Happiness or Sadness?

17.8K 1.2K 14
                                    

Katelyn merasakan kain penutup matanya dibuka, entah sekarang dirinya ada dimana. Yang jelas, dia diculik. Dan Katelyn sudah siap untuk menyerang siapapun di dekatnya.

"Sialan." Umpat Katelyn saat kain penutup itu benar-benar dibuka.

Dengan tangan diikat, Katelyn langsung menerjang beberapa pria besar di dekatnya.

"Tenang Miss Madison, kami orang suruhan Tuan Peter." Ucap salah satu pria itu.

Katelyn langsung menghentikan penyerangannya, bagaimana dia bisa lupa kalau hari ini hari terakhirnya.

"Kenapa aku dibawa kemari bodoh? Dan dimana ini?" Tanya Katelyn.
"Dunster tentunya." Ucap pria itu.
"Uang ku di London, dasar pria besar otak udang." Umpat Katelyn.
"Kami sudah membawa uang mu miss, dan sayangnya kau tidak memiliki lima juta lagi bukan?"

Katelyn berdecak kesal, mereka itu sangat licik dari perkiraannya.

"Pemberkatan akan dilaksanakan sore ini miss, jadi mereka akan membantu mu bersiap."

Katelyn melirik tiga gadis yang tengah membungkuk hormat padanya.

"Baiklah, kalian bisa berjaga di luar bukan? Karena sangat tidak sopan jika ada pria yang menunggui pengantin wanita bersiap." Ucap Katelyn.
"Tentu, miss." Katelyn mendegus kala pria-pria itu menunduk hormat padanya, sebelum pergi dari sana.
"Kalian kira, aku sudi menjadi nyonya kalian?" Teriak Katelyn.

Lalu Katelyn melirik tiga gadis muda yang mungkin, tertunduk takut.
"Mari miss, anda perlu membersihkan diri." Ucap salah satunya membantu lmelepaskan ikatan di tangannya, tanpa berani menatapnya.

Dan Katelyn hanya menurut saja saat gadis-gadis itu membantunya bersiap, dan titik akhirnya pada saat Katelyn harus memakai gaun putih yang sudah disiapkan.

"Apa orang tua ku tidak kemari?" Tanya Katelyn, siapa tahu jika gadis-gadis itu mengetahuinya.
"Ibu anda ada di ruang tengah miss, dan ayah anda menunggu di sana." Ucap salah satu gadis itu yang membantu Katelyn memakai korsetnya.

Katelyn hanya mendesah lelah, hidupnya ini sangat mudah di tebak ternyata. Dan dia menebak, dia menikah dengan pria tua itu hidupnya tidak akan bahagia. Walaupun nanti jika mengelap keringatnya akan menggunakan uang.

Katelyn menggelengkan kepalanya menghilangkan bayangan itu, Katelyn lalu memandang gaun putih yang tergantung di depannya.

Diam-diam air matanya luruh tanpa dapat dicegah, Katelyn tidak menyangka ini akan terjadi. Katelyn sendiri sangat ingin hidupnya dihabiskan dengan pria yang dicintai dan mencintainya. Toh jika dia menikah dengan Arthur, keduanya sama-sama tidak saling mencintai bukan?

"Aku harap kalian tidak akan sedikitpun merasakan apa yang aku rasakan." Ucap Katelyn, tanpa menghadap tiga gadis itu.
"Mari miss, kita harus bersiap."

Katelyn mulai dirias wajahnya dengan riasan natural, beberapa kali air matanya turun lagi diluar kendalinya. Terlebih saat Katelyn selesai mengenakan gaunnya dan kain putih dipasang di kepalanya lalu diturunkan hingga menutupi wajahnya.

Lagi-lagi Kayelyn menangis, kali ini lebih keras karena terdengar isakan di sana.

Tiga gadis itu hanya saling menatap, mereka juga tidak tega melihat keadaan calon nyoya mereka terus menangis.

Katelyn menatap lurus jendela yang terbuka di depannya, tanpa di duga Katelyn berlari menerjang jendela itu hingga gadis itu tersungkur pada tumpukan salju. Lantas membuat beberapa pengawal yang berjaga di sana, segera menghampirinya.

"Sial, aku kira tadi itu lantai dua. Lebih baik aku mati daripada harus menjadi pengantin pria tua itu." Katelyn bangkit dari sana, dan mengibaskan sedikit salju yang menempel di tangannya.
"Anda baik-baik saja miss?" Tanya salah satu dari penjaga itu.
"Entahlah, aku fikir hidup ku yang tidak baik." Katelyn menghendikan bahunya acuh.
"Baiklah, aku selesai. Cepatlah selesaikan ini." Tambah Katelyn dengan menaikan dagunya sombong.

Marriage My PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang