tidak punya etika. Kembalilah pada ku, aku tidak akan pergi lagi." Penjilat.
"Ya, ya. Kembalilah padanya Arthur, masih banyak pria di luar sana yang jauh lebih baik untuk ku." Apa aku berani memanggilnya hanya dengan namanya?

"Your Majesty." Ujar ku pada raja dan ratu ku sebelum pergi dari sana tanpa perduli nama ku dipanggil berkali-kali oleh Arthur.

**
Katelyn meniup uap panas yang menguar dari cangkir yang di genggamnya, dia memilih untuk mampir ke apartemen Zera. Beberapa menit lalu Katelyn sudah menceritakan semuanya pada Zera, tentang dia dan Arthur.

"Kau bisa tinggal di sini untuk sementara waktu." Ujar Zera
"Tidak aku akan pulang nanti, Ze."

Katelyn menimbang ponselnya yang baru diaktifkan dari terakhir orang tuanya menelfonnya.

"Apa orang tua mu masih senang meminta ini itu?" Tanya Zera.
"Ya mereka selalu meminta uang dan barang-barang yang jelas tidak dapat dijangkau. Mereka pikir aku ini bank?" Katelyn mendegus kasar saat menemukan beberapa pesan dan pangilan tak terjawab dari orang tuanya.
"Aku bisa membantu mu, Kate." Zera menggenggam tangan Katelyn.
"Tidak Ze, tidak apa." Katelyn tersenyum tipis, ya jika dia mau Zera bisa membantunya mengabulkan sejuta permintaan dari orang tuanya. Tapi Katelyn tidak mau memanfaatkan sahabatnya.
"Selalu seperti itu." Zera tertawa riang melihat Katelyn si calon pengantin dari Pangeran Arthur masih sama keras kepalanya dengan Katelyn si single tak laku-laku.

Tiba-tiba ponsel Katelyn berdering dan layarnya menunjukan nama Kelly, nama ibunya. Sesaat Katelyn menatap Zera, yang ditanggapi anggukan dari sahabatnya.

Lantas Katelyn menggeser tanda hijau yang tertera disana.
"Ya ibu?"
"Dari mana saja kau ini hah? Ibu telfon tidak pernah menjawab." Gertak ibunya.
"Apa lagi selain mencari uang." Katelyn berdecak kesal.
"Selalu mencari uang, apa ada hasilnya hah?" Sambut Ibunya, ingin rasanya Katelyn menyumpal mulut ibunya itu toh dia di sini juga untuk sikap hedonis orang tuanya.
"Ibu menelfon ku hanya untuk itu bukan?" Tanya Katelyn, jujur dia juga jengah dengan sifat mereka.
"Hampir lupa, ibu membawa berita." Katelyn menyeritkan alis simetrisnya, tidak pernah ibunya terdengar sangat antusias saat menelfonnya biasanya wanita itu hanya punya nada sinis atau nada marah.
"Apa itu?" Tanya Kate.
"Kau dibeli oleh Mr. Peter."

Hatinya langsung terasa sakit, tubuhnya melemas bahkan ocehan ibunya di sebrang sana tidak lagi terdengar jelas. Tangannya bergerak menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

"Kau baik?" Tanya Zera.
"Bunuh saja aku, Ze. Tolong."

**

Terimakasih banyak❤

Marriage My PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang