The Wedding.

16.9K 1.2K 6
                                    

Tepat pukul 10 AM, Zera menepati janjinya untuk membawa lagi lima jutanya. Tentunya dia harus membujuk ayahnya untuk kembali mengeluarkan uang, untuk Katelyn.

Dengan cepat Zera langsung menuju pintu kamar sahabatnya, tentu Zera tidak ingin terlambat. Dengan cepat Zera mengetuk pintu di depannya.

"Dasar wanita jadi-jadian, kau pasti belum bangun." Teriak Zera, Katelyn memang gadis cantik. Dan kebiasaan buruknya selalu berhibernasi dikala gadis itu diterpa masalah.
"Kate, bangun bodoh." Teriaknya sekali lagi, dengan mengetuk pintu itu dengan keras dan cepat.

Baiklah sekarang dia panik kala mencoba membuka pintu itu dan nyatanya pintu itu tidak terkunci.

"Ya Tuhan, aku mohon jangan." Bisik Zera sebelum menerjang masuk kamar itu.

Suara pintu di buka keras memenuhi ruangan.

"Tidak...tidak....tidak." Zera melihat ruangan itu menjadi sangat berantakan dari hari sebelumnya, bahkan seperti ada bandit yang telah menjarah tempat itu.

"Kate.... Katelyn." Teriak Zera, dia menyisir tiap ruangan yang ada. Dengan sisa suara yang hampir berganti dengan isakan, dan mata memburam karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
"Keluar Kate, ini tidak lucu." Teriak Zera, kini kakinya tak kuat lagi menahan beban tubuhnya. Tubuhnya jatuh meluruh dengan tangisnya.

Nyatanya dia tidak berhasil menemukan Katelyn di mana pun, tadinya juga Zera sudah memeriksa di caffe tempat Katelyn bekerja tapi temannya bilang gadis itu belum terlihat batang hidungnya.

"Maaf Kate, aku terlambat." Zera menyembunyikan wajahnya dibalik telapak tangannya.

Di dalam hatinya dia meruntuki keterlambatannya, jika saja ayahnya tidak perlu mempersulitnya. Pasti Zera dapat menyelamatkan sahabatnya.

"Apa yang harus aku lakukan?" Pertanyaan itu berulang-ulang diujarkannya.

Saat sebuah ide terlintas di fikirannya, Zera segera menegakan kepalanya.

Dengan tergesa Zera menunju nakas di samping tempat tidur Katelyn, Zera mengobrak-abrik nakas berlaci dua itu.

"Semoga gadis bodoh itu masih menyimpannya." Doa itu yang terrapal oleh Zera.
"Hahhh.... Syukurlah." Nafas leganya berhembus kala menemukan kartu nama yang dicarinya.

**

Arthur duduk tenang di kursinya, dia tengah berada di ruangan besar yang berisi rak dengan buku riwayat siswa yang pernah bersekolah di universitas ini.

"Akan perlu banyak waktu untuk mencari data Miss Madison, pangeran. Saya menyarankan agar anda bisa duduk di kafetaria milik kami, dan bersantai di sana." Ucap wanita paruh baya yang merupakan staf universitas untuk membantunya mencari data milik Katelyn.
"Apa kau baru saja memerintah ku?" Arthur memberi tatapan tajamnya, tatapan yang berarti diam untuk lawan bicaranya.
"Maafkan saya, pangeran."

Sudah hampir tiga jam Arthur menunggu, dan belum ada hasil apa-apa. Bahkan beberapa pengawalnya juga membantu mencarikannya, termasuk Mike.

"Aku menemukannya." Seru seorang pengawalnya.
"Kemarikan." Ucap Arthur dengan angkuhnya.

Buku yang tidak cukup tebal, tapi mungkin semua informasi yang dibutuhkan ada di dalamnya.

Katelyn Fawn Madison, nama yang tertulis pada cover buku biru gelap itu.

'Nama saja disembunyikan.' Batin Arthur.

Dihalaman pertama lagi-lagi tertulis nama Katelyn dengan fotonya yang mengenakan jas almamaternya.

"Cantik." Bisik Arthur tanpa disadari.

Tangannya berlanjut membuka halaman biodata.

"Biar saya bacakan, pangeran." Ucap Mike.
"Baiklah." Arthur menyerahkan buku itu pada Mike.
"Katelyn Fawn Madison." Mike sedikit menyerit kala mengetahui gadis itu memiliki nama tengah yang tidak pernah disebutkan.
"Lahir 24 Juni 1996, di London, Inggris."
"Asal, Desa Dunster, Somerset."

Saat akan kembali melanjutkan lagi, tiba-tiba ponsel Arthur berdering. Segera Mike menutup mulutnya.

"Ya." Sambut Arthur.
"Your highness, ini saya Zera." Ucap gadis di sebrang sana.

Sejenak Arthur mengigat nama itu, dan dia ingat bahwa gadis itu sahabat Katelyn. Tapi ada apa gadis itu menelfonnya?

"Ada apa?" Tanya Arthur.
"Apa Katelyn ada bersama anda?" Tanya Zera.

Arthur menyerit bingung, kenapa gadis itu bertanya padanya?

"Tidak." Jawab Arthur.
"Oh Ya Tuhan, ini benar-benar terjadi." Desis Zera di sana yang masih busa di dengar jelas oleh Arthur.

'Apa yang terjadi? Kenapa?' Batin Arthur.

"Apa anda bisa membantu ku, yang mulia? Tolong." Zera terdengar frustasi di sana.
"Katelyn hilang." Tambah Zera.
"Tidak...tidak, lebih tepatnya gadis itu dibawa pria tua." Ucap Zera.

Arthur terkejut bukan main, dia bilang juga apa, gadis itu memiliki sejuta rahasia yang ajaibnya bisa tertutup rapat di hadapannya.

"Jadi kita harus bagaimana?" Tanya Zera.
"Kau tau siapa pria itu?" Arthur balik bertanya.
"Dia pria licik yang kebetulan paling kaya di desanya." Ucap Zera.
"Temui aku di sana, dan kau hutang penjelasan pada ku."

Arthur lalu menutup panggilannya, lalu memijat pangkal hidungnya. Kepalanya menjadi terasa pening gara-gara berita ini.

"Bersiaplah, kita ke Dunster sekarang."

**

Zera menimang ponselnya dengan gelisah, tubuhnya bersandar pada tembok di dekatnya hingga bmw hitam berhenti di depannya.

"Your highness." Zera menekuk lututnya hormat kala Arthur yang keluar dari mobil itu dan diikuti enam body guard -nya termasuk Mike.
"Maaf, tapi dengan segala hormat. Kita harus bergegas." Zera mempersilahkan Arthur untuk jalan di depannya.
"Ada apa sebenarnya?" Tanya Arthur tanpa menengok ke belakang.
"Pertanyaan bagus, tapi ini bukan saatnya menjelaskan." Zera tanpa sadar berjalan mendahului Arthur, untungnya Mike mencekal tangannya.
"Jelaskan, Miss Aberton." Ucap Mike
"Tidak untuk sekarang tuan. Dan yang mulia, aku sarankan kita cepat bergegas. Karena bukan hanya kau yang tidak ingin kehilangan Katelyn, aku juga." Zera akhirnya berjalan memimpin mereka.

Sesekali Zera menengok kebelakang memastikan pangeran dan rombongannya masih mengikutinya.

'Pantas Katelyn tidak bisa bersikap baik pada sang pangeran, ternyata dia menyebalkan dan keras kepala.' Umpat batin Zera. 'Dan tunggu, dari mana dia mengetahui nama belakang ku?' Tambahnya.

Tapi Zera menghendikan bahunya, untuk saat ini perkara itu tidak penting. Yang penting adalah menyelamatkan hidup Katelyn

Zera dengan cekatan berbelok dan masuk gang demi gang yang ada, ya jalan desa memang sempit dan mengharuskan mereka berjalan kaki diatas jalan batu yang sedikit tertutup salju.

Arthur menyeritkan alisnya bingung, kala Zera membawanya mendekat ke gereja yang ada di tengah desa.

Dengan cekatan pengawalnya membukakan pintu besar gereja itu, dan betapa terkejutnya Arthur saat sedang berlangsung upacara pemberkatan pernikahan di sana. Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah sang pengantin wanita. Katelyn.

"Hentikan."

**

Terimakasih❤

Dapatkah Arthur membawa kembali calon pengantinnya?

Marriage My PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang